Blog tentang hobi dan kreasi jadi rejeki

Sabtu, 23 Desember 2023

Nuri Talaud, Legenda Sang Biduan dari Bumi Porodisa



Burung nuri talaud (Eos histrio) merupakan salah satu jenis burung paruh bengkok (parrot). Nuri talaud adalah burung endemik pulau-pulau di utara Sulawesi. Burung nuri nalaud atau red-and-blue lory juga menjadi salah satu burung langka dengan status terancam dari bahaya kepunahan.

Di Sulawesi, burung ini dikenal dengan nama burung sampiri. Sementara dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Red-and-blue Lory karena bulunya yang berwarna merah dan biru. Penampilan bulu-bulunya yang cantik, serta sifatnya yang cepat jinak serta mudah beradaptasi, membuat burung nuri talaud banyak diburu manusia untuk dijadikan hewan piaraan.

Nuri talaud memiliki panjang tubuh sekitar 31 cm dengan berat sekitar 150-185 gram. Bulunya berwarna merah dan biru cerah berpadu dengan sedikit warna hitam dan paruh yang berwarna jingga terang. Bagian mahkota, sekitar mata dan telinga, serta belakang kepala hingga punggung dan dadanya berwarna biru keunguan. Sayap berwarna merah dengan ujung hitam, sedangkan ekornya biru kemerahan.

Burung nuri talaud suka berpindah-pindah pohon untuk beristirahat
 

Habitat burung nuri talaud antara lain di daerah hutan pamah primer, hutan perbukitan, dan kebun kelapa hingga ketinggian 500 mdpl. Nuri talaud termasuk burung sosial. Nuri Talaud biasa hidup secara berpasangan atau dalam sebuah kelompok kecil maupun besar.

Baca juga : Kakatua Raja, Burung Kakatua Terbesar di Dunia dari Tanah Papua

Burung ini kerap terlihat mencari makanan di pohon berbunga dan pohon kelapa. Burung ini umumnya beraktifitas pada siang hari. Menjelang malam, mereka membentuk sebuah kelompok besar di sebuah pohon untuk beristirahat.

Sepasang nuri talaud di atas pohon kelapa
 

Perilaku seperti ini dikenal dengan fenomena pohon tidur/roost tree. Tidak jarang, mereka terbang dari satu pulau ke pulau lainnya untuk mencari pohon yang bisa dijadikan tempat tidurnya. Suara kicauan burung ini pendek, kasar, berisik, dan mencolok.

Makanan burung nuri talaud diperkirakan berupa kelapa karena sering terlihat nangkring di pohon-pohon kelapa, dan mungkin juga bunga-bungaan. Mereka hidup secara berpindah-pindah. Di Kepulauan Talaud, mereka sering terlihat terbang dalam kelompok besar dari satu Pulau ke Pulau lain untuk tidur.

Seperti umumnya burung paruh bengkok, nuri talaud bersifat monogami. Ketika sedang berbiak, burung betina bertelur sebanyak dua butir yang diletakkan di sarang yang dibangun dalam sebuah lubang besar pada batang pohon.

Setelah telur dierami induknya selama sekitar satu bulan, telur-telur itu akan menetas. Anakan burung nuri talaud akan tinggal dalam sarang selama 8 minggu. Setelah itu, mereka keluar dari sarang untuk belajar terbang.

Nuri talaud bersarang di lubang pohon
 

Ada tiga subspesies/ras burung nuri talaud, dengan wilayah persebaran yang berbeda. Yaitu, Eos histrio challengeri di Pulau Miangas di Sulawesi Utara, kemudian Eos histrio talautensis ada di Pulau Karakelong, Salebabu, dan Kaburuang di Kepulauan Talaud. Lalu Eos histrio histrio di Pulau Sangihe, PulauSiau, dan Pulau Ruang.

Baca juga : Anis Kembang, Burung Berkicau yang Pernah Mencapai Puncak Kejayaan jauh di Atas Semua Burung Kicauan

Beberapa tahun lalu, populasi nuri talaud di alam bebas diperkirakan sekitar 5.500 – 14.000 individu. Namun jumlah ini mengalami penurunan mengingat makin maraknya perburuan liar oleh manusia untuk diperjualbelikan. Belum lagi faktor kerusakan hutan yang menjadi habitat nuri talaud.

Petugas menggagalkan penyelundupan nuri talaud melalui kapal laut
 

Sejak tahun 1760, nuri talaud telah ditetapkan sebagai satu spesies tersendiri berdasarkan koleksi specimen yang ada di museum di Eropa. Dalam sebuah buku yang terbit di tahun 1889, Sidney J Hickson, juga telah menyinggung satwa langka yang ia temui dalam perjalanannya ke Sangihe Talaud di tahun 1885.

Hal yang sama, juga dipaparkan oleh Dr. Murray, seorang naturalis yang mengunjungi pulau Miangas, sebagaimana dikisahkan oleh St. G. Mivart dalam bukunya yang terbit tahun 1898. Sesungguhnya, banyak laporan para naturalis yang menyinggung keberadaan burung tersebut.

Namun, ironisnya hampir semuanya menunjukkan telah terjadi perdagangan burung Sampiri sebagai komoditas bernilai tinggi. Karena penampilannya yang cantik, nuri talaud kerap ditangkapi untuk diperjualbelikan secara ilegal.

Sejak dekade 1990-an, burung ini sering diselundupkan para nelayan Filipina yang melakukan ilegal fishing di perairan Indonesia. Mereka membelinya dari warga setempat dengan harga murah, lalu dijual kembali di negaranya dengan harga sangat tinggi.

Puluhan botol air mineral berisi burung nuri talaud hendak diselundupkan dari Talaud ke Manado
 

Karena itu, Badan Konservasi Dunia atau IUCN memasukkan nuri talaud dalam daftar burung terancam punah dengan status Endangered. Status perdagangannya juga ditingkatkan menjadi CITES Appendix I, yang artinya tidak boleh diperdagangkan secara internasional kecuali untuk tujuan penelitian/riset.

Baca juga : Murai Batu Rajanya Burung Ocehan, Favorit Kicau Mania

Meskipun masuk Daftar Merah IUCN sebagai Endangered, termuat sebagai Appendix I CITES, dan dilindungi di Indonesia, nyatanya perburuan burung ini tetap marak. Burung Nuri Talaud kerap ditangkap kemudian diperdagangkan sebagai burung peliharaan, termasuk jual beli hewan online. Padahal nuri talaud burung berstatus Endemik Endangered ini sudah benar-benar langka dan mendekati kepunahan.

Masyarakat lepas liarkan nuri talaud yang tertangkap
 

Pemerintah sebenarnya telah berusaha menjaga kelestarian hewan-hewan langka tersebut, antara lain dengan menetapkan kawasan hutan konservasidi Kepulauan Sangihe Talaud. Di pulau Sangir Besar tidak kurang sekitar 3,549 ha dijadikan Hutan Lindung Sahendaruman sedangkan di Pulau Karakelang sekitar 24,669 ha dijadikan areal Suaka Margasatwa Karakelang dan 9000 ha sebagai areal Hutan Lindung.

Sayangnya, keberadaan hutan konservasi tersebut sangat rentan akibat maraknya perambahan hutan, pencurian kayu, perburuan dan perdagangan satwa liar, serta pencemaran lingkungan. Mengubah kebiasaan masyarakat memang tidak mudah. Apalagi bila dibalik itu terdapat iming-iming keuntungan ratusan ribu rupiah dari para cukong. (Ramlee)




Sumber : remen.id

Nuri Talaud, Burung Endemik Pulau-pulau di Utara Sulawesi yang Diambang Kepunahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latber Malam Road to Margo Trophy, Jaladri dan Maha Raja Raih Bendera Enam Warna, Bimo Juara

Setelah sukses pada penyelenggaraan latber sebelumnya, Latber Road to Margo Trophy kembali digelar pada Sabtu, 14 September 2024 di Gantanga...