Blog Hobi dan Informasi

Kamis, 20 Juni 2024

Sidat, Ikan Mirip Belut Sumber Protein yang Lebih Baik dari Ikan Salmon



Sidat (Anguilla spp.) merupakan satwa yang termasuk family Anguillidae. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, nama sidat hingga saat ini masih terdengar asing. Ikan yang bisa hidup di perairan air tawar dan asin itu, masih kalah populer dibanding jenis ikan lainnya di perairan Indonesia.

Fisik sidat yang menyerupai belut sawah (Monopterus albus), tetap belum mendapat tempat di masyarakat Indonesia. Padahal, ikan tersebut popularitasnya sangat tinggi di negeri Asia Timur, seperti Jepang, Korea Selatan, Jepang, Tiongkok, dan Taiwan.

Khusus di Jepang, Sidat menjadi santapan favorit warganya dan dikenal dengan sebutan Unagi. Meski sering disebut sebagai belut Jepang, ternyata bahan dasar unagi adalah ikan sidat yang berasal dari Indonesia sebagai salah satu pemasok utama. Maka itu, tidak heran jika orang Indonesia lebih mengenal sebutan unagi ketimbang sidat.

Sidat hanya hidup di perairan jernih
 

Hewan ini memiliki banyak nama daerah, seperti ikan uling, ikan moa, ikan lubang, ikan lumbon, ikan larak, dan ikan pelus. Sidat dan belut seringkali dianggap sama oleh masyarakat awam karena bentuk tubuhnya yang bulat memanjang dan berlendir. Namun keduanya berbeda dari segi fisik, habitat, dan struktur tubuhnya.

Baca juga : Ikan Mas, Ikan Paling Konsumsi Populer Mengandung Gizi dan Nutrisi Penting bagi Tubuh

Ikan sidat memiliki bentuk tubuh ramping memanjang. Bentuknya hampir menyerupai belut sawah yang biasa ditemukan di rawa atau daerah persawahan di Indonesia. Oleh karena kemiripan tersebut, sebagian besar masyarakat Indonesia mengira bahwa sidat sama dengan belut sawah.

Siklus hidup ikan sidat


Ciri yang membedakan ikan sidat dengan belut adalah sidat hidup di perairan yang jernih. Sementara belut hidup di perairan rawa dan persawahan. Belut tidak butuh kondisi geografis dan iklim spesifik, bisa hidup di perairan dengan oksigen yang rendah.

Hal yang membedakan lainnya adalah sidat memiliki sirip di dekat kepalanya. Letak sirip tersebut sangat dekat dengan kepala sehingga membuatnya terlihat seperti sepasang telinga. Terdapat 18 spesies ikan sidat yang ada di dunia, 12 spesies di antaranya tersebar di daerah tropis, sedang 7 spesies berada di Pasifik Barat hingga perairan Indonesia.

Sidat dewasa dapat tumbuh sepanjang 90 sampai 150 cm. Diameter tubuhnya sekitar 7,5 cm dengan bobot paling berat sekitar 3 kg. Namun biasanya sidat dewasa yang sering ditemukan panjangnya hanya mencapai 110 cm. Meski demikian, ada juga jenis ikan sidat yang ukurannya lebih besar.

Habitat hidup ikan sidat adalah air dengan kondisi jernih dan bersih. Tetapi yang membuat ikan sidat unik adalah karena ternyata sidat ternyata mampu hidup di berbagai jenis perairan, mulai dari air tawar, air payau, hingga air laut.

Benih ikan sidat


Selama jernih dan memiliki kandungan oksigen yang cukup, sidat mampu hidup di lingkungan tersebut. Uniknya lagi, ikan sidat lebih sering ditemukan hidup di air tawar, tetapi proses perkembangbiakannya terjadi di kawasan air laut.

Baca juga : Ikan Nila, Ikan Konsumsi Air Tawar dari Afrika Memiliki Nilai Gizi yang Tinggi

Tubuhnya sangat lentur dan berlapiskan sejenis lendir yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri dari predator alam. Ikan yang aktif pada malam hari (nokturnal) ini tergolong jenis ikan karnivora. Sidat memakan ikan dan binatang air lain, yang berukuran lebih kecil dari bukaan mulutnya. Beberapa organisme bentik kerap jadi santapan satwa unik ini.

Budidaya ikan sidat
 

Diantaranya adalah udang dan kepiting (crustacea), cacing dan larva chironomide (polichaeta), kerang-kerangan (bivalva) serta molusca. Terkadang ikan sidat juga memiliki sifat kanibal. Hewan yang satu ini kerap memangsa sidat kecil yang ada di sekitarnya dengan mencabik-cabik hingga bangkainya hancur, lalu memakannya secara perlahan.

Dalam siklus hidupnya ikan sidat mengalami enam fase, yakni telur, pre-leptocephalus, eptocephalus, glass eel, dewasa dan induk. Biasanya, hewan ini akan bermigrasi ke laut setelah mengalami kematangan gonad dan memijah dipalung laut dalam.

Ikan Sidat akan memijah sekali seumur hidup dan akan mati setelah memijah, karena ikan sidat menggunakan seluruh energinya untuk reproduksi , atau termasuk hewan smelparous. Sifat ini merupakan kebalikan dari sifat ikan salmon yang bersifat anadromus, yaitu hidupnya di laut dan bermigrasi jauh ke hulu sungai yang jernih untuk proses reproduksi.

Dalam daftar merah International Union for The Conservation of Nature (IUCN), beberapa jenis sidat dikategorikan kondisinya hampir terancam. Keterancaman populasi sidat sendiri berkaitan dengan pola penangkapan sidat itu sendiri. Sidat yang tertangkap biasanya berukuran dewasa yang akan memijah ke laut.

Ikan sidat mampu tubuh sangat besar
 

Akibatnya populasi sidat dewasa yang bermigrasi ke laut menjadi sangat terbatas bahkan terus berkurang. Penggunaan racun, setrum, serta pagar perangkap dari bambu disinyalir jadi penyebab terhalangnya jalur migrasi ikan untuk bereproduksi hingga mengganggu keberlangsungan hidup satwa tersebut.

Baca juga : Baung, Ikan Konsumsi Lokal Bertekstur Daging Lembut yang Memiliki Potensi Ekonomi Menjanjikan

Perlu diingat, penggunaan alat perangkap seperti di atas dapat membunuh biota laut yang ada di sekitarnya, seperti ikan-ikan kecil, kepiting, siput, katak, dan hewan lain yang menjadi makanan sidat. Dengan adanya permintaan sidat yang begitu besar dari berbagai negara, harus segera dilakukan upaya untuk menghindari kelangkaan populasi sidat di perairan Indonesia, melalui budidaya yang terencana.

Pengolahan ikan sidat untuk tujuan ekspor
 

Kandungan vitamin dan mikronutrien pada ikan sidat sangat tinggi. Kandungan vitamin B1, B2, A, dan kandungan seng (Zn) beberapa kali lipat dibanding susu sapi. Daging sidat juga mengandung berbagai asam lemak tak jenuh dengan kandungan tinggi yang tidak terdapat di hewan lain.

Hewan ini dapat menjadi makanan utama yang mengenyangkan, tetapi tidak menjadikan tubuh gemuk. Ikan sidat sering disebut sebagai “ginseng air” karena dipercaya dapat “memperpanjang umur” dan menghambat penuaan.

Makanan khas Jepang Unagi
 

Ekstrak sumsum sidat mengandung tiga jenis bahan bermanfaat, yaitu DHA, EPA, dan AKG. DHA dan EPA merupakan asam lemak tak jenuh yang dapat menurunkan lemak darah dalam tubuh manusia. DHA memberikan gizi bagi syaraf penglihatan sehingga bisa digunakan untuk mencegah gangguan penglihatan. AKG dapat meningkatkan dan memperkuat fungsi imunitas. (Ramlee)



Sumber : remen.id

Sidat, Ikan Karnivora Mirip Belut Bernutrisi Tinggi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayam Hutan Merah, Nenek Moyang Ayam Peliharaan Ternyata sangat Pemalu

Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) merupakan sejenis burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 78 cm, dari suku Phasianidae. Suku Phasi...