Blog tentang hobi dan kreasi jadi rejeki

Kamis, 27 Juni 2024

Lahung, Durian Langka Khas Dayak Kalimantan



Buah lahung (Durio dulcis), terkadang disebut juga durian lahung, merupakan buah langka dari famili Malvaceae yang berasal dari hutan tropis Indonesia, khususnya Kalimantan. Disebut durian lahung, karena buah ini memiliki bentuk yang menyerupai durian dengan tekstur kulit berduri dan berbau tajam.

Tanaman lahung menghasilkan buah yang berwarna merah kehitama dan bila dilihat sekilas, memiliki bentuk yang sangat mirip dengan sang raja buah, yakni durian. Hanya saja, lahung memiliki kulit buah yang lebih lancip, panjang, dan tajam bila dibandingkan dengan durian.

Biasanya, kulit buah lahung berwarna merah dengan ujung duri berwarna hitam. Namun, ada pula buah lahung yang memiliki kulit berwarna kehijauan. Ketika dibuka, buah lahung pun terlihat sangat mirip dengan durian.

Pohon lahung tumbuh tinggi besar di dalam hutan
 

Buah ini kurang diminati karena isi dagingnya sangat sedikit. Daging buah lahung berwarna kuning tua, tipis, berasa karamel, serta beraroma kuat. Selain dapat dimakan langsung, buah ini juga bisa digunakan sebagai bahan kuliner.

Baca juga : Mangga Kasturi, si Manis Legit Kalimantan Selatan yang Telah Punah di Alam Liar

Meskipun kurang diminati secara ekonomis, buah lahung dianggap sebagai buah unggulan Kalimantan. Buah ini juga dikenal sebagai spesies durian yang paling manis dibanding jenis durian lainnya. Buah endemik Kalimantan ini memiliki warna yang khas dan bau yang menyengat dengan memiliki duri yang tipis sepanjang 15-20 cm.

Buah lahung tumbuh di ranting-ranting yang sangat tinggi
 

Lahung sering tertukar dengan durian merah (Durio graveolens). Keduanya sama-sama memiliki ciri khas merah. Berbeda dengan durian merah, lahung hanya berwarna merah di bagian kulit saja dan warna daging tetap memiliki warna yang sama dengan durian pada umumnya.

Sedangkan durian merah daging buahnya juga berwarna merah. Warna daging buah yang berwarna merah seringkali mengundang burung untuk menyantapnya. Itu sebabnya di Malaysia graveolens kerap disebut durian burung. Orang Dayak Kenyah menyebutnya duriang anggang.

Perbedaan lain terlihat dari bunga. Daunnya juga lebih tebal daripada lahung. Perbedaan keduanya juga terlihat saat buah matang. Buah durian merah terbuka saat masih menempel di cabang. Sementara lahung matang pohon dengan kondisi buah belum terbuka.

Kondisi tempat yang baik untuk lahung tumbuh adalah iklim daerah tropika basah, curah hujan ideal adalah lebih dari 2000 mm pertahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang lebih ideal adalah 20 – 800 m dari permukaan air laut.

Kondisi buah lahung masih belum terbuka meskipun telah matang
 

Bila ditanam di tempat yang lebih tinggi akan terjadi penurunan kualitas. Pohon lahung tumbuh di dalam hutan dan berukuran lebih tinggi dari pohon durian. Tingginya bisa mencapai 40 m, dengan garis tengah yang sangat besar.

Baca juga : Carica, Buah Pepaya Khas Wonosobo Pendukung Ekonomi Negeri di Atas Awan

Daunnya sama dengan durian biasa. Bunga muncul pada dahan yang tua. Kelopak bunga berwarna merah jambu. Buah bulat, berukuran sedang dan berduri panjang serta kulit tebal. Selain itu buah ini juga susah dibuka, sehingga harus dipotong melintang menggunakan parang.

Durian merah
 

Buah eksotis ini memiliki tingkat konsumsi yang masih rendah. Masyarakat Kalimantan menyatakan, buah lahung tidak seekonomis buah durian kebanyakan. Isi buahnya sedikit sekali, lebih banyak kulit dibanding isi buahnya. Meskipun dari segi rasa, daging buah durian ini cukup lezat untuk dimakan.

Selain itu, periode tumbuhnya hingga berproduksi mencapai puluhan tahun, lahung belum banyak dibudidayakan secara komersil. Area pertumbuhan tanaman ini berada pada pedalaman hutan yang sulit dijangkau oleh masyarakat umum.

Terdapat beberapa alasan mengapa buah lahung sulit ditemukan di pasaran. Penampilan buah lahung kurang menarik dan sulit didapat. Daging buahnya juga tergolong tipis dengan nilai jual yang tidak terlalu tinggi. Karena itu buahnya dianggap kurang menguntungkan untuk dijual.

Masyarakat sekitar lebih banyak memanfaatkan pohon lahung yang berukuran sangat besar. Pohon lahung ditebang dan dimanfaatkan kayunya, dan biasanya diolah menjadi papan kayu. Kelangkaan lahung membuatnya tidak banyak dikenal oleh masyarakat.

Buah lahung mempunyai daging yang sedikit
 

Buah lahung memiliki kandungan nilai gizi yang tidak kalah bila dibandingkan dengan jenis buah lainnya. Buah ini memiliki kandungan kadar air (56,1%), protein (3,5%), lemak (2,8%), karbohidrat (36,26%), dan serat (6,6%).

Baca juga : Buah Merah, Tanaman Prasejarah Endemik Tanah Papua yang Menakjubkan

Buah lahung memiliki komposisi asam lemak dan kandungan minyak yang cukup tinggi, sehingga sangat potensial digunakan sebagai sumber pangan. Buah ini juga diklaim memiliki alkaloid harmane. Dalam jumlah tertentu zat ini akan meningkatkan tekanan darah sehingga akan berefek positif untuk penderita tekanan darah rendah.

Sangat sulit menemukan buah lahung di pasaran
 

Bagi masyarakat suku Dayak, air rebusan kulit batang buah lahung dapat menyembuhkan sariawan dan diare, sementara rebusan bunganya dapat menurunkan demam. Sayangnya, menemukan buah lahung cukup sulit. Mungkin masih bisa menemukannya di pasar tradisional tertentu, terutama di Kalimantan. Buah lahung kini terancam punah. (Ramlee)




Sumber : remen.id

Lahung, Durian Eksotis Endemik Kalimantan yang Terancam Punah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latber Malam Road to Margo Trophy, Jaladri dan Maha Raja Raih Bendera Enam Warna, Bimo Juara

Setelah sukses pada penyelenggaraan latber sebelumnya, Latber Road to Margo Trophy kembali digelar pada Sabtu, 14 September 2024 di Gantanga...