Nuri Kabare (Psittrichas fulgidus) merupakan spesies burung paruh bengkok (parrot) endemik tanah Papua, karena tidak ditemukan di wilayah lain. Bagi sebagian orang, penampilan burung nuri kabare mungkin dianggap kurang menarik, bahkan cenderung mirip burung nazar si pemakan bangkai.
Tetapi siapa sangka, spesies burung paruh bengkok (parrot) yang unik ini justru banyak diburu, karena bulu-bulunya memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Nuri kabare (pesquet parrot) sering juga disebut sebagai nuri elang atau nuri nazar. Inilah satu-satunya spesies anggota genus Psittrichas dari keluarga Psittrichasiidae.
Nama ilmiah nuri kabare Psittrichas fulgidus disematkan oleh naturalis asal Prancis, Rene Primevere Lesson ketika melakukan perjalanan keliling dunia pada 1822 – 1825 dan singgah di Papua. Rene pula orang pertama yang juga menemukan burung cenderawasih (Paradisaea) di habitat aslinya. Rene Primevere Lesson sempat dibuat terkejut dengan penemuan nuri kabare karena secara morfologi mirip dengan Curica Urubu (Pyrilia vulturina) dari Brasil.
![]() |
Curica Urubu (Pyrilia vulturina) dari Brasil |
Bila umumnya burung jenis paruh bengkok (parrot) ini memiliki warna-warna cerah hijau, biru, merah terang, kuning atau campuran, maka tidak demikian dengan nuri kabare. Burung ini juga dikenal dengan sebutan dracula parrot atau burung nuri drakula ini memiliki ukuran tubuh terbesar di antara jenis burung nuri lainnya.
Baca juga : Nuri Bayan, Burung Paruh Bengkok Cantik Berperilaku Unik
Panjang tubuhnya mencapai 40 – 46 cm sentimeter dengan berat sekitar 680 – 800 gram, dengan bentuk paruh yang sempit dan runcing. Paruhnya mirip dengan burung elang berwarna kehitaman. Nuri kabare memang cenderung berperawakan galak.
![]() |
Nuri Kabare betina |
Terdapat bulu tipis di sekitar kepalanya berwarna hitam pekat hingga ke bagian paruh bengkoknya, mengingatkan kepada perawakan burung elang. Karena itu nuri kabare kerap dijuluki sebagai nuri elang. Bulu pada tubuhnya didominasi oleh warna hitam di bagian kepala, leher hingga dada dan bagian dorsal tubuhnya (punggung hingga ujung ekor).
Sedangkan bulu di perutnya berwarna merah hingga pangkal ekor dan sedikit di bagian sayap. Nuri kabare memiliki ciri khas yakni sedikitnya bulu di atas kepalanya dengan bentuk kepalanya yang cenderung botak, bertubuh tegap, berleher panjang, dan bentuk paruh mirip burung pemakan bangkai.
Burung nuri kabare jantan dan betina memiliki kemiripan karena bentuk dan warnanya yang sama, yang membedakan hanya pada bagian belakang mata. Pada burung jantan ada sedikit bulu berwarna merah, sedangkan betina tidak ada. Ukuran pejantan sedikit lebih besar dari betina. Pada burung remaja, bulu merah di sayap dan perut berwarna lebih kusam.
Secara perilaku, nuri kabare disebut juga sebagai kasturi raja (Pesquet parrot). Nuri kabare juga dikenal juga sebagai Dracula parrot, namun begitu, nuri yang satu ini bukan jenis burung pemangsa. Mereka lebih doyan makan berbagai jenis biji-bijian, kacang-kacangan, dan buah-buahan. Terkadang nuri kabare juga memakan bunga dan nektar serta berperan penting sebagai penyebar biji dan otomatis menambah jumlah pepohonan.
![]() |
Sepasang Nuri Kabare |
Burung ini senang mengonsumsi buah ara, semacam buah bergetah dari pegunungan di Papua dan itu membuat bulu bagian kepala nyaris botak. Mungkin hal ini merupakan bentuk adaptasi dari kebiasaannya menyantap buah-buahan yang bergetah lengket. Yang kemudian berevolusi menjadi setengah botak agar ara tidak menempel di bagian kepala. Bentuk kepalanya yang cenderung botak itu membuatnya dijuluki “nuri nazar”.
Baca juga : Nuri Talaud, Legenda Sang Biduan dari Bumi Porodisa
Nuri kabare aktif saat siang hari (diurnal), aktivitas sehari-hari terlihat sering berpasangan dan terkadang berkelompok, terdiri dari 8 – 20 individu. Nuri kabare mendiami 1 – 3 pohon tinggi yang letaknya berdekatan. Burung ini sangat jarang sekali mengeluarkan suaranya.
![]() |
Berperawakan seram tetapi Nuri Kabare bukan jenis burung predator |
Suara nuri kabare lebih mirip geraman yang serak. Burung ini lebih sering terlihat terbang sambil mengeluarkan suara seperti jeritan atau bertengger di dahan. Nuri unik ini sangat pelit mengeluarkan suara, kontras dengan nuri pada umumnya yang selalu bawel.
Ketika bersama kelompok kecilnya, nuri kabare sangat berisik. Suaranya berupa geraman keras yang parau, tidak berirama, namun bisa terdengar hingga jarak yang sangat jauh. Nuri kabare umumnya berjalan dengan gaya melompat-lompat dan merangkak seperti halnya perilaku burung jenis paruh bengkok lainnya.
Nuri kabare membangun sarang dengan melubangi pepohonan tinggi yang letaknya saling berdekatan. Di habitat aslinya, nuri kabare mendiami daerah perbukitan dan kaki gunung di Papua dan Papua Nugini di ketinggian 100 – 1.800 meter di atas permukaan laut. Nuri kabare mampu menghasilkan 2 – 3 telur saat bereproduksi dan dapat bertahan hidup hingga usia 9 tahun.
Keunikan burung inilah yang menyebabkan nuri kabare menjadi buruan oknum tidak bertanggung jawab. Perburuan besar-besaran di habitatnya karena adanya permintaan pasar untuk dijadikan satwa koleksi, di samping terjadinya pembalakan liar.
![]() |
Suara Nuri Kabare berupa geraman keras yang parau dan tidak berirama |
Hal lain yang menjadi ancaman kehidupan nuri kabare dan spesies burung lainnya adalah relasi sosial masyarakat setempat. Terutama suku-suku di pedalaman Papua yang memanfaatkan burung sebagai ornamen adat pada ikat kepala dan pakaian serta bentuk-bentuk lainnya.
Baca juga : Serindit, Jenis Burung Paruh Bengkok Kecil yang Biasa Tidur Menggantung ke Bawah
Di habitatnya, mengutip data Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua, saat ini populasi nuri kabare di alam liar tidak lebih dari 21 ribu ekor. Peraturan Menteri (Permen) Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor 20 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi memasukkannya sebagai burung yang perlu dilindungi.
![]() |
Nuri Kabare suka bertengger di dahan-dahan pohon yang tinggi |
Dalam permen tersebut, nuri kabare dimasukkan dalam daftar hewan dilindungi nomor 588. Sedangkan International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) memasukkannya ke dalam Daftar Merah (Redlist) kategori Rentan (Vulnerable) sejak 1 Oktober 2017.
IUCN memprediksi terdapat sekitar 20 ribu-40 ribu ekor nuri kabare di Pulau Papua dan penyebarannya sebagian besar di Fakfak, Kumawa, dan Cyclops dalam area seluas 689 ribu kilometer persegi. Mereka mencantumkan tren populasi nuri kabare dengan status “Decreasing”, artinya satwa ini akan semakin berkurang jumlahnya di habitatnya setiap saat.
![]() |
Konservasi ex situ Nuri Kabare, salah satu cara menyelamatkan dan melindunginya dari ancaman kepunahan di masa depan |
Sejumlah lembaga konservasi berupaya melakukan penangkaran nuri kabare di luar habitatnya atau ex situ. Misalnya Kebun Binatang Gembira Loka, Taman Satwa Lembah Hijau Lampung dan Taman Safari Indonesia (TSI). Seperti dikutip dari laman situs TSI disebutkan bahwa nuri elang yang mereka sapa kasturi raja berhasil menetaskan telurnya untuk pertama kali pada Maret 2020. Pengelola TSI bahkan sampai harus membuatkan sarang tiruan berupa lubang sedalam 1-2 meter di pohon palem untuk induk nuri kabare mengeram dan menetaskan telur.
Upaya konservasi ex situ nuri kabare secara global sudah lama dilakukan, sejak sekitar era 1980-an. Jurong Bird Park Singapura merupakan konservasi ex situ paling sukses menangkarkan nuri kabare ini. Keberhasilan upaya konservasi ex situ nuri kabare merupakan salah satu cara menyelamatkan dan melindungi satwa endemik Papua tersebut dari ancaman kepunahan di masa depan. (Ramlee)
Sumber : remen.id
Nuri Kabare, Mutiara Hitam Tanah Papua yang Terancam Punah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar