Musang Sulawesi atau Sulawesi Palm Civet (Macrogalidia musschenbroekii) merupakan satwa karnivora endemik Sulawesi yang masih terbatas informasinya. Hingga saat ini masih misterius dan belum diketahui secara mendetail karakteristiknya.
Musang sulawesi ini disebut misterius karena keberadaannya memang sangat sulit dijumpai secara langsung. Dan diyakini memiliki sifat yang sangat sensitif terhadap kehadiran manusia. Bahkan, sebelum tahun 2018 jejaknya sangat sulit untuk dijumpai sehingga kerap dianggap sudah punah.
Hingga pada kisaran tahun tersebut, keberadaan musang sulawesi terdeteksi setelah adanya individu yang terjerat perangkap yang biasa digunakan untuk memburu babi hutan. Jejak kakinya juga terbilang tidak mudah dicari.
Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) habitat alami musang sulawesi |
Ini dikarenakan kebiasaan musang sulawesi yang lebih banyak bergerak di atas pohon (arboreal), aktif malam hari (nokturnal), serta soliter. Siang hari, musang sulawesi biasanya beristirahat di lubang-lubang pepohonan besar atau celah-celah batu besar, serta hutan yang jarang didatangi manusia.
Baca juga : Musang Luwak, Mamalia Liar Penghasil Kopi Termahal di Dunia
Namun, sejak tahun 2018 musang sulawesi berhasil diketahui keberadaannya. Melalui kamera jebak (camera trap) di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) yang wilayahnya berada di Gorontalo dan Bolaang Mongondow, serta di kawasan Cagar Alam Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara.
Sejak tahun 2018 keberadaan musng sulawesi diketahui kembali berkat adanya kamera jebak |
Pada Maret 2018, tim patroli Balai TNBNW pernah menemukan musang sulawesi terperangkap jerat yang dipasang oleh warga sekitar hutan. Biasanya, jerat tersebut untuk menangkap babi hutan, namun satwa yang terperangkap bisa apa saja.
Seperti anoa, musang, bahkan burung maleo. Faktor ini yang membuat musang sulawesi rentan terhadap ancaman kepunahannya. Selain karena berkurangnya hutan primer yang merupakan habitat alami musang sulawesi.
Mengutip penjelasan KLHK, musang sulawesi pertama kali diidentifikasi pada tahun 1877. Sama seperti banyak hewan lain yang memiliki penjulukan berbeda, dalam Bahasa Bugis musang sulawesi lebih dikenal dengan nama Tingkalung dan Cingkalung, sementara itu dalam Bahasa Kaili dan Kulawi di Sulawesi Tengah, hewan ini dijuluki Hulaku.
Musang sulawesi memiliki panjang tubuh antara 65-71 cm. Namun itu belum termasuk panjang ekor yang berkisar antara 44-54 cm. Bobot tubuhnya hingga kisaran 3,8-6,1 kilogram. Tubuhnya didominasi warna cokelat dan pucat dengan bintik-bintik cokelat tipis di sisi dan punggung bagian bawah.
Musang palem Asia (Paradoxurus hermaphroditus) |
Memiliki rambut pendek merata di seluruh tubuh. Pola warna rambut pada ekor seperti cincin dan kaki relatif pendek. Moncongnya ditumbuhi kumis, ketika sudah dewasa bisa mencapai ukuran seekor anjing dewasa. Memiliki kaki yang relatif pendek.
Baca juga : Ferret, Predator Kuat Mirip Musang yang Penampilannya Lucu
Musang sulawesi dapat dibedakan dari dua spesies musang lainnya yang ada di Sulawesi, yang merupakan jenis introduksi; Paradoxurus hermaphroditus dan Viverra tangalunga dari warna rambut, badan cokelat, dan ekor lebih panjang.
Musang tenggalung (Viverra tangalunga) |
Musang sulawesi biasanya mengeluarkan suara agak melengking dan melolong dengan nada piuuu… piuuu… piuu… secara berulang. Suara ini dikeluarkan oleh musang sulawesi ketika mencari makan atau saat berkomunikasi dengan pasangan atau kawanannya.
Seperti kebanyakan musang lainnya, musang sulawesi bersifat soliter dan aktif pada malam hari serta lebih banyak melakukan aktivitas di atas pohon. Karena belum ada penelitian lebih lanjut dan pengamatan lebih memadai, reproduksi hewan satu ini juga belum diketahui secara jelas.
Makanan musang sulawesi adalah mamalia kecil pengerat seperti berbagai jenis tikus, burung dan telur, reptil, serangga, juga menyukai buah enau. Habitatnya berada di hutan primer, sekunder, dan perkebunan masyarakat sampai ketinggian 2600 meter di atas permukaan laut.
Selain di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW), untuk penyebaran alaminya, satwa ini tercatat ada di Sulawesi bagian utara, tengah, tenggara di antaranya di kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Suaka Margasatwa Tanjung Peropa, dan TWA Mangolo.
Musang sulawesi merupakan satwa nocturnal atau aktif di malam hari |
Musang sulawesi juga kerap ditemui di Sulawesi bagian barat. Mencakup pegunungan di Toraja, Pinrang, dan Mamasa, tepatnya di Gunung Gandang Dewata dan Gunung Mambulilling. Tidak diketahui secara jelas jumlah populasinya.
Baca juga : Babi Batang, Satwa Unik dan Langka Hutan Sumatera yang Terancam Punah
Pada April 2019, Balai TNBNW bekerja sama dengan EPPAS Project dan WCS-Indonesia Program, merilis temuan musang sulawesi di Gunung Poniki yang didapat melalui kamera jebak. Meningkatnya perjumpaan ini sekaligus memberi informasi bahwa satwa ini tidak selangka yang diperkirakan sebelumnya.
Musang sulawesi yang terjerat perangkap masyarakat |
TNBNW, selain rumahnya musang sulawesi, juga merupakan tempat hidup satwa-satwa endemik Sulawesi. Seperti dua jenis anoa (Bubalus depressicomis dan Bubalus quarlessi), dua jenis monyet (Macaca nigra dan Macaca nigrescens), babirusa sulawesi (Babyrousa celebensis), maleo (Macrocephalon maleo), dan julang sulawesi (Rhyticeros cassidix).
TNBWN adalah kawasan konservasi darat terluas di Sulawesi, mencapai 282.008,757 hektar, yang berada di dua provinsi yaitu Sulawesi Utara dan Gorontalo. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, musang sulawesi merupakan jenis satwa dilindungi. (Ramlee)
Sumber : remen.id
Musang Sulawesi, Satwa Endemik Sulawesi yang Misterius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar