Blog Hobi dan Informasi

Sabtu, 23 November 2024

Ayam Hutan Merah, Nenek Moyang Ayam Peliharaan Ternyata sangat Pemalu



Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) merupakan sejenis burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 78 cm, dari suku Phasianidae. Suku Phasianidae, adalah kelompok burung berbadan besar yang banyak menghabiskan waktunya di permukaan tanah.

Ayam hutan merah tersebar luas di hutan tropis dan dataran rendah di benua Asia, dari Himalaya, Cina, Asia Tenggara, hingga ke Sumatra, Jawa, dan Bali. Selain itu juga diintroduksi ke Sulawesi, Nusa Tenggara, Filipina, dan Australia.

Berdasarkan hasil penelitian DNA yang dilakukan oleh LIPI, menemukan bahwa ayam domestik (ayam peliharaan) berasal dari satu nenek moyang, yaitu ayam hutan merah (Red jungle fowl). Jadi ayam hutan merah adalah nenek moyang dari berbagai jenis ayam lokal, yang banyak tersebar di pelosok tanah air.

Seekor ayam hutan merah betina

Misalnya ayam kampung, ayam pelung, ayam sentul, ayam balenggek, dan masih banyak lagi. Karena itu ayam kampung yang selama ini telah dipelihara secara luas oleh masyarakat diberi nama ilmiah Gallus gallus domesticus.

Baca juga : Ayam Hutan, Ayam Liar yang Hidup di Hutan Leluhur Ayam Kampung Masa Kini

Ayam hutan merah adalah satu dari dua spesies ayam hutan yang dipunyai Indonesia, yang lainnya yakni ayam hutan hijau (Gallus varius). Dari hasil penelitian itu juga menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu dari tiga wilayah yang dinyatakan sebagai pusat domestikasi ayam pertama kali di dunia selain di Cina dan India.

Sekelompok ayam hutan merah

Sejak kapan ayam hutan ini didomestikasi tidak jelas, tetapi ayam hutan sudah diternakkan sejak peradaban Lembah Indus sekitar 5.000 tahun yang lalu. Seperti kebanyakan unggas dari famili phasianidae, ayam hutan dan keturunannya merupakan jenis unggas yang mempunyuai kemampuan terbang yang buruk.

Ukurannya yang besar dan badannya yang berat membuat ayam hutan tidak mampu terbang tinggi layaknya burung. Ayam hutan jantan dan betina, mempunyai bentuk tubuh yang sangat berbeda (sexual dimorfism). Ayam jantan hutan berbulu sangat indah.




Ayam hutan merah juga mampu terbang meskipun tidak bisa tinggi



Ayam hutan merah mempunyai panjang tubuh sekitar 70 cm (jantan) dan 45 cm (betina). Ayam hutan merah jantan memiliki bulu-bulu leher, tengkuk dan mantel yang panjang meruncing berwarna kuning coklat keemasan dengan kulit muka merah, iris coklat, bulu punggung hijau gelap dan sisi bawah tubuh berwarna hitam mengilap.

Pada kepalanya terdapat jengger bergerigi dan gelambir berwarna merah. Ekornya terdiri dari 14 sampai 16 bulu berwarna hitam hijau metalik, dengan bulu tengah ekor yang panjang dan melengkung ke bawah. Kaki berwarna kelabu dengan sebuah taji.

Ayam hutan merah tengah bertengger di atas pohon

Sebaliknya, ayam hutan betina berwarna suram. Bulu ekornya pendek, sekujur bulu di tubuhnya didominasi warna coklat tua kekuningan dengan sedikit campuran warna hitam dan putih di sekujur tubuh. Ayam hutan merah betina memiliki kaki yang tidak bertaji.

Baca juga : Ayam Hutan Hijau, Ayam Endemik Indonesia yang Diambang Kepunahan

Untuk memikat betina saat musim berbiak, jantan dilengkapi warna bulu dan ornamen tubuh yang sangat indah. Saat musim berbiak, pejantan akan sibuk berlenggak-lenggok, memperlihatkan keelokan bulunya dengan gerakan tertentu, untuk memikat sang betina.

Sekelompok ayam hutan merah sedang mencari makan

Selain bulunya mempunyai warna yang indah, ayam hutan merah juga sering mengeluarkan suara yang nyaring dan merdu. Kakinya dilengkapi taji yang runcing untuk mengais permukaan tanah dan bertarung dengan ayam hutan merah jantan lainnya untuk memperebutkan betina.

Ayam hutan merah menyenangi daerah/tempat yang banyak menyediakan fasilitas untuk melakukan kegiatan rutin, terutama untuk mengais, mencari makanan, berjemur, kawin, dan mengasuh anak-anaknya. Juga bertengger di atas pohon untuk beristirahat. Seperti hutan sekunder, hutan bambu, perkebunan kelapa sawit, karet, teh, dan kopi sampai ketinggian 1100 mdpl.

Sarang ayam hutan merah

Ayam hutan merah biasa hidup berkelompok. Satu kelompok biasanya terdiri dari 1-2 ekor ayam hutan merah jantan dan beberapa ayam betina serta dengan anak-anaknya. Di pagi dan sore hari, ayam hutan merah akan keluar mencari makanan di atas permukaan tanah.

Makanan ayam hutan merah terdiri dari aneka biji-bijian, pucuk rumput, dan dedaunan. Selain itu, ayam hutan merah ini juga mengkonsumsi serangga serta berbagai jenis hewan kecil lainnya. Pada saat tidak sedang mencari makanan, ayam hutan merah lebih sering terlihat sedang bertengger di pepohonan.

Induk ayam hutan merah dengan anak-anaknya

Ayam hutan merah membuat sarang berupa gundukan kasar pada semak-semak yang lebat. Sarang dibangun dari ranting dan daun-daun kering di atas tanah. Saat senja, ayam hutan merah jantan dan betina yang tidak sedang mengeram, akan terbang ke atas pohon untuk tidur sekaligus menghindari pemangsa.

Baca juga : Bekisar, Ayam Hasil Persilangan Ayam Hutan dengan Ayam Kampung, Ikon Jawa Timur

Tidak banyak data yang menyebutkan tingkat produktivitas ayam hutan merah. Hanya disebutkan kira-kira bobot ayam hutan merah jantan dan betina 1,5 dan 1 kg pada umur sekitar 1,5 tahun , dengan demikian ayam ini termasuk lambat tumbuh.

Ayam hutan merah sedang bertarung

Produksi telurnya sedikit 5-6 butir per periode bertelur. Dengan ciri telurnya berwarna putih dan mempunyai kerabang yang halus. Lamanya telur menetas di habitat alaminya sekitar 19,5 hari dengan daya tetas 90%. Musim kawin terjadi pada bulan Pebruari hingga Agustus.

Sebagaimana ayam lainnya, bangsa aves ini mampu berbiak sepanjang waktu dengan jumlah telur sebanyak 4-5 butir dalam sekali berbiak. Kerabat dekat ayam hutan dalam suku ini meliputi burung puyuh, sempidan, kuau, dan merak. Ayam hutan merah di habitatnya sangat pemalu dan menghindari kehadiran manusia sehingga saat ditangkap, ayam hutan merah ini bisa mati karena stres berat. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Ayam Hutan Merah, Diyakini Merupakan Nenek Moyang Ayam Domestik


Jumat, 22 November 2024

Kapulaga, Ratu Rempah Mempunyai Manfaat yang Luar Biasa



Kapulaga merupakan salah satu jenis rempah dari keluarga jahe-jahean (Zingiberaceae) yang eksotis dan aromatik. Kapulaga atau yang dikenal kapulaga jawa ini sering digunakan sebagai bahan masakan bercita rasa kuat seperti gulai, opor, dan kari.

Tanaman ini dianggap sebagai Queen of Spices ( Ratu Rempah). Tumbuhan kapulaga tergolong dalam herba dan membentuk rumpun, sosoknya seperti tumbuhan jahe,dan dapat mencapai ketinggian 2-3 meter dan tumbuh di hutan-hutan yang masih lebat. Kapulaga hidup subur di ketinggian 200-1.000 meter diatas permukaan laut.

Awalnya kapulaga memang hidup liar, namun kini kapulaga dibudidayakan sebagai tanaman rempah. Tumbuhan berbatang basah ini memiliki batang berpelepah daun yang membalut batangnya. Letak daunnya berseling-seling.

Tanaman kapulaga

Bunga tumbuhan ini tersusun dalam tandan yang keluar dari rimpangnya. Buannya berbentuk bulat telur,berbulu, dan berwarna kuning kelabu. Buahnya berkumpul dalam tandan kecil dan pendek. Bila masak, buahnya akan pecah dan membelah berdasarkan ruang-ruangnya. Di dalamnya terdapat biji yang berbentuk bulat telur memanjang.

Baca juga : Kemiri, Penyedap Rasa Alami yang Punya Banyak Manfaat Lainnya

Berdaun tunggal, duduk atau bertangkai pendek dan letak daun pada batang tersebar berhadapan. Bentuk daun lunset, panjang 20-55 cm, lebar 2,5-11 cm. Kapulaga sabrang daunya relatif panjang dan warnanya lebih mudah dibandingkan jenis lokal. Tetapi daun rat, pangkal daun meruncing dan ujung daun runcing, pertualangan daun menyirip.

Kapulaga sabrang (Elettaria Cardamomum L.)

Berbatang semu, terbungkus oleh pelepah daun yang berwarna hijau. Berbentuk bulat,tumbuh tegak, tinggi sekitar 1-3 meter. Batang tumbuh dari rhizome (Rimpang) yang berada dibawah permukaan tanah.Satu rumpun dapat mencapai 30-50 batang dan warna rimpang ada yang merah kehitaman dan ada yang putih atau putih kehijauan tergantung jenisnya.

Kapulaga lokal bunganya tersusun rapat berbentuk bulir kerucut, tangkai bungai berbuku rapat, mempunyai perlindungan tersusun seperti sisik dan bunga yang diujung biasanya tidak menjadi buah. Bunga kapulaga sabrang berwarna putih bergaris coklat, daun pelindung berwarna kusam, terdapat pada setiap ruang tangkai buah.

Buah kapulaga lokal tersusun rapat berupa tandan yang terdiri 5-18 buah setiap tandan. Bentuk buahnya bulat, beruang tiga, setiap buah terdapat 14 – 16 biji dan ukuran buah. Warna kulit buah kapulaga berbeda menurut jenisnya.

Kapulaga merah kulit buah berwarna putih kemerahan, kapulaga putih buahnya berbulu halus, kapulaga sabrang buahnya duduk, menyebar pada percabangan malai dan tangkai panjang. Bentuk buah bulat panjang sampai agak lonjong, dan warna kulit buah hijau atau hijau mudah.

Kapulaga lokal (Amomum cardamomum L.)

Kapulaga berbuah pada umur 2-3 tahun. Buah kapulaga muncul dari batang semu dekat tanah, dan merayap bersama tandannya yang sepanjang 1 m, ketanah sekitarny.supaya tidak kotor kecipratan tanah kalau hujan, petani pemiliknya menyelipkan lembaran plastik sebagai alas di bawah tandan buah itu.

Baca juga : Andaliman, Merica Khas Tanah Batak yang Kaya Manfaat dan Bernilai Tinggi

Buah lonjong sepanjang 1 cm yang berisi tiga itu dipetik kalau sudah montok, padat berisi, setengah matang. Warna hijaunya sudah berubah hijau mudah. Tadinya hijau tua .Ketika berubah warna itulah bauhnya sedap sesedap-sedapnya.

Bentuk daun tanaman kapulaga

Tanah yang cocok untuk ditanami kapulaga adalah tanah latosol, andosol, alluvial, podsolik merah kuning dan mediteran, yang memiliki humus tebal, berdrainase baik selain itu bertekstur lempung berliat atau lempung berpasir.

Tanaman ini tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang memiliki topografi rata sampai miring dapat ditanami tanaman ini. Kapulaga dapat tumbuh pada ketinggian 200 -1000 m dari permukaan laut dan optimalnya 300 – 500 m dari permukaan laut.

Tanaman kapulaga biasanya mulai berbuah dua tahun setelah tanam. Di sebagian besar wilayah, masa puncak panen adalah pada bulan Oktober-November. Pemetikan dilakukan dengan selang waktu 15-25 hari. Biji yang sudah matang dipanen untuk mendapatkan warna hijau yang maksimal selama pemeraman.

Terdapat dua jenis kapulaga yang bisa dikembangkan di Indonesia yaitu kapulaga sabrang /kapulaga India (Elettaria cardamomum L.) dan kapulaga lokal (Amomum cardamomum L.). Kapulaga sabrang atau kapulaga India memiliki dua kultivar yakni malabar dan mysore.

Bunga tanaman kapulaga


Dinamakan kapulaga sabrang atau kapulaga India, karena spesies ini berasal dari daerah Asia Selatan, India dan Sri Langka. Sebagian besar yang diusahakan di Indonesia adalah kapulaga lokal, sedangkan kapulaga sabrang sebagian kecil dibudidayakan di desa. Kapulaga lokal juga disebut kapulaga Jawa.

Baca juga : Pohon Salam, Daunnya untuk Pengharum Masakan yang Punya Segudang Manfaat 

Kapulaga sabrang dikenal sebagai kapulaga asli (true cardamom) karena kandungan minyak atsirinya tinggi (5 – 8 %) dan baunya aromatik, sedangkan kapulaga lokal, dikenal sebagai kapulaga palsu (false cardamom) yang memiliki kadar minyak atsiri hanya 2 – 3,5 % serta baunya kurang aromatik.

Buah kapulaga

Kapulaga memiliki aroma atau bau yang sedap sehingga orang-orang Inggris menyanjungnya sebagai Grain of Paradise. Aroma sedap ini berasal dari kandungan minyak atsiri pada kapulaga. Minyak atsiri ini mengandung lima zat.

Yaitu Borneol (sejenis terpena) yang berbau kamper seperti yang tercium dalam getah pohon kapur barus, Alfa-terpinilasetatyang harum seperti bauh jeruk pettigrain, Limonen yang juga harum seperti bauh jeruk keprok, Alfa terpinen yang harum seperti jeruk sitrun, dan Sineol yang sedap agak pedas menghangatkan seperti minyak kayu putih.

Minyak kapulaga

Kapulaga sangat terkenal di dunia herbal dan obat-obatan alternatif .Kapulaga juga merupakan rempa-rempah yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan kecantikan. Kapulaga mengandung 300 kalori per 100 gram.Kandungan lain kapulaga adalah serat, karbohidrat, minyak atsiri, kalium, kalsium, natrium, zat besi, vitamin A, vitamin B vitamin C, dan magnesium.

Masyarakat sekitar Gunung Honje menggunakan buah kapulaga sebagai penghangat tubuh anak-anak. Caranya, buah kapulaga dan minyak kayu putih diramu, lalu dikunyah dan dioleskan ke tubuh. Biji kapulaga juga digunakan sebagai obat batuk, tenggorokan gatal, sakit perut, kembung, mencegah pengeroposan tulang, dan pewangi. Juga, sebagai rempah yang menguatkan rasa pada makanan. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Kapulaga, Rempah Aromatik Kaya Manfaat dan Khasiat


Rabu, 20 November 2024

Walabi, Kanguru Mini Khas Papua yang Semakin Langka



Walabi (Macropus agilis) merupakan kanguru khas Papua. Walabi sangat mirip dengan kangguru bahkan banyak yang mengira kalau Walabi dan Kangguru itu adalah hewan yang sama. Masyarakat Merauke kerap mengenalnya dengan sebutan “Toraj.” Walabi termasuk spesies mamalia berkantung atau disebut juga mamalia marsupialia.

Masyarakat Internaional biasa menyebut satwa ini dengan nama wallaby. Nama wallaby berasal dari suku aborigin Eora yang menetap di pesisir New South Wales, Australia. Nama ini mengacu pada tiga puluh spesies macropus yang tersebar baik di Australia, Papua (Indonesia), maupun Papua New Guinea.

Banyak dari spesies satwa ini yang beri nama warga setempat berdasarkan habitat alami walabi yang ada di daerahnya tersebut. Misalnya rock wallabies untuk yang tinggal di daerah berbatu, dan swamp wallabies bagi yang menetap di daerah rawa.

Kanguru berpostur tegak, ramping, dan tinggi

Menurut para ahli, walabi merupakan hewan Australia, penyebarannya bermula pada 14.000 – 17.000 tahun yang lalu pada zaman es disaat permukaan air laut surut. Ketika daratan Papua dan Australia menyatu, terjadi padang rumput yang menjalar dari utara Australia sampai bagian selatan Papua.

Baca juga : Kuskus, Satwa Berkantung yang Pemalu Endemik Indonesia Timur Berbulu Halus Kian Terancam Punah 

Padang rumput ini yang dimungkinkan terjadinya persebaran walabi dari Australia ke Papua. Faktor lain yang dimungkinkan ialah kesengajaan oleh seseorang yang melepas walabi yang dibawa dari Australia ke Papua hingga satwa ini berkembang biak dengan baik di alam bebas.

Walabi berpostur sedikit bungkuk, bulat, dan kecil

Walabi dan kanguru jenis satwa yang berbeda meskipun mempunyai kekerabatan yang dekat. Bedanya, walabi memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil. Selain itu, bentuk fisik walabi juga lebih gendut dan agak membungkuk, sedangkan kanguru memiliki ciri fisik yang lebih tinggi, ramping, dan lebih tegak.

Walabi mempunyai ukuran tubuh yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kangguru. Ukuran tubuh walabi jantan lebih besar dari walabi betina. Walabi saat dewasa memiliki panjang tubuh sekitar 60-70 cm dengan berat tubuh kurang lebih 3-25 kg.

Walabi memiliki ekor yang besar dan kuat. Walabi menggunakan ekornya sebagai keseimbangan tubuh saat bergerak. Panjang ekornya 55 cm. Walabi juga memiliki dua pasang kaki yang besarnya tidak sama, yakni sepasang kaki belakang yang ukurannya lebih besar dibanding dengan kaki depannya.

Walabi memiliki sepasang kaki belakang yang besar dan kuat. Kedua kaki belakang ini memungkinkan walabi untuk dapat menendang musuh dengan keras dan juga berjalan. Meskipun terbilang kecil, walabi dapat melompak setinggi 1,8 meter serta 6 meter jauhnya dengan kaki belakangnya yang kuat tersebut.

Walabi hidup di padang rumput

Sedangkan kaki depan walabi berukuran lebih kecil dan pendek. Kaki depan ini berfungsi untuk mengambil makanan, membersihkan wajah, menggaruk, hingga berkelahi. Sementara ekor walabi yang besar dan panjang berfungsi untuk mengatur keseimbangan saat walabi sedang berdiri dan berjalan.

Baca juga : Labi-labi Moncong Babi, Hewan Sejenis Kura-kura Langka Endemik Papua yang Banyak Diburu

Satwa walabi memiliki masa kehamilan yang cukup singkat yaitu sekitar 29 hingga 38 hari dan walabi selalu melahirkan satu ekor anak saja. Walabi termasuk hewan yang memiliki kantung atau marsupial. Sewaktu dilahirkan, bayi walabi memiliki ukuran yang sangat kecil dan lemah.

Meskipun kecil namun walabi mampu melompat sangat jauh

Ukurannya sangat kecil, hanya sebesar jeli, yakni sekitar 2 cm dengan berat 1 gr. Karena itu, sesaat setelah dilahirkan bayi walabi akan langsung masuk ke dalam kantung sang induk. Di dalam kantung ini bayi walabi akan menyusu dan tidur.

Setelah cukup besar, anak walabi akan keluar dan bermain di dekat induknya, sesekali mereka kembali masuk ke dalam kantung ketika merasa takut atau berada dalam bahaya. Juga akan segera masuk ke kantung induknya ketika hendak menyusui.

Walabi merupakan hewan herbivora yang biasa ditemukan di daerah semak-semak dan padang. Satwa ini bisa ditemukan di beberapa hutan konservasi seperti Cagar Alam Bupul, Suaka Marga Satwa Mbian dan Taman Nasional Wasur. Walabi biasanya mencari makan pada siang hari.

Satwa ini mengonsumsi rumput dan pucuk daun muda untuk bertahan hidup. Walabi juga dapat memakan buah, serta tanaman lain seperti pakis dan herba, bahkan ubi. Ketika mencari makan biasanya walabi terlihat berkelompok. Sebab walabi termasuk hewan yang suka hidup secara berkelompok. Setiap kelompok terdapat biasanya sekitar 10 ekor walabi.

Seekor walabi sedang makan buah dengan kaki depannya

Akan tetapi tidak menutup kemungkinan jika individu atau kelompok walabi yang ada bergabung dengan kelompok lain, baik yang lebih besar maupun yang lebih kecil. Walabi tidak suka kebisingan alias sangat terganggu dengan bunyi. Saat savanna habis, dan tumbuh rumput baru, kala itulah pakan walabi tersedia lagi. Satwa ini sangat takut rumput terbakar, bila teganggu pasti akan pindah.

Baca juga : Biawak Pohon Tutul Biru, Satwa Endemik Papua yang Semakin Langka

Sudah sejak bertahun-tahun suku Marind menjadikan walabi sebagai santapan sehari-hari. Hingga saat ini, walabi juga masih terus diburu lantaran banyaknya permintaan dari luar. Kalau perburuan ini terus dilakukan, maka bukan tidak mungkin jika suatu saat hewan lucu asal Papua ini akan punah.

Anak walabi selalu bersama induknya sebelum benar-benar mandiri

Salah satu penyebabnya kian langkanya walabi selain perburuan adalah walabi tergolong satwa yang sulit perkembangan biak. Walabi punya anak hanya satu, dan bagi walabi betina yang sudah beranak satu misalnya, belum tentu semasa hidupnya bisa punya anak lagi.

Dalam daftar merah IUCN (sebuah lembaga konservasi internasional), status Walabi adalah mengkhawatirkan (Least Concern/LC), dan jadi semakin mengkhawatirkan karena populasinya terus menurun. Hal ini terjadi karena perburuan dan perdagangan spesies ini yang masih kerap ditemukan untuk dijadikan satwa peliharaan. Jika perburuan dan perdagangannya tidak dihentikan, maka bukan tidak mungkin satwa ini akan punah. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Walabi, Mamalia Khas Papua yang Terancam Punah


Punai Gading, Merpati Hutan Berbulu Indah dari Asia Tenggara



Punai gading (Treron vernans) merupakan burung sejenis merpati dengan bulu-bulu indah yang beraneka ragam warna di tubuhnya dan sering disebut sebagai merpati penuh warna. Burung ini termasuk dalam keluarga Columbidae, yang mencakup kelompok dara dan merpati. Di Aceh, burung ini disebut Rampineung. Di dunia Internasional, burung ini disebut Pink-necked Green Pigeon atau merpati hijau berleher merah muda dan salah satu spesies burung yang paling mempesona di dunia.

Burung punai gading ini memiliki ukuran tubuh seperti merpati, dengan dominasi warna hijau. Secara umum, burung merpati ini memiliki berat rata-rata antara 105 hingga 160 gram. Ukuran tubuh punai gading jantan dan betina saat dewasa cenderung serupa, yaitu sekitar 25 hingga 30 sentimeter.

Bulu-bulupunai gading jantan lebih mencolok dibanding si betina, dengan tujuan untuk menarik perhatian betina saat musim kawin. Punai jantan memiliki ciri kepala abu-abu kebiruan juga di sisi leher dan tengkuk bawah. Ada garis melintang pada dada berwarna merah jambu, sementara di dada bagian bawah ada bulatan besar jingga dan perut hijau dengan bagian bawah kuning.

Punai gading sering terlihat dalam kelompok-kelompok kecil

Sisi rusuk dan paha memiliki tepian berwarna putih, penutup bagian bawah ekor berwarna cokelat kemerahan. Punggungnya berwarna hijau, sementara bulu penutup ekor bagian atas memiliki warna perunggu. Sayapnya berwarna gelap dengan tepian kuning yang kontras pada bulu penutup sayap yang besar, terlihat dengan jelas saat burung terbang.

Baca juga : Merpati, Burung yang Dekat dengan Lingkungan Manusia

Bagian perut memiliki warna kekuningan yang bercampur dengan abu-abu kehijauan. Ekor memiliki warna abu-abu dengan garis hitam di bagian subterminal dan tepi berwarna abu-abu pucat. Warna bulu pada pejantan sungguh memikat.

Punai gading jantan

Sementara sang betina, meskipun didominasi warna hijau daun, namun bulunya cenderung tidak selebat jantan. Paruhnya abu-abu biru dengan pangkal hijau. Tubuh bagian atas mulai dari mahkota hingga tunggir berwarna hijau gelap. Bagian perut lebih terang dengan warna hijau kekuningan.

Sebarannya cukup luas, mulai Filipina, Thailand, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Vietnam, dan Singapura. Sementara di Indonesia tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Burung cantik biasa berkumpul dalam kelompok kecil di hutan terbuka.

Punai gading hidup di dataran rendah dan menyukai pinggiran hutan primer atau hutan sekunder. Burung ini juga menyukai lahan pertanian atau perkebunan masyarakat, hutan dekat pantai, serta lahan sedikit terbuka. Punai gading merupakan burung yang hidup bersosial atau mencari makan berkelompok.

Hal ini dilakukan oleh punai gading untuk memudahkan mencari buah-buahan sebagai makanan utamanya, selain juga saling menjaga dari ancama predator. Punai gading kerap terbang berpindah dari satu pohon ke pohon lain untuk mencari makanan.

Punai gading betina

Punai gading adalah jenis burung pemakan buah (frugivor). Makanannya meliputi buah-buahan kecil seperti beringin (Ficus benjamina), kersen (Muntingia), senggani (Melastoma), sampare (Glochidion). Punai Gading juga senang mengonsumsi buah-buahan dari pohon semak salju (Breynia disticha), legundi (Vitex), mara (Macaranga), nibung (Oncosperma), gandrik (Bridelia), dan ara (Ficus).

Baca juga : Mambruk, Burung Endemik Papua Bermahkota yang Dilindungi

Karena itulah, punai gading cenderung memilih untuk bersarang di pohon besar, terutama saat musim buah tiba. Punai gading termasuk jenis burung arboreal yang hidup di atas pohon. Burung ini banyak menghabiskan waktu untuk mencari buah-buahan di kanopi pohon. Biasanya, burung ini jarang turun ke tanah kecuali untuk minum.

Seekor punai gading sedang mencari makan buah-buahan

Dikenal juga dengan sebutan merpati pelangi, punai gading memiliki peran penting dalam menyebarkan biji-biji buah. Lambungnya memiliki otot-otot yang kuat dan mengandung kerisik yang berguna untuk menggiling dan mencerna biji-biji yang terdapat dalam buah. Ini menjadikannya sebagai penyemai bibit yang efektif. Biji-biji dimakan punai gading tersebut disebar ke berbagai tempat melalui kotorannya.

Burung ini kadang-kadang dapat menjelajah hingga ketinggian 750 meter di atas permukaan laut, seperti yang terlihat di Kalimantan. Bahkan di Sulawesi, punai gading yang cantik ini dapat ditemukan hidup di hutan pegunungan pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut.

Punai gading termasuk dalam spesies sosial, yang berarti mereka hidup dan mencari makan secara berkelompok. Burung ini sering terbang dalam formasi kelompok yang terdiri dari 5 hingga 70 ekor burung sekaligus. Mobilitasnya juga tinggi, dengan kemampuan menjelajah luas dan sering pindah sarang ke daerah yang jauh.

Terbang dalam kelompok besar akan memberi keuntungan bagi punai gading dan jenis merpati hutan lainnya. Karena membuat punai gading lebih mudah untuk menemukan pohon-pohon yang sedang berbuah dan memberikan perlindungan lebih baik dari pemangsanya.

Sepasang punai gading tengah mencari air minum

Setiap individu burung punai gading akan dapat saling mengawasi satu sama lain, membuat mereka lebih waspada terhadap predator seperti elang dan alap-alap. Selain itu, berada dalam kelompok besar juga mempermudah punai gading dalam mencari pasangan.

Saat terganggu, punai gading akan terbang berdua atau bertiga dengan kepakan sayap yang keras. Pada pagi dan malam hari burung punai mengeluarkan suara mendengkur lembut yang rendah dari tempat bertengger dengan suara ” Oooo-ooo cheweeeo-chewooo” dan pada saat makan punai akan mengeluarkan suara serak “krrak, krrak”.

Punai gading di sarangnya

Seperti merpati lainnya, ketika mereka lepas landas dari tempat bertengger, kepakan sayap punai gading menghasilkan suara yang keras. Namun, burung ini cenderung jarang bersuara, sehingga sulit untuk memerhatikannya saat bersembunyi di balik daun-daun perdu dan pohon yang lebat.

Baca juga : Robin, Burung dengan Bulu Warna Warni Bersuara Merdu yang Kian Sulit Ditemui

Punai gading memiliki kebiasaan berbiak sepanjang tahun. Umumnya punai gading bersarang pada ranting datar tipis, di semak-semak dekat permukaan tanah. Sarang punai digunakan sebagai tempat untuk mengeramkan telur. Ketika musim berbiak tiba, pejantan dan betina membagi tugas.

Induk punai gading sedang melindungi anaknya dari terpaan air hujan

Pejantan bertanggung jawab mencari material untuk sarang seperti ranting-ranting kering dan rumput. Setelah itu, betina mengambil alih untuk membangun sarang. Sarang yang dibuat sederhana, terdiri dari tumpukan rumput dan ranting kering yang ditempatkan di cabang atau ranting semak, perdu, atau pohon dengan ketinggian 1 hingga 10 meter di atas tanah.

Biasanya, pasangan punai gading akan mengerami dua butir telur secara bergantian. Pejantan mengambil giliran mengerami telur di siang hari, sementara betina melakukannya pada malam hari. Proses ini berlangsung selama 17 hari sebelum akhirnya telur menetas.

Punai gading remaja siap mandiri

Dalam lingkungan alaminya, punai gading menghadapi ancaman dari burung pemangsa seperti elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster) dan alap-alap sapi (Falco moluccensis). Namun, terkadang punai gading juga menjadi target pemburu liar untuk dijadikan peliharaan atau dikonsumsi dagingnya.

Punai gading memiliki penyebaran yang luas dan populasi yang cukup melimpah, sehingga saat ini tidak termasuk dalam kategori burung yang dilindungi. IUCN, badan konservasi alam internasional, menilai burung ini memiliki risiko rendah terhadap kepunahan dalam waktu dekat dan memberikan status “least concern”. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Punai Gading, Merpati Cantik Kaya Warna Pemakan Buah


Senin, 18 November 2024

Dewandaru, Superfood Penuh Mitos yang Jarang Diketahui



Dewandaru (Eugenia uniflora) merupakan buah yang dikenal oleh banyak masyarakat Indonesia sebagai tanaman suci karena dipercaya dapat mendatangkan rezeki. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan, mulai dari Suriname Guyana Perancis, Brazil bagian selatan, Uruguay, hingga Paraguay. Persebaran tanaman ini sudah menyebar di seluruh kawasan tropis dan sub tropis.

Di Asia Tenggara dewandaru menyebar di Pulau Jawa (Indonesia), Semenanjung Malaysia, dan Filipina. Tidak hanya itu tanaman ini juga ditemukan di Australia, India, China, Nigeria, Mesir, dan Pulau Karibia. Buah ini dikenal dengan banyak nama, seperti ceri suriname, ceremai londo, ceri brazil, atau ceri cayenne.

Dewandaru termasuk ke dalam suku Myrtaceae (jambu-jambuan). Habitus tumbuhan ini berupa pohon atau semak, dengan ketinggian mencapai 7 m. Cabangnya ramping dan menyebar, kadang menekuk. Permukaan batang halus dan kulit batangnya mengelupas.

Pohon Dewandaru di Gunung Kawi awal mitos lahir

Daunnya berbentuk bulat seperti telur sungsang, pangkal daun membulat, ujung daun meruncing tetapi tumpul, permukaan daun halus dan mengkilat. Warna daun waktu muda coklat kemerahan, sedangkan waktu tua daunnya berwarna hijau tua.

Baca juga : Kepel, Buah Khas Yogyakarta Kegemaran Putri Keraton Kini Semakin Langka yang Memiliki Segudang Manfaat

Bunganya memiliki aroma wangi, terletak di ketiak daun dengan jumlah 1-4 bunga. Bunga tanaman dewandaru berwarna krem keputihan dengan diameter 1 cm. Kelopak bunganya berbentuk tabung dengan 4 lekukan dan 8 rusuk. Mahkota bunga berwarna putih dengan panjang 7-11 mm.

Bunga dewandaru

Buahnya tergolong buah buni, berbentuk pipih menggantung memiliki 7-8 rusuk seperti lampion. Buahnya berwarna hijau saat muda, lama kelamaan berubah menjadi oranye merah terang, hingga keunguan. Buahnya sedikit lengket dan berair. Kulit buahnya tipis dan mengkilap.

Buah ini memiliki kombinasi rasa manis dan sedikit asam, hampir mirip dengan campuran stroberi dan ceri. Rasa istimewa inilah yang membuatnya diminati oleh banyak orang yang mencicipinya. Buah dewandaru berukuran kecil. Di dalamnya terdapat beberapa biji kecil yang dapat dimakan.

Bijinya memiliki bentuk pipih, berjumlah 1 jika ukuran besar dan berjumlah 2-3 jika ukuran kecil. Meskipun bijinya bisa keras, namun tidak mengganggu kenikmatan saat mengonsumsi buah ini. Buah dewandaru juga memiliki aroma yang segar dan menyegarkan.

Oleh karena itu, sering digunakan dalam pembuatan minuman, selai, atau produk makanan lainnya untuk memberikan sentuhan aroma yang istimewa. Buah dewandaru dapat dinikmati secara langsung atau digunakan dalam berbagai hidangan dan minuman. Buah ini dapat dijadikan sebagai selai, bahan kue, jeli, jus, dan olahan lainnya.

Buah dewandaru yang masih muda


Buah ini mengandung beberapa nutrisi antara lain air 157,1 g; kalori 57 Kcal./cup; protein 1,38 g; total lemak 0,69 g; karbohidrat 12,96. Dalam jumlah yang sama buah ini menyediakan 50,56% vitamin C; 18,57% vitamin A; 9,97% karbohidrat; 5,31 vitamin B2; dan 5% magnesium.

Baca juga : Bunga Wijaya Kusuma, Queen of The Night yang Anggun dan Eksotis

Tanaman dewandaru juga dikenal sebagai tanaman obat yang digunakan masyarakat Brazil. Daun dan buah dewandaru dimanfaatkan sebagai obat demam, diare, rematik, dan hipertensi. Daun dewandaru yang diolah kemudian diminum mampu mengobati batuk, bronkitis, dan cacingan.

Buah dewandaru bisa langsung dinikmati

Hasil penelitian menyatakan jika ekstrak hidroalkoholik daun dewandaru dapat mengurangi kadar enzim xanthine-oxidase yang memicu terbentuknya asam urat. Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa dewandaru memiliki kemampuan antimikroba, dewandaru mampu menghambat pertumbuhan bakteri misalnya Staphylococcus aureus, dan lainnya.

Buah dewandaru mengandung antioksidan karena mengandung senyawa fenolik yang sangat tinggi. Buah dewandaru yang masih berwarna orange mengandung karotenoid. Buah dewandaru juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit diabetes melitus karena mengandung flavonoid dan fenolik.

Flavonoid berfungsi sebagai penurun kadar gula darah. Melalui mekanisme hipoglikemik flavonoid dapat menghambat reabsorbsi gula dari ginjal dan meningkatkan kelarutan gula darah, sehingga mudah diekskresikan melalui urin.

Buah dewandaru mengandung senyawa-senyawa antioksidan seperti vitamin C dan polifenol, yang dapat membantu mencegah pertumbuhan sel-sel kanker dan meredakan risiko kanker. Antioksidan ini melawan radikal bebas yang dapat merusak DNA dan memicu perkembangan sel kanker.

Minyak atsiri yang dihasilkan dari buah dewandari dapat digunakan untuk perawatan kulit dan rambut

Penderita hipertensi bisa mengonsumsi dewandaru untuk membantu mengendalikan tekanan darah. Hal ini karena nutrisi dalam dewandaru diketahui berperan sebagai diuretik alami. Artinya, buah ini dapat merangsang tubuh untuk membuang garam dan air yang berlebihan melalui urine.

Baca juga : Walikukun, Pohon Mistis yang Biasa Dijadikan Bonsai

Berkat melimpahnya kandungan vitamin A, dewandaru bisa dimanfaatkan untuk menjaga fungsi mata. Vitamin A berperan penting dalam mengoptimalkan fungsi penglihatan, khususnya di malam hari. Ditambah lagi, kandungan beta-karoten pada dewandaru yang akan berubah menjadi vitamin A di dalam tubuh bisa mengurangi risiko terjadinya penyakit mata di kemudian hari, seperti degenerasi makula.

Bonsai dewandaru

Dewandaru sudah sejak lama digunakan sebagai obat herbal untuk menurunkan panas atau demam. Dewandaru mengandung vitamin C yang berperan penting dalam memperkuat imun, sehingga tubuh dapat melawan infeksi virus atau kuman penyebab demam. Selain itu, penelitian juga menunjukkan dewandaru memiliki sifat antimikroba yang bisa melawan bakteri atau parasit. Dengan banyak manfaat yang dikandung, dewandaru bisa digolongkan superfood.

Meski banyak mitos yang beredar tentang dewandaru, tanaman ini bisa dijadikan sebagai obat herbal untuk mengatasi serta mencegah penyakit. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut dan uji klinis pada manusia untuk memastikan efektivitas dan keamanannya tanaman ini. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Dewandaru, Buah Eksotis Penuh Mitos yang Kaya Manfaat


Minggu, 17 November 2024

Pengcab PPPPSI Probolinggo Gelar Lomba Puter Pelung Spesial Hari Pahlawan, Podium Juara Milik Tali Jagat Pizza Hut dan Wiro Sableng



Pengcab PPPPSI Probolinggo gelar Lomba Puter Pelung bertajuk Spesial Hari Pahlawan pada Minggu, 10 Nopember 2024. Kegiatan ini dikemas begitu meriah dengan berbagai hadiah menarik diberikan oleh panitia bagi peserta yang beruntung dengan jalan diundi.

Menempati lokasi di Gantangan Samurai BC Jl. Tales No.125, Kademangan, Kec. Kademangan, Kota Probolinggo acara berlangsung seru dan lancar. Tiga kelas dibuka, yakni kelas Pemula, Bebas, dan Laga Bintang yang dihadiri para penggila lomba puter pelung dari berbagai daerah di Tapal Kuda, juga hadir peserta dari Tuban dan Malang.

Agus Prasaja selaku Ketua Panitia menuturkan bahwa agenda ini adalah program Pengcab PPPPSI se Tapal Kuda yang digulirkan rutin setiap 2-3 bulan sekali. Acara tersebut benar-benar menjadi sebuah tontonan menarik bagi siapa saja yang hadir di lokasi lomba.

Syamsul Bahri Ketua Pengcab PPPPSI Probolinggo

Gelaran dalam rangka memperingati Hari Pahlawan tersebut tampaknya menjadi perhatian puter pelung mania di wilayah Tapal Kuda dan beberapa daerah di Jawa timur. Pasalnya, satu sesi khusus yang disediakan panitia menuntut kerja ciamik jagoan yang mengikutinya, yakni Laga Bintang.

Sesi yang melombakan burung-burung berkualitas dengan harga tiket yang jauh lebih mahal. Dalam artian ini adalah sesi paling bergengsi di event Spesial Hari Pahlawan tersebut. Hanya burung-burung terbaik yang akan bertarung, dan tentunya membutuhkan persiapan khusus pula.

Juri-juri yang bertugas

“Lomba Puter Pelung Spesial Hari Pahlawan ini memang sudah menjadi agenda rutin yang ditetapkan oleh Pengcab-pengcab yang ada di wilayah Tapal Kuda. Dan kali ini giliran Probolinggo Raya menjadi tuan rumahnya,” jelas pemilik MS Pro BF.

Kegiatan yang dilaksanakan demi menjaga keberadaan komunitas-komunitas puter pelung serta merangkul para pemula agar hobi tetap tersalurkan, sehingga tidak timbul kebosanan. Karena yang pasti, hobi harus tetap jalan dan jangan sampai mandek.

Team Gerbong Maut Bondowoso

Setidaknya dengan gelaran ini akan memacu dan menjadi motivasi bagi peternak, khususnya di Tapal Kuda untuk tetap eksis dan bersemangat. “Saya yakin Lomba Puter Pelung di Tapal Kuda akan sukses karena orang-orang yang ada di dalamnya merupakan tokoh yang sudah berpangalaman dan memiliki kapasitas sebagai pelaksana yang selalu sukses menggelar kegiatan,” ungkap Syamsul Bahri selaku Ketua Pengcab PPPPSI Probolinggo.

Pada kesempatan itu Syamsul Bahri mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah ikut meramaikan. “Kami sampaikan rasa syukur atas terselenggaranya kegiatan lomba puter pelung, sebagai sarana ajang silaturrahmi dan pemersatu budaya. Mudah-mudahan kegiatan ini dapat terus berlanjut,” tambah Syamsul.

Tak ayal, Lomba Puter Pelung Spesial Hari Pahlawan menjadi moment bergengsi begitu kental terlihat dan terasa sepanjang pelaksanaan. Para peserta yang ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut, tentu saja ingin menjadikan event tersebut sebagai pembuktian bahwa orbitannya layak menyandang predikat sebagai yang terbaik.

Berbagai upaya akhir dilakukan untuk menjadikan burung puter pelung gacoannya masing-masing mampu tampil mengeluarkan suara anggung termerdunya. Kondisi demikian menjadi tontonan yang sangat menghibur bagi penghobi burung anggungan puter pelung yang kerap kali terlihat di gantangan.

Suasana penjurian

Empat babak penjurian berlangsung dalam drama yang menegangkan. Satu sama lain berusaha tampil habis-habisan untuk memastikan menjadi pilihan terbaik juri. Namun demikian, juri memiliki catatan penting siapa saja yang berhak untuk dijadikan pemenang.

Hanya peserta yang tampil stabil dengan tingkat kualitas terbaik, yang akan ditetapkan sebagai pemenang. Pada sesi pertama, melombakan kelas Utama terlebih dahulu. Begitu babak pertama dinyatakan dimulai, juri dengan sigap langsung memberikan penilaiannya untuk burung yang memamerkan suara emasnya.

Agus Prasaja (kiri) begitu menikmati jalannya lomba

Empat babak berjalan tanpa hambatan, sampai akhirnya penetapan pemenang diumumkan. Untuk podium pertama di kelas Bebas ini berhasil menjadi milik Tali Jagat andalan MJM BF Tuban, puter pelung ternakan Sinar 177 yang digantang pada nomor 21.

Dilanjutkan oleh Rahayu gaco Slamet Situbondo, ring Arjuna 18 yang menempati nomor gantangan 40 sebagai peraih podium kedua. Sedangkan pemenang ketiga berhasil didapat Bang Pengkor milik H. Ichwanto Bondowoso produk ternak Tape Manis 515 yang ada di nomor gantangan 32.

Para juara di kelas Bebas

Selepas istirahat acara berlanjut ke kelas Pemula. Kali ini cuaca berubah sejuk, mendung sedikit menggantung di lokasi. Untuk kelas Pemula dimenangkan Pizza Hut debutan Saiful Bahri Situbondo, burung bergelang NH 182 yang menempati nomor gantangan 23.

Tempat kedua diraih Takbir bergelang Pesona 79 besutan Santoso Situbondo yang ada di gantangan 25. Menutup tiga besar ada Akar Bahar di gantangan nomor 33, burung milik MJM BF Tuban yang mengenakan ring MJM 226.

Memasuki sesi terakhir, yakni Laga Bintang sempat turun hujan gerimis. Kondisi tersebut membuat peserta yang hadir serta panitia sempat was-was dan khawatir akan turun hujan yang lebih lebat. Untungnya tidak berlangsung lama.

Begitu hujan gerimis sesaat itu reda, maka panitia langsung menyatakan acara dimulai. Perjuangan dalam kondisi tersebut memang tidak mudah bagi para kontestan . Namun tidak sampai menyurutkan semangat peserta untuk terus menampilkan performa terbaiknya.

Juara di kelas Pemula

Para jawara yang tampil di Laga Bintang tersebut segera berebut posisi kejuaraan dengan menampilkan kemerduan suaranya. Sampai akhirnya penetapan posisi juara diumumkan. Podium juara kelas Laga Bintang dimenangkan oleh Wiro Sableng.

Burung andalan MBS BF Lumajang bergelang MBS 212 yang digantang pada nomor 28 mampu tampil menawan sepanjang empat babak. Juara kedua direbut Tengkleng bergelang MJM 19 besutan Ronggolawe Tuban yang digantang pada nomor 15. Dan tempat ketiga dimenangkan Jalu ring B 020 orbitan Banger Probolinggo.

Wiro Sableng persembahkan gelar bergengsi Laga Bintang untuk Mas Badrus

“Alhamdulillah, antusias peserta sangat luar biasa yang menjadikan lomba ini ramai. Namun dari awal sampai akhir, semua berjalan lancar tanpa ada kendala apapun. Terima kasih kepada semua yang hadir dan panitia mohon ma’af jika masih ada kekurangan,” tutup Agus Prasaja. (Ramlee)








Ayam Hutan Merah, Nenek Moyang Ayam Peliharaan Ternyata sangat Pemalu

Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) merupakan sejenis burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 78 cm, dari suku Phasianidae. Suku Phasi...