Bondol Haji (Lonchura maja) merupakan
salah satu jenis burung pipit yang cukup unik dan mudah dikenali. Burung ini
sering dipanggil emprit kaji atau pipit haji. Diberi nama bondol haji karena
kepalanya berwarna putih, seperti orang pakai peci putih haji. Dalam bahasa
Inggris dikenal dengan nama White-headed Munia.
Ukuran tubuh bondol haji hanya
sekitar 11 cm (seukuran telunjuk orang dewasa). Burung bondol haji ini memiliki
warna bulu dasar cokelat putih seperti burung bondol oto-hitam (L. ferruginosa)
tetapi dengan warna yang lebih terang. Seluruh kepala dan tenggorokannya
sendiri berwarna putih.
![]() |
| Bondol oto-Hitam (Lonchura ferruginosa) |
Burung bondol haji muda memiliki bulu berwarna cokelat di bagian atas, sementara bagian bawah dan wajahnya berwarna kuning tua. Sementara bulu wajah berwarna kekuningan. Burung bondol haji muda juga dapat dilihat dari warna keputihan pada bagian belakang dan bawah telinga.
Baca juga : Pipit, si Mungilyang Berparuh Pendek dengan Variasi Warna Menawan yang Kerap Dianggap Hama
Iris burung bondol haji bercorak
cokelat, paruhnya berwarna abu-abu kebiruan, sedangkan kakinya kebiruan pucat.
Bentuk mata bondol haji bulat telur atau agak bundar dengan corak hitam pekat.
Berkat keunikan warnanya, banyak orang tertarik memelihara burung pipit haji.
![]() |
| Bondol Haji menyukai daerah terbuka |
Habitatnya tidak jauh berbeda dengan jenis bondol lain, bondol haji menyukai habitat terbuka, sering ditemui di lingkungan pedesaan dan kota, terutama di dekat persawahan atau tegalan. Burung ini juga menyukai lahan budidaya bersemak terbuka, kolam ikan, rawa-rawa, tepi jalan, tepian hutan terbuka dengan pohon yang telah ditebang, padang rumput, lapangan terbuka bervegetasi dan kebun.
Sering bertengger untuk bermalam dan
bersarang di pohon-pohon, tegakan palem, pinang atau semak yang tinggi. Di
Sumatera, Jawa dan Bali, burung ini terdistribusi sampai pada kawasan
berketinggian 1.500 meter di atas laut.
Dibandingkan jenis bondol lainnya,
bondol haji memiliki sebaran lebih terbatas di Asia Tenggara. Habitat burung
bondol haji berada di wilayah tropis. Populasinya menyebar mulai dari Pulau
Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi di Indonesia, serta Thailand, dan Vietnam
Selatan. Bahkan, spesies ini telah diperkenalkan sampai ke Okinawa dan Osaka di
Jepang.
Bondol haji akan membentuk kawanan
dalam jumlah besar saat musim panen padi. Namun berpasangan dan
terpencar-pencar saat musim kawin. Sering teramati bergerombol memakan bulir
biji-bijian di semak rerumputan atau bahkan turun ke atas tanah. Kelompok ini
umumnya lincah dan bergerak bersama-sama, sambil terus berbunyi-bunyi saling
memanggil.
![]() |
| Bondol Haji menyukai bulir-bulir padi |
Karena itu bagi sebagian orang spesies bondol haji dianggap sebagai hama. Padahal burung ini dapat menjadi perameter kualitas lingkungan, mengingat bondol haji cuma tinggal di area yang masih asri saja. Bondol haji berkembangbiak sepanjang tahun. Burung ini memiliki sarang berupa anyaman.
Baca juga : Finch, Burung KecilEksotis yang Populer di Seluruh Dunia
Sarang yang dibangun terbuat dari
rerumputan yang ditumpuk serta tergulung seperti bola atau botol, diletakkan
tersembunyi di antara daun-daun dan ranting. Bondol haji biasanya membuat
sarang di batang pohon padi, tetapi tidak jarang juga ada yang membuat sarang
di sela-sela tandan buah pisang.
![]() |
| Seekor Bondol Haji sedang membangun sarangnya |
Masa kawin burung bondol haji di Asia Tenggara berlangsung umumnya antara Januari hingga September, dengan musim kawin spesifik di Jawa tercatat pernah terjadi pada bulan Februari, saat burung ini membentuk pasangan dan membangun sarang.
Telurnya berwarna putih sebanyak 4-6
butir dan akan menetas setelah dierami selama sekitar 14 hari. Baik induk
jantan maupun betina akan mengerami telur-telur tersebut secara bergantian.
Setelah menetas, anakan bondol haji akan tetap berada di dalam sarang dan
dirawat serta diberi makan oleh induknya selama kurang lebih 15 hari.
Bondol Haji termasuk burung pemakan
biji-bijian (granivore) atau seed eater terutama padi-padian dan biji dari
berbagai jenis rumput lainnya. Walaupun bondol dewasa merupakan pemakan biji,
namun anak-anak bondol lebih sering diberi makan serangga-serangga kecil
seperti ulat dan belalang.
Kebiasaan memberi makan serangga mungkin
sebagai mekanisme untuk mempercepat pertumbuhan anak, karena serangga memiliki
kadar protein yang jauh lebih tinggi dibandingkan biji-bijian. Setelah sekitar
15 hari, anakan burung bondol haji biasanya sudah cukup kuat untuk terbang dan
mulai belajar mencari makan sendiri di lingkungan sekitar sarang.
![]() |
| Anakan Bondol Haji setelah berumur 15 hari siap meninggalkan sarangnya |
Walau begitu, terkadang anakan bondol haji masih akan didampingi oleh induknya. Anak bondol haji yang masih belajar mencari makan memiliki warna tubuh yang berbeda dengan bondol haji dewasa. Warnanya hanya coklat polos diseluruh tubuh, anakan bondol haji belum memiliki kepala dan leher putih seperti kedua induknya.
Baca juga : Bondol Hijau, BurungPipit Eksotik yang Dianggap Hama Pertanian
Setelah beberapa lama, secara
berangsur-angsur akan tumbuh bulu putih di kepala dan leher menggantikan bulu
coklatnya yang rontok. Bondol haji dianggap dewasa (mature) ketika warna
tubuhnya telah lengkap, yaitu memiliki kepala dan leher putih seperti pak haji.
Populasi burung ini cukup melimpah sehingga oleh IUCN dikategorikan beresiko
rendah dari kepunahan (Least Concern). Tidak termasuk dalam daftar Appendix
CITES.
![]() |
| Bondol Haji remaja masih minta diloloh induknya |
Genus Lonchura pertamakali diperkenalkan oleh Naturalis berkebangsaan Inggris William Henry Sykes pada tahun 1832 untuk menamai Bondol Peking Lonchura punctulata. Lonchura berasal dari bahasa Yunani “lonkhe” yang berarti kepala tombak dan “oura” yang bermakna ekor.
Burung bondol haji terdiri dari 2
subspesies, yaitu Lonchura maja maja, tersebar mulai dari Semenanjung Malaysia,
Singapura, Sumatera, Jawa, Bali hingga Sulawesi. Diintroduksi ke Okinawa dan
Osaka di Jepang. Populasi di Kalimantan kemungkinan berasal dari burung
peliharaan yang lepas. Dan Lonchura maja vietnamensis, tersebar di Thailand dan
Vietnam selatan. (Ramlee)
Sumber : remen.id

.jpg)





Tidak ada komentar:
Posting Komentar