Senin, 29 September 2025

Katuk, Tanaman yang Daunnya Kaya Manfaat



Daun Katuk (Sauropus androgynus) merupakan jenis sayuran hijau yang dikenal luas di Asia Tenggara. Tanaman ini dikenal karena daunnya yang sering digunakan dalam kuliner tradisional dan juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Tanaman ini sering digunakan sebagai obat tradisional untuk memperlancar ASI (Air Susu Ibu).

Daun katuk banyak tumbuh di berbagai daerah di India, Malaysia, dan di wilayah Indonesia. Sebutan lain dari katuk di setiap daerah berbeda-beda. Diantaranya, memata (Melayu), simani (Minangkabau), kebing dan katuk (Jawa), kerakur (Madura), katu (Sunda), dan sweet leaf bush/star gooseberry dalam bahasa internasional.

Tumbuhan ini dapat tumbuh pada tempat yang cukup air dan agak teduh, dari dataran rendah sampai dengan pegunungan. Dapat tumbuh berkelompok atausecara individu. Di Jawa katuk dapat tumbuh hingga ketinggian 1300 mdpl.

Tanaman katuk yang penuh manfaat


Tanaman katuk termasuk tanaman jenis perdu berumpun dengan ketinggian 3-5 m dan tumbuh dengan struktur batang yang tegak. Jika ujung batang dipangkas, maka akan tumbuh tunas-tunas baru yang membentuk percabangan.

Baca juga : Selada, Sayuran dengan Kandungan Gizi Tinggi Baik untuk Kesehatan dan Cegah Penyakit

Daun katuk mirip dengan daun kelor. Ukuran daunnya kecil dengan panjang daun 5-6 cm. Daunnya merupakan daun majemuk genap berwarna hijau gelap. Katuk merupakan tanaman yang sering berbunga. Bunganya berukuran kecil, berwarna merah gelap sampai kekuning-kuningan.

Bunga tanaman katuk


Bila diperhatikan dengan jelas bunganya memiliki bintik-bintik berwarna merah. Bunga pada katuk umumnya menghasilkan buah berwarna putih. Fisik buah katuk berukuran kecil, bentuknya bulat, berwarna putih dan didalamnya terdapat tiga buah biji berwarna hitam.

Bijinya berkeping dua (dikotil). Biasanya anak-anak kecil senang sekali untuk memetik buah katuk karena memiliki bentuk yang unik dan menggemaskan. Mereka juga kerap memakainya sebagai buah untuk bermain masak-masakan.

Tanaman katuk memiliki akar yang berbentuk akar tunggang dengan warna putih kotor, Pada tanaman yang sudah dewasa, batang utama akan mengeluarkan banyak cabang sekunder yang cenderung rapuh dan mudah patah, terutama pada bagian yang sudah tua.

Daun katuk merupakan bagian yang paling banyak dimanfaatkan dan memiliki bentuk yang unik. Setiap helai daun berbentuk oval hingga bulat telur dengan ujung yang meruncing, berukuran antara 2-7 cm tergantung usia tanaman.

Buah tanaman katuk


Permukaan daunnya licin dengan warna hijau tua yang khas, tersusun secara berseling pada tangkai daun, seolah-olah terdiri dari daun majemuk padahal sesungguhnya daun tunggal dengan jumlah daun per cabang 11-21 helai.

Baca juga : Seledri, Sayuran dengan Berbagai Manfaat

Bentuk helaian daun lonjong sampai bundar. Batang yang muda berwarna hijau dan yang tua coklat. Batang memiliki alur-alur dengan kulit yang agak licin. Daun muda biasanya berwarna lebih cerah dengan tekstur yang lebih lembut dibandingkan daun tua.

Bentuk biji dari tanaman katuk


Perkembangbiakan tanaman katuk yaitu melalui stek batang. Batang yang dipilih adalah batang yang belum terlalu tua. Bila produksi daunnya mulai sedikit maka dapat dilakukan proses peremajaan dengan memangkas batang utamanya. Tanaman ini dapat ditanam di pekarangan sebagai pagar hidup.

Meskipun membutuhkan sinar matahari yang cukup untuk pertumbuhan optimal, katuk termasuk tanaman yang toleran terhadap kondisi teduh sehingga cocok untuk ditanam di pekarangan rumah dengan intensitas cahaya bervariasi. Tanaman ini tahan terhadap hama dan tidak memerlukan perawatan khusus, menjadikannya pilihan ideal untuk ditanam di pekarangan rumah sebagai sumber sayuran bergizi.

Daun katuk dikenal karena khasiatnya dalam meningkatkan produksi ASI. Namun, manfaatnya tidak hanya untuk ibu menyusui. Daun ini kaya akan nutrisi seperti vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi, dan protein, sehingga baik untuk menjaga daya tahan tubuh, kesehatan mata, dan mencegah anemia.

Selain itu, daun katuk juga dikenal dapat meningkatkan stamina, mempercepat penyembuhan luka, dan menjaga kesehatan tulang berkat kandungan kalsium dan fosfornya. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa ekstrak daun katuk memiliki efek antioksidan dan anti-inflamasi yang membantu melawan radikal bebas.

Sayur gurih daun katuk


Daun katuk telah lama dipercaya sebagai pelancar ASI alami. Hal ini didukung oleh kandungan fitosterol dan senyawa prolaktin yang merangsang produksi air susu. Sebuah studi menemukan bahwa konsumsi daun katuk secara teratur dapat meningkatkan volume ASI pada ibu menyusui.

Baca juga : Kenikir, Tanaman Hias Sekaligus Sayuran Langka yang Penuh Manfaat

Selain itu, daun katuk juga mengandung asam folat dan vitamin B kompleks yang penting untuk perkembangan saraf bayi. Oleh karena itu, banyak dokter dan ahli gizi merekomendasikan daun katuk sebagai bagian dari menu harian ibu menyusui.

Ekstrak daun katuk dikemas dalam bentuk kapsul


Meskipun daun katuk memiliki banyak manfaat, konsumsi berlebihan dapat menimbulkan efek samping. Beberapa bahaya yang perlu diperhatikan, yakni keracunan alkaloid jika dikonsumsi mentah dalam jumlah besar, dapat menyebabkan pusing dan gangguan pencernaan.

Selain itu, konsumsi daun katuk yang berlebihan bisa menyebabkan efek samping gangguan paru-paru (bronkiolitis obliterans) dan alergi pada sebagian orang, seperti gatal-gatal atau ruam kulit. Agar aman, konsumsi daun katuk sebaiknya tidak lebih dari 50 gram per hari dan selalu dimasak terlebih dahulu untuk menghilangkan senyawa berbahaya. Ibu menyusui disarankan mengonsumsinya 2-3 kali seminggu sebagai bagian dari menu bergizi seimbang. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Katuk, Jenis Tanaman Sayuran Hijau yang Mempunyai Multi Khasiat


Rabu, 24 September 2025

Asam Kandis, Buah Khas yang Menjadi Bagian Penting dalam Kuliner Sumatera



Asam Kandis (Garcinia xanthochymus) merupakan tanaman yang berasal dari famili Clusicae. Asam Kandis mungkin nama yang terdengar kurang familiar untuk mayoritas orang. Namun buah dari tanaman ini yang berasa asam. Rasa asam ini sering digunakan sebagai bumbu penyedap dalam berbagai hidangan.

Asam Kandis populer digunakan pada sejumlah makanan khas Sumatera. Asam Kandis termasuk salah satu jenis asam yang bentuknya mirip dengan jamur shitake. Bahkan, banyak orang yang menganggap asam Kandis sama dengan asam Jawa.

Padahal, kedua bahan tersebut berbeda meskipun sama-sama memberikan cita rasa masam. Bedanya, asam Kandis memiliki rasa yang lebih masam daripada asam Jawa. Rasa asam ini sering digunakan sebagai bumbu penyedap dalam berbagai hidangan.

Asam Jawa


Pohon asam Kandis ini mudah tumbuh di daerah tropis termasuk di Indonesia. Tinggi pohonnya bisa mencapai 20 meter dengan diameter maksimum hingga 50 cm. Asam Kandis termasuk golongan pohon yang daunnya selalu hijau (evergreen) dalam arti tidak menggugurkan daunnya di musim gugur.

Baca juga :  Asam Jawa, Pohon Besar Penghasil Bumbu Masakan dan Jamu Asli dari Benua Afrika

Tajuknya berbentuk seperti piramid, dengan batang utama tegak dan cabang-cabangnya tumbuh mendatar. Seperti pohon manggis, kulit batang pohon asam Kandis berwarna hitam keabuan, bergetah kuning atau kuning kecokelatan.

Buah asam Kandis


Daunnya lanset memanjang, sempit, hijau tua, panjangnya 12–24 cm. Buahnya agak membulat, meruncing, dengan diameter mencapai 9 cm, berwarna jingga pucat atau kuning pekat. Namun, varietas yang tumbuh di pulau Sumatera terutama Sumatera Selatan menghasilkan buah berbentuk bulat dengan ujung buah cekung ke dalam.

Warna buah matang kuning kecokelatan, sedikit bergetah berwarna kuning hingga kuning kecokelatan. Buah yang masih muda berwarna hijau muda. Buah terdiri dari kulit buah dan 4 hingga 5 biji yang masing-masing diselimuti daging buah.

Tumbuhan ini menyukai naungan dan suasana lembap. Pohon asam Kandis berumah satu, artinya dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan memiliki mahkota empat buah dengan benang sari tersebar di bagian tengah bunga.

Bunga betina memiliki mahkota bunga berjumlah empat buah seperti pada bunga jantan, memiliki bakal buah. Buah asam Kandis berbentuk lonjong atau bulat telur tebalik berukuran 1.27-3.3 cm. Pembungaan biasanya setelah masa kering yang cukup panjang (minimal tiga bulan) dan bisa berbunga dua kali setahun.

Buah Mundu


Biasanya bunga akan keluar berkembang pada bulan Maret – Mei dan buahnya akan masak sekitar bulan Agustus hingga bulan November. Di Pulau Jawa, pohon asam Kandis sering salah penyebutan karena disebut sebagai Mundu. Ini karena secara keseluruhan bentuk pohonnya sangat mirip sengan pohon Mundu (Garcinia dulcis).

Baca juga : Asam Kranji, Asam Bludru yang Langka dan Menyehatkan

Buah Kandis memiliki warna kekuningan. Ketika dibelah asam Kandis segar akan bertekstur empuk dengan biji cokelat memanjang di tengahnya. Buah ini masih berkerabat dekat dengan buah Manggis dan asam Gelugur.

Buah asam Gelugur


Asam Gelugur masih dalam satu kerabat dengan asam kandis. Oleh karena itu, cita rasanya tidak jauh beda dan bisa jadi bahan pengganti asam Kandis. Asam Gelugur juga kerap digunakan sebagai penambah rasa asam alami pada hidangan. Biasanya, asam Gelugur ditemukan pada kuliner khas Sumatera seperti ikan mas arsik, pindang kuah, dan gulai Aceh.

Asam Kandis dimanfaatkan buahnya. Rasa buahnya masam sedangkan rasa kulit buah kelat. Buah asam Kandis yang sudah dikeringkan umumnya dijadikan bumbu dapur, selai, campuran kari. Buah segarnya dapat dibuat acar.

Biasanya, asam Kandis akan dikeringkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan penyedap masakan. Pengeringan dilakukan dengan cara, buah yang sudah matang diiris tipis-tipis, lalu dijemur di terik matahari selama beberapa hari sampai kering.

Buah asam Kandis yang telah dikeringkan dengan sempurna akan tahan disimpan bertahun-tahun. Buah asam Kandis yang baik adalah yang berwarna merah kecokelatan. Buah asam kandis yang sudah berwarna hitam menunjukan proses pengeringan yang tidak sempurna, masih lembap tetapi sudah disimpan.

Proses penjemuran buah asam Kandis


Asam Kandis mengandung nutrisi seperti serat, kalsium, kalium, zat besi, serta senyawa antioksidan seperti katekin yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Buah asam Kandis di Kalimantan Timur sudah lama digunakan masyarakat lokal sebagai bahan obat herbal untuk pengobatan terapi tradisional pengobatan sakit diabetes, luka, inflamasi dan demam.

Baca juga : Daun Meniran Ampuh Redakan Asam Urat

Keluarga manggis-manggisan dikenal kaya akan senyawa xanthone. Senyawa ini merupakan senyawa antioksidan yang hanya terdapat pada manggis-manggisan termasuk asam Kandis. Senyawa xanthone yang berasal dari buah kandis bermanfaat untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan.

Asam Kandis jadi bahan olahan kuliner masyarakat di Sumatera


Antara lain dapat mengatasi penyakit gula atau diabetes mellitus. Xanthone dipercaya mampu menurunkan kadar gula darah yang melebihi batas normal atau hiperglikemik, yang banyak diderita oleh pengidap penyakit diabetes melitus. Asam Kandis juga dipercaya dapat membantu mencegah penyakit kardiovaskular.

Manfaat ini berasal dari kandungan katekin yang cukup tinggi dalam buah ini. Selain mencegah penyakit kardiovaskular, katekin dalam asam kandis juga mampu menghambat pertumbuhan sel kanker. konsumsi asam Kandis sebaiknya dilengkapi dengan makanan lain yang kaya antioksidan, seperti anggur, apel, dan bayam, untuk membantu pencegahan kanker. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Asam Kandis, Buah Eksotis dengan Kandungan Nutrisi dan Manfaat yang Mengagumkan


Minggu, 21 September 2025

Ayam Saigon, Ayam Aduan Asal Vietnam Bertubuh Tinggi Tegap



Ayam Saigon merupakan salah satu ras ayam petarung dari Vietnam yang cukup populer di kalangan penghobi ayam laga. Ayam Saigon, juga dikenal sebagai “Ayam Vietnam” atau “Gà Công” dalam bahasa Vietnam, telah menjadi simbol nasionalisme di negara tersebut. Ayam ini telah menjadi sumber kebanggaan bagi orang Vietnam dan telah menjadi bagian dari kebudayaan dan sejarah negara tersebut.

Ayam Saigon telah ada sejak ribuan tahun yang lalu, dan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Vietnam selama berabad-abad. Ayam ini awalnya dipelihara oleh petani untuk menghasilkan telur dan daging, tetapi kemudian berkembang menjadi bagian dari kebudayaan dan tradisi Vietnam.

Orang Thailand menyebut ayam ini dengan sebutan ayam Saigon (Seingon). Ini terjadi karena zaman dulu orang-orang Thailand membeli ayam ini di kota Saigon yang sekarang berubah nama jadi kota Ho Chi minh. Ayam inilah yang menjadi bahan untuk membuat ayam modern di Thailand, seperti Magon (Mangon), Khoygon (Khoyngon), Khoytradgon (Khoytradngon).

Sabung ayam telah menjadi tradisi masyarakat Vietnam sejak ratusan tahun lalu


Ayam Saigon dikenal sebagai ayam yang memiliki karakteristik pemberani dan sudah secara turun temurun dari generasi ke generasi dijadikan oleh masyarakat Vietnam sebagai ayam laga/ayam tangkas. ztradisi ayam tangkas/laga ada di Vietnam sudah ada sejak 700 tahun lalu.

Baca juga : Ayam Plucker, Idola Baru bagi Penghobi dan Peternak Ayam Laga di Indonesia

Hingga kini tradisi itu masih terjaga dengan baik bahkan popularitas ayam Saigon semakin mendunia. Hal ini dibuktikan dengan semakin maraknya penyebaran ayam Saigon hingga ke beberapa negera tetangganya seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Kamboja, China, Pakistan, India, Amerika, dan masih banyak lainnya.

Ayam Saigon menjadi kebanggaan masyarakat Vietnam


Masyarakat Thailand khususnya para penghobi ayam laga sudah sejak lama meng-import ayam Saigon sebagai bahan dasar persilangan. Sementara ayam Saigon masuk ke Nusantara sekitar tahun 70-80 an. Tepat setelah masuknya ayam Bangkok di masa-masa awal dulu.

Awalnya, ayam Saigon memang kurang diminati oleh para pecinta ayam petarung. Dikarenakan ayam Saigon dinilai memiliki cukup banyak kekurangan dan kelemahan seperti kurang begitu lincah pergerakannya, terutama pada saat hendak menyerang.

Beternak ayam Saigon menjadi usaha yang menguntungkan


Karena pergerakannya yang lambat dan kurang lincah itulah, ayam Saigon sering kehilangan kesempatan untuk mencari celah dalam menyerang lawannya. Meskipun ayam Saigon memiliki pergerakan yang lambat pada saat menyerang, namun ayam ini memiliki fisik yang cukup kuat.

Baca juga : Ayam Aseel, Ayam Laga Asal India yang Terkenal Kuat dan Ganas

Fisik yang kuat merupakan salah satu keistimewaan ayam ini, karena tidak semua jenis ayam petarung memiliki fisik sama kuatnya. Kekuatan fisik ayam Saigon tersebut dapat dilihat dari struktur-struktur tulangannya yang kuat dan kokoh, dan otot-otot pada tubuhnya.

Ayam Saigon mempunyai daya tahan yang luar biasa


Sehingga, meski dengan pergerakan yang lambat, ayam Saigon cukup dapat bertahan dari pukulan atau serangan yang dilemparkan oleh lawan padanya. Kini, seiring dengan perkembangannya, banyak kalangan masyarakat terutama para pecinta ayam petarung yang mengincar dan menggemari ayam ini.

Ayam Saigon mempunyai mempunyai badan kekar berotot, tubuh atletis, tatapan mata tajam, kulit tebal dan merah dengan tulang rangka yang tebal. Pada umumnya tampilan ayam Saigon gundul di leher dan bagian paha atas, karena orang Vietnam punya tradisi mencukur bulu leher dan bulu paha atas, ada juga yang mencukur seluruh bulu dada hingga perut bawah.

Ayam Saigon mempunyai penampilan yang sangat khas, minim bulu


Ayam Saigon mempunyai pukulan terkuat diantara jenis ayam aduan lainnya serta punya daya tahan yang kuat pula karena punya struktur tulangan besar dan kulit tebal. Nafas dan tenaga juga stabil untuk bertarung dalam durasi lama.

Baca juga : Ayam Shamo, Ayam Aduan Berpostur Tinggi Besar Asal Jepang

Pertumbuhan bulu ayam Saigon lambat dibandingkan dengan jenis ayam lain sehingga anak ayam Saigon terlihat gundul tidak punya ekor dan sedikit sekali bulu di badannya pada umur dibawah 3 bulan. Dari segi bulu ayam Ga noi dibagi menjadi 2 macam yaitu Ga noi Ma lai dan Ga noi Ma Chi.

Meskipun terkesan lamban, ayam Saigon menjadi bahan untuk menghasilkan ayam petarung jenis baru


Ganoi Ma lai adalah ayam Saigon yang mempunyai bulu biang atau ayam jago yang bulunya mirip bulu ayam betina terutama pada ekor, rawis punggung, dan leher. Sedangkan Ga noi Ma Chi adalah ayam Saigon yang bulunya normal seperti ayam jago pada umumnya.

Sedangkan dari segi jalu atau taji, ayam Saigon juga dibagi 2 macam yaitu Ga noi Don (Ga Don) dan Ga noi Chua (Ga chua). Ga Don adalah ayam Saigon yang Jtajinya tumpul dan tidak bisa panjang. Sedangkan Ga chua adalah ayam Saigon yang tajinya bisa tumbuh panjang dan lancip. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Ayam Saigon, Petarung Tangguh dan Bertenaga dari Vietnam


Sabtu, 20 September 2025

Latber AG Bird Farm Bangkalan Berlangsung Seru, Podium Juara Milik Mawar



Geliat hobi puter pelung di Bangkalan – Madura sampai saat ini masih tetap tampak. Terlihat dengan adanya gelaran rutin yang dihelat setiap bulan sekali. H. Alif M. Nur, selaku motor penggerak hobi puter pelung disana mengatakan bahwa hobi puter pelung di Bangkalan masih tetap eksis hingga saat ini.

Gelaran Latber AG Bird Farm yang digelar pada Minggu, 14 September 2025 di Gantangan AG BF Bangkalan Jl Pertahanan No. 191 Bancaran – Bangkalan, menjadi sinyal akan hal tersebut. “Kami memang jarang menggelar kegiatan namun sampai saat ini hobi puter pelung disini masih tetap ada,” terang H. Alif M. Nur.

Latber AG BF bangkalan, agenda rutin eksiskan hobi puter pelung


Bangkalan sepertinya terus menunjukkan eksistensinya di dunia hobi puter pelung. Setiap bulannya selalu ada kegiatan, upaya untuk terus menghidupkan hobi anggungan burung puter pelung. Terutama untuk agenda yang sifatnya lokalan.

Latber misalnya, kini menjadi jalan awal bagi mereka untuk menyemarakkan hobi puter pelung dari tingkat yang paling bawah. AG Bird Farm masih terus komit untuk kembali menjadikan daerah ini ramai dengan kegiatan hobi puter pelung.

Puter pelung mania sedang menyiapkan gaco-gaconya


“AG Bird Farm akan melaksanakan latberan seperti ini setiap bulan di minggu pertama atau kedua,” ujar H. Alif. “Kita akan coba terus adakan asal tidak berbarengan dengan kegiatan di tempat lain atau pas waktu kita longgar.”

Meski hanya membuka satu kelas saja yakni kelas Bebas, namun tidak sampai menyurutkan minat puter pelung mania Bangkalan untuk memberikan dukungan penuh. Bahkan menurut H. Alif, antusias peserta untuk mengikuti kegiatan begitu besar.

Antusiame penggila lomba puter pelung di Bangkalan mengikuti kegiatan di AG BF


“Alhamdulillah respon bagus diberikan rekan-rekan di Bangkalan dalam mendukung setiap kegiatan,” tegas pemilik AG Bird Farm ini. “Meskipun hari-hari ini banyak yang disibukkan dengan kegiatan agama, yakni kegiatan Maulid sehingga terasa sedikit mengendorkan antusiasme tersebut.”

“Kegiatan latber ini sendiri adalah bentuk keinginan dari rekan-rekan untuk kembali menyibukkan diri dengan hobi puter pelung. Mereka ingin selalu ada kegiatan untuk melatih gaco-gaco yang mereka punyai, “ jelas H. Alif.

Puluhan burung mengikuti Latber AG BF


Meski agenda ini hanya berupa Latber dengan harga tiket yang sangat terjangkau yakni Rp 25 ribu, namun Panitia sudah menyiapkan piala, piagam, dan sembako. “Dengan harga tiket yang murah meria sudah dapat menakar kualitas burung. Juga dapat piala, piagam, dan sembako,” kata beberapa peserta bersemangat.

Cuaca cerah dan cenderung panas, mengawal proses penjurian dari babak pertama sampai akhir. Empat babak penjurian berlangsung sukses dan lancar. Saling kejar perolehan nilai ditampakkan oleh beberapa burung. Seperti yang ditunjukkan oleh burung yang ada di gantangan 1 dan 13.

Acara berjalan meriah


Demikian juga yang ditunjukkan oleh gantangan 18 dan 20 serta beberapa burung lainnya. Hanya saja performanya tidak bisa stabil mengambil hati juri untuk mendapatkan nilai terbaik. Persaingan ketat berjalan hingga akhir sampai posisi kejuaraan ditentukan.

Podium pertama dan kedua berhasil diraih jago-jago milik Anas dari Bangkalan. Juara pertama direbut Mawar, yang digantang pada nomor 1. Menyusul pada urutan kedua Melati yang digantang pada nomor 13. Keduanya mendapatkan bendera empat warna sepanjang empat babak.

H. Alif bersama para juara


Posisi berikutnya dimenangkan Sapo’ Angin orbitan ATM BF Bangkalan, puter pelung bergelang ATM 20 yang berada di nomor gantangan 18. Sapo’ Angin berhasil merebut tempat ketiga setelah bersaing ketat dengan Sangkuriang milik Anang dari Socah yang ada di gantangan nomor 20.

Kedua burung sama-sama mendapatkan bendera empat warna pada babak pertama dan ketiga. Di akhir acara, panitia mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran peserta yang telah meramaikan acara. Dan permintaan ma’af disampaikan jika selama acara, ada hal-hal yang kurang berkenan. (Ramlee/AG)





Jumat, 19 September 2025

Pedes Gelar Latber Dago Bird Farm, Lokasi Penuh Peserta, Oscar dan Libe Rebut Juara



Komunitas derkuku yang tergabung dalam Penggemar Derkuku Sukoharjo (Pedes) bersama Pengcab PPDSI Sukoharjo, kembali menggelar acara Latihan Bersama (Latber) pada Minggu, 14 September 2025. Kegiatan dipusatkan di Lapangan Sukoharjo, Kelurahan Kwarasan. Gelaran bertajuk Latber Dago Bird Farm tersebut sebagai wujud eksistensi mereka dalam menekuni hobi.

“Kami hadir kembali untuk mengajak dekoe mania untuk terus menebar semangat dan eksistensi di dunia hobi derkuku,” terang Widodo selaku Ketua Panitia. Lebih lanjut disampaikan bahwa lewat event seperti ini diharapkan jalinan silaturahmi bisa tetap terjaga dengan baik antara sesama dekoe mania.

Panitia berfoto bersama juri yang bertugas


“Kami sengaja mengadakan kegiatan ini, karena dengan begitu para dekoe mania yang mempunyai kesibukan dapat tetap bertemu, bersenda gurau satu sama lain, dan mempererat jalinan persaudaraan,” sambung pemilik Dorrick BF Sukoharjo.

Masih menurut Widodo bahwa kegiatan ini terus diusahakan menjadi agenda tetap tiap bulan. “Diharapkan Latber Pedes akan menjadi agenda tetap bulanan Pengcab Sukoharjo. Dan tujuan kami adalah ingin menghasilkan derkuku kelas lomba yang bisa menjadi jawara di arena.”

Para senior selalu setia ikut latberan


Widodo mengaku bahwa acara tersebut ada, karena keinginan rekan-rekan dekoe mania di Sukoharjo agar bisa selalu menyalurkan hobi setelah mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. “Mereka ingin hobi ini dapat terus semarak,” ujar Widodo.

“Kami untuk sementara hanya membuka dua kelas yakni kelas Pemula dan kelas Bebas, menyesuaikan dengan lokasi yang ada,” tambahnya. Begitu juga dengan peserta yang masuk, mayoritas adalah dari kalangan Pedes sendiri dan dari Solo Raya. Dukungan terhadap kegiatan ini juga datang dari DMS yang juga aktif menggerakkan hobi derkuku di Solo Raya.

“Teman-teman Pedes selalu kontak kita dan meminta dukungan, jadi kita dukung kegiatan mereka agar hobi derkukunya bisa terus jalan,” jelas Agung Cahyanto, Ketua DMS. Diharapkan dengan kegiatan tersebut, akan semakin memunculkan semangat dekoe mania untuk terus menekuni hobinya.

“Saya harap dengan adanya kegiatan seperti Latber Dago Bird Farm ini, maka semangat teman-teman disini semakin meningkat, sehingga hobi derkuku di Sukoharjo akan semakin semarak,” harap Agung. Setidaknya dengan kegiatan ini banyak dekoe mania yang bisa merasakan manfaatnya.

Penyerahan koncer pada gantangan 44 di kelas bebas


Seperti yang diungkapkan oleh anggota Polsek Sukoharjo Aipda Agus Sujatno yang ikut menikmati gayengnya gelaran dari Pedes. “Kalau bisa kegiatan seperti Latber derkuku ini dapat terus berkembang dan ditingkatkan,” ujar Agus Sujatno.

“Karena bisa menambah teman dari mana saja juga jadi hiburan dari kepenatan aktivitas keseharian,” tambah Agus Sujatno. “Dan tentunya juga bisa menambah penghasilan. Masyarakat sekitar lapangan juga bisa memanfaatkannya untuk menambah pendapatan mereka, jadi ekonomi mikro di sekitar akan ikut bergerak.”

Barisan juara di kelas Bebas


Pada kesempatan itu, Widodo mengucapkan terima kasih kepada seluruh dekoe mania yang sudah hadir berpartisipasi di ajang Latber sebagai ajang pemanasan sebelum menuju Liga Derkuku Indonesia yang akan dilaksanakan di bulan September ini juga. Terima kasih juga buat Dago Bird Farm yang telah mensuport serta DMS yang selalu membantu kegiatan di Sukoharjo tersebut.

Sementara untuk acaranya sendiri berlangsung sukses dan lancar. Latber Dago Bird Farm bisa dianggap sebagai ajang melatih mental. Bagaimana tidak, angin yang berhembus kencang sejak dimulainya penjurian membuat burung yang berlaga tidak bisa tenang berdiri dan memperdengarkan alunan anggung emasnya. Kondisi ini secara tidak langsung akan melatih mental bertarung burung.

Seluruh blok yang dibuka, terisi penuh oleh peserta. Tidak nampak adanya tiang kerekan kosong. Tiket yang disediakan juga tidak menyisakan satu lembar pun. Bahkan ada beberapa dekoe mania yang batal ikut karena kehabisan tiket. Mereka terpaksa memarkir burung yang telah disiapkan di luar lapangan.

Pernyerahan koncer kelas Pemula pada gantangan nomor 6


Di akhir acara, penentuan posisi kejuaraan ditentukan. Untuk podium pertama di kelas Bebas berhasil menjadi milik Oscar amunisi NSK Solo produk ternak TKL 2597 yang dikerek pada nomor 44. Oscar sukses tampil sebagai juara setelah tampil apik dengan mendapatkan nilai 43 ¾ sepanjang empat babak.

Di tempat kedua ada Kopi debutan Musa dari Jakarta ternakan LMS 544 yang berada di nomor kerekan 43. Kopi dari babak pertama hingga ketiga sebenarnya mampu mengimbangi performa yang ditunjukkan oleh sang juara, sayang di babak terakhir penampilannya merosot dengan hanya mendapatkan bendera empat warna.

Juara-juara di kelas Pemula


Dan urutan ketiga diraih Batre orbitan P. Sunaryanto dari Solo. Burung bergelang Arya 55 yang dikerek pada nomor 45, setelah mendapatkan bendera tiga warna pada babak pertama, kemudian bendera lima warna pada babak kedua dan bendera empat warna pada dua babak terakhir.

Di kelas Pemula, juara pertama berhasil menjadi milik Libe debutan PB BF Sukoharjo, ternakan PN 895 yang dikerek pada nomor 06. Urutan kedua diraih One Piece milik Dorrick BF, ring Dorrick 24 yang menempati nomor kerekan 02 dan tempat ketiga berhasil diraih Salep orbitan P. Sunaryanto dari Solo dengan ring Arya 88 yang berada di nomor kerekan 25.

Bagus dari Klaten mendapatkan doorprize derkuku, mantap


Di akhir acara, panitia mengucapkan terima kasih atas kehadiran seluruh peserta sehingga membuat acara sukses dan lancar. Permintaan maaf juga disampaikan jika ada hal-hal yang kurang berkenan selama acara berlangsung. (Ramlee/JAT)





Kamis, 18 September 2025

Ikan Palmas, Si Ikan Naga Purba yang Eksotis





Ikan Palmas (Polypterus sp.) merupakan salah satu jenis ikan purba/jurasic fish. Ikan ini dikenal juga sebagai ikan naga, jenis air tawar yang populer di kalangan penggemar ikan hias. Ikan Palmas diperkirakan telah ada sejak 200 juta tahun lalu. atau pada masa awal peradaban dinosaurus atau pada periode Triassic. Hal tersebut juga didasarkan terhadap bukti-bukti fosil yang telah ditemukan.

Ikan ini juga disebut shortfin atau marbled bichir, termasuk ke dalam keluarga Polypteridae yang ditemukan di lingkungan air tawar di seluruh Afrika Barat, seperti Kenya, Mali, Mesir, Tanzania, Senegal hingga Mesir. Ikan Palmas juga akan lebih mudah ditemukan pada area rawa-rawa, danau maupun perairan dengan kondisi arus tidak begitu deras dan dengan kedalaman yang tidak terlalu dalam.

Palmas Endlicheri (Polypterus Endlicheri)



Meski begitu jika dilihat dari kondisi lapangan saat ini, ikan Palmas semakin mudah ditemukan di berbagai negara seperti Indonesia. Hal ini karena sudah banyak orang mulai tertarik membudidayakan ikan Palmas, sehingga memudahkan penghobi menemukan ikan purba ini.


Ikan eksotis ini hampir mirip dengan mahluk jaman purba. Ikan Palmas termasuk jenis ikan predator yang memiliki bentuk unik dan sedikit sangar. Penampakannya tesebut sehingga tidak sedikit juga peminatnya, terutama para penghobi ikan predator.

Palmas Albino



Ikan ini bisa tumbuh hingga 30 cm di penangkaran dan bisa lebih besar lagi bila hidup di alam liar. Keunikan dari ikan Palmas adalah memiliki sirip punggung yang menyerupai naga, maka dari itu selain disebut Palmas, ikan ini juga disebut ikan naga.

Di habitat aslinya ikan predator palmas ini mempunyai kemampuan bertahan hidup di luar air selama beberapa waktu dan mampu berjalan dengan sirip dadanya yang kuat. Selain itu ikan ini juga mempunyai kemampuan untuk mengambil udara dengan alat yang telah termodifikasi menyerupai paru-paru.

Berdasarkan etimologi, nama genus Polypterus berasal dari bahasa Yunani, yaitu kombinasi kata poli (banyak) dan kata pteron (sayap atau sirip). Sehingga dikatakan ikan Polypterus adalah ikan “bersirip banyak”. Palmas termasuk jenis ikan pemangsa (predator).

Ikan naga, memiliki tubuh memanjang dengan satu susunan sirip punggung (finlet) yang unik dan terdiri dari beberapa bagian dengan yang jumlah bervariasi antara 7-18, di samping sirip punggung itu sendiri. Masing-masing finlet di punggung memiliki ujung-ujung bifida (doubleedged), dan beberapa sirip hanya dengan duri keras.

Palmas Orna (Polypterus Ornatipinnis)



Dan selebihnya sirip dengan duri-duri lunak. Tubuh ikan Polypterus ditutupi oleh sisik-sisik ganoid seperti tulang dan trapesium yang tebal. Struktur rahang ikan naga lebih menyerupai ikan tetrapoda daripada ikan teleostei.


Ikan Palmas juga memiliki beberapa karakteristik primitif lainnya, seperti sirip dada berupa daging yang sekilas mirip dengan ikan bersirip lobus. Ikan Palmas juga memiliki sepasang spirakel menyerupai celah yang digunakan untuk menghembuskan udara.

Palmas Senegalus (Polypterus Senegalus)



Dua paru-paru dengan lempengan gular dan ventral ganda (paru-paru kiri lebih kecil dari bagian kanan). Inilah yang memungkinkan ikan naga untuk mendapatkan oksigen dari udara ketika berada di perairan dengan sedikit oksigen, dengan cara berenang cepat ke permukaan dan kembali ke bawah.

Ikan Palmas rata-rata memiliki panjang sekitar 30 cm. Tetapi ikan ini dapat tumbuh mencapai panjang hingga maksimal 97 cm. Ikan Palmas hidup secara optimal pada perairan dengan kisaran suhu air 16 – 27 °C dan pada kisaran pH 6,5 – 7.

Meski menjadi salah satu ikan predator, tapi ikan palmas sendiri sebenarnya adalah ikan yang tidak terlalu agresif. Bahkan ikan ini terlihat tidak jahil dan tidak begitu aktif. Selain itu, mereka juga salah satu jenis ikan pemalu. Ketika sedang berada di dalam habitatnya, ikan palmas akan lebih suka berada di balik celah-celah bebatuan maupun ranting untuk berlindung.

Karena ikan Palmas memiliki temperamen yang cukup baik, maka dari itu beberapa orang memilih untuk memberikan ikan lain dengan ukuran sama dalam satu akuarium. Perlu diketahui juga jika ikan palmas adalah jenis ikan yang hidup secara nokturnal atau akan lebih aktif jika sedang berada pada kondisi malam hari.

Palmas Ansorgii (Polypterus Ansorgii)



Meski indera penglihatan ikan Palmas tidak terlalu baik, namun ikan palmas mampu memanfaatkan indera penciumannya untuk menemukan makanannya. Menariknya lagi, ikan palmas adalah salah satu hewan yang bisa bertahan hidup cukup lama.


Ikan Palmas lebih menyukai makanan dalam kondisi hidup berupa ikan-ikan kecil, selain itu juga mau memakan makanan berupa daging yang berasal dari udang ataupun ikan. Apabila dilihat dari cara bergeraknya di dalam air, ikan Palmas berbeda dengan jenis ikan hias lainnya, karena ikan ini tidak berenang cepat dengan sirip dan ekornya, akan tetapi bergerak dengan berjalan di dasar air menggunakan siripnya.

Palmas Polli (Polypterus polli)



Dengan cara bergerak seperti itu, ikan naga memang lebih tampak seperti seekor “ular naga” yang berjalan di bawah air, daripada seekor ikan. Beberapa orang percaya bahwa ikan Palmas, terutama yang albino dan bermata merah, dapat membawa keberuntungan dan rezeki.

Menariknya ikan ini juga memiliki beberapa jenis yang begitu populer untuk dijadikan budidaya maupun hanya sekedar ikan hias. Diantaranya, Palmas Endlicheri (Polypterus Endlicheri), Palmas Albino, Palmas Orna (Polypterus Ornatipinnis), Palmas Senegalus (Polypterus Senegalus), Palmas Lapradei (Polypterus Bichir), Palmas Ansorgii (Polypterus Ansorgii), Palmas Congicus (Polypterus congicus), Palmas Teugelsi, Palmas Mokelembembe (Polypterus mokelembembe), Palmas Retropinnis, Palmas Polli, Palmas Weeksii, Palmas Bichir-bichir (Palmas PBB), dll. (Ramlee)


Sumber : remen.id


Selasa, 16 September 2025

Seledri, Sayuran dengan Berbagai Manfaat



Seledri (Apium graveolens) merupakan tanaman sayuran yang umum digunakan sebagai bumbu masakan dan juga memiliki berbagai manfaat kesehatan. Asal-usul tanaman ini diduga telah dikenal 1.000 tahun yang lalu, yaitu sejenis tumbuhan liar asli di dataran Asia. Ada tiga jenis seledri, seledri daun, seledri gagang, dan seledri umbi.

Di Indonesia seledri yang paling dikenal adalah seledri daun. Hampir setiap penduduk mengenal, terkadang mereka menanam di dalam pot atau volibek disekitar rumah. Seledri memiliki aroma dan rasa yang unik.

Batang sayuran ini memiliki tekstur yang garing dan padat, sedangkan biji dan daunnya memiliki aroma yang khas dan sering digunakan sebagai hiasan pada makanan. Seledri juga biasanya digunakan sebagai campuran aneka hidangan, mulai dari salad, tumisan, sup, hingga lalapan.

Budidaya Seledri


Seledri di Indonesia diperkenalkan oleh penjajah Kolonial Belanda. Memang pemanfaatan seledri sudah sejak ribuan tahun lalu. Di Eropa seledri digunakan dari daunnya, gagang, dan umbi. Daun seledri dijadikan bumbu masakan yang berkuah. Seperti gulai pindang, sup, kuah bakso, kuah model, kuah bubur ayam, soto dan masakan kue asin.

Baca juga : Kailan, Sayuran Sehat Bercita Rasa Lezat yang Sering Dikira Sawi Hijau

Bumbu daun seledri bukan hanya penyedap, tapi juga memberikan aroma wangi. Seledri tanaman serba guna, selain sayuran juga masuk dalam klasifikasi tanaman obat. Karena manfaatnya yang tinggi, seledri pun cukup digandrungi di sejumlah negara. Seperti Jepang, Cina, dan Korea.

Bunga Seledri


Seledri adalah salah satu tanaman herba tegak dengan karakteristik yaitu tinggi tanaman sekitar 50 cm dan berbau khas. Batang seledri berbentuk persegi berwana hijau pucat dan bercabang banyak. Bentuk daun.seledri yaitu majemuk.menyirip ganjil dengan.anak daun 3-7 helai. Anak daun.bertangkai yang.panjangnya 1-2,7 cm. Bunga majemuk berbentuk.payung, 8-12 buah, kecil-kecil, berwarna.putih mekar secara.bertahap. Buahnya buah kotak, berbentuk.kerucut, panjang 1-1,5 mm, dan.berwarna hijau kekuningan.

Tanaman seledri dapat tumbuh baik di daerah dengan iklim subtropis pada ketinggian 1.000-1.200 meter di atas permukaan laut, tetapi dapat mentolerir dataran rendah. Tanaman ini juga membutuhkan suhu udara antara 16-21°C dengan kelembaban udara 80-90%.

Selain itu, seledri membutuhkan curah hujan sekitar 60-100 mm per bulan. Meskipun demikian, seledri juga dapat tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia, baik di dataran rendah maupun tinggi, dengan kondisi yang sesuai. Seledri membutuhkan sinar matahari penuh, setidaknya enam jam sehari, dengan sedikit naungan di musim panas.

Seledri daun (A. graveolens var. secalinum)


Tanah yang subur dan mampu menahan kelembaban sangat ideal untuk menanam seledri. Seledri membutuhkan drainase yang baik untuk mencegah akar busuk karena terlalu banyak air. Tingkat keasaman tanah yang disukai adalah pH 5,5-6,5.

Baca juga : Leunca, Lalapan Favorit Kaya Antioksidan yang Bermanfaat untuk Kesehatan Tubuh

Sekarang seledri sudah dibudidayakan petani secara luas. Banyak daun seledri dijual di pasar. Boleh disebut kalau seledri sudah menjadi komoditas sayuran yang tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan masyarakat banyak. Seledri juga mengandung minyak atsiri. Ada juga orang yang alergi seledri, untuk penderita radang ka’al tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi seledri.

Seledri tangkai (A. graveolens var. dulce)


Ada tiga kelompok tanaman seledri yang telah dibudidayakan dan digunakan untukberbagai kebutuhan, yakni seledri daun atau seledri iris (A. graveolens var. secalinum) yang biasa diambil daunnya dan banyak dipakai di masakan Indonesia.

Seledri tangkai (A. graveolens var. dulce) yang tangkai daunnya membesar dan beraroma segar, biasanya dipakai sebagai komponen salad. Seledri umbi (A. graveolens var. rapaceum), yang membentuk umbi di permukaan tanah. Biasanya digunakan dalam sup, dibuat semur, atau schnitzel. Umbi ini kaya provitamin A dan K.

Seledri adalah tumbuhan serbaguna, terutama sebagai sayuran dan obat-obatan. Sebagai sayuran, daun, tangkai daun, dan umbi sebagai campuran sup. Daun juga dipakai sebagai lalap, atau dipotong kecil-kecil lalu ditaburkan di atas sup bakso, soto, macam-macam sup lainnya, atau juga bubur ayam.

Seledri (terutama buahnya) sebagai bahan obat telah disebut-sebut oleh Dioskurides serta Theoprastus dari masa Yunani Klasik dan Romawi sebagai “penyejuk perut”. Veleslavin (1596) memperingatkan agar tidak mengonsumsi seledri terlalu banyak karena dapat mengurangi air susu.

Seledri umbi (A. graveolens var. rapaceum)


Seledri disebut-sebut sebagai sayuran anti-hipertensi. Fungsi lainnya adalah sebagai peluruh (diuretika), anti reumatik serta pembangkit nafsu makan (karminativa). Umbinya memliki khasiat yang mirip dengan daun tetapi digunakan pula sebagai afrodisiaka (pembangkit gairah seksual). Namun, seledri berpotensi menimbulkan alergi pada sejumlah orang yang peka. Penderita radang ka’al tidak dianjurkan mengonsumsinya.

Baca juga : Buncis, Sayuran Hijau yang Kaya Nutrisi dan Manfaat untuk Kesehatan

Aromanya yang khas berasal dari sejumlah komponen mudah menguap dari minyak asiri yang dikandung, paling tinggi pada buahnya yang dikeringkan. Kandungan utamanya adalah butilftalida dan butilidftalida sebagai pembawa aroma utama.

Seledri, sayuran pelengkap penambah cita rasa masakan


Terdapat juga sejumlah flavonoid seperti graveobiosid A (1–2%) dan B (0,1–0,7%), serta senyawa golongan fenol. Komponen lainnya apiin, isokuersitrin, furanokumarin, serta isoimperatorin. Kandungan asam lemak utama adalah asam petroselin (40-60%). Daun dan tangkai daun mengandung steroid seperti stigmasterol dan sitosterol. Berkat kandungan nutrisi dan antioksidan di dalamnya, ada banyak manfaat seledri yang baik untuk kesehatan tubuh.

Yaitu mengontrol berat badan, menjaga kesehatan saluran cerna, memperlancar menstruasi, menyehatkan mata, menurunkan tekanan darah, memelihara kesehatan jantung, mengontrol gula darah, mencegah pikun, mencegah anemia, dan dapat mengurangi risiko terjadinya kanker. Meski daun seledri baik untuk kesehatan, bukan berarti harus mengonsumsinya dalam jumlah banyak. Makan seledri secara berlebihan meningkatkan risiko hiperkalemia karena terlalu banyak kalium di dalam tubuh. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Seledri, Sayuran Pelengkap Penambah Cita Rasa Masakan



Katuk, Tanaman yang Daunnya Kaya Manfaat

Daun Katuk (Sauropus androgynus) merupakan jenis sayuran hijau yang dikenal luas di Asia Tenggara. Tanaman ini dikenal karena daunnya yang ...