Blog Hobi dan Informasi

Rabu, 01 Februari 2023

Kelomang, Kepiting yang Kerap Berganti Cangkang




Kelomang (Coenobita rugosus), sebagian besar anak-anak di Indonesia sudah sangat familiar dengan hewan yang satu ini sebagai teman bermain. Banyak pedagang yang menjual kelomang di dekat area sekolah atau di pasar-pasar tumpah.

Para pedagang kelomang sangat kreatif dengan menjadikan cangkang atau rumah kelomang dicat berwarna-warni dengan motif tokoh kesukaan anak-anak. Tubuh kelomang yang suka keluar masuk cangkang membuat banyak anak kecil gemas. 

Namun banyak dari kita yang mengira bahwa kelomang sama dengan keong, padahal keduanya berbeda. Keong merupakan hewan lunak berkaki perut dan hanya memiliki satu rumah atau cangkang tunggal. Sedangkan kelomang bukanlah hewan berkaki perut dan dapat berganti-ganti rumah.

Kelomang atau yuyu rumpung

Di daerah Jawa Tengah, hewan ini dikenal dengan nama yuyu rumpung atau yuyu rumpong.Dulu ada juga yang menyebutnya sebagai kul nenek. Selain menjadikannya teman bermain seringkali kelomang-kelomang ini diadu kecepatannya untuk keluar dari area yang sudah ditentukan.

Kelomang sering juga disebut dengan kepiting pertapa, karena gaya hidupnya yang lebih suka berlindung di balik cangkang atau rumahnya. Rata-rata kelomang memiliki abdomen (perut) yang panjang, berbentuk seperti spiral dan lunak lembut.

Baca juga : Upaya untuk Memprediksi Jenis Kelamin Burung

Tidak keras seperti abdomen krustasea lain. Ujung abdomennya dapat mencengkeram dengan kuat kolumela (tiang poros) cangkang siput. Setiap berjalan, kelomang seperti menggendong rumahnya. Bentuk cangkangnya juga beraneka ragam.

Menurut data dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), infraordo anomura atau hewan yang memiliki bentuk tubuh bagian belakang yang tidak simetris, terdiri dari 7 supersuku, 17 suku, 264 marga, dan 2.470 jenis. Sekitar 54% persen dari jumlah tersebut merupakan berbagai jenis kelomang.

Kelomang lukis disukai anak-anak

Kelomang memiliki kaki berjumlah sepuluh. Sepasang kaki depannya, kaki terbesarnya berbentuk capit, berfungsi untuk memegang atau menyerang mangsanya. Kaki kedua dan ketiga berfungsi untuk melakukan pergerakan atau berjalan. Kaki keempat digunakan untuk keluar masuk cangkang.
Sedang kaki kelima posturnya mengecil dengan ujungnya yang berbentuk capit kecil, memiliki bulu yang lebat yang fungsinya untuk membersihkan tubuh atau membuang kotoran dari cangkang, terutama insang dan telur pada betina.

Kelomang saat keluar dari cangkangnya

Kelomang memiliki kebiasaan suka berganti-ganti rumah atau cangkang. Kebiasaan ini dikarenakan tubuhnya selalu bertumbuh. Semakin besar tubuhnya, maka ia akan mencari rumah cangkang yang lebih besar. 

Selain kerang, kelomang juga biasa menggunakan potongan kayu, tutup botol tertentu, bulu babi, dan karang sebagai rumah barunya. Atau apa saja yang ditemuinya ketika kelomang harus mengganti cangkang yang ditempatinya. Cangkang berfungsi untuk melindung abdomen atau perut serta menjaga tubuh kelomang agar tetap lembab.

Baca juga : Jangkrik, Hewan Bersuara Nyaring di Malam Hari

Seringkali, spesies ini berbaris ketika mereka menemukan rumah yang baru. Kemudian kelomang yang paling besar akan meninggalkan rumah lama untuk menghuni rumah yang baru. Rumah lama ini akan digunakan oleh kelomang lainnya yang juga mulai tumbuh besar. Terjadi seperti itu terus menerus hingga yang berada di barisan terakhir sudah mendapatkan rumah barunya.

Beberapa kelomang laut yang memiliki cangkang besar biasanya didekati oleh satu atau beberapa anemon laut. Gunanya, untuk menakut-nakuti predator. Hubungan simbiotik ini akan memberikan anemon laut kemudahan dalam mengonsumsi sisa-sisa makanan. Hubungan seperti ini biasanya terjadi pada sekumpulan jenis bryozoa dan kelomang yang membentuk bryoliths.

Seekor kelomang bercangkang pecahan botol

Tidak seperti semut yang selalu ‘bersalaman’ saat saling bertemu dengan sesamanya, kelomang memiliki tiga kebiasaan yang berbeda tergantung situasi saat mereka bertemu. Mereka bisa saling mengabaikan, kawin, atau justru berkelahi. Perkelahian sering terjadi saat satu kelomang melihat rumah kelomang lain yang lebih bagus dari rumahnya. Keinginan untuk merebut rumah itu yang sering menjadi pemicu perkelahian di antara sesamanya.

Yuyu rumpung memiliki usia kehidupan hingga puluhan tahun selama habitat hidupnya terbebas dari pencemaran. Sementara kelomang yang sengaja dipelihara, rata-rata memiliki usia hidup sekitar 10 tahun. Kelomang termasuk ke dalam kategori hewan omnivora, atau hewan pemakan tumbuhan dan pemakan hewan lain yang ukurannya lebih kecil darinya.

Baca juga : Kelinci Belang Sumatera Spesies Endemik Sumatera

Kelomang dikenal terbagi menjadi dua jenis, yakni darat dan air. Untuk jenis air sebagian besar hidup di lautan. Oleh karena itu, mengapa kita sering menemukannya di tepian pantai. Sebab, mereka bisa hidup di perairan yang dangkal sampai ke dasar laut dalam. 

Di daerah tropis, hidup beberapa jenis yuyu rumpung darat yang memiliki larva akuatik. Kelomang jenis ini tetap memerlukan akses ke air untuk reproduksi. Baik kelomang darat maupun kelomang air, lebih aktif berkegiatan di malam hari.

Ketam kenari, kerabat kelomang yang berukuran raksasa

Habitat yuyu rumpung identik dengan pantai dan bahkan ada yang hidup dibawah air. Akan tetapi ada beberapa spesies kelomang yang hidup di daratan, contohnya kelomang yang berasal dari famili Coenobitidae. Meski hidup di darat, namun hewan ini tetap memerlukan air agar tetap basah agar dapat bertahan hidup dan bereproduksi. 

Sebenarnya tubuh kelomang sangat lembut dan rapuh. Kelomang mengalami proses pergantian kerangka luar dan menumbuhkan kerangka baru. Proses ini disebut molting yang akan membuatnya stres dan lebih rentan.

Molting terjadi secara periodik sekitar 18 bulan sekali selama 4 sampai 8 minggu. Kelomang akan melepaskan beberapa bagian tubuhnya dan membuatnya tidak bisa bergerak sementara waktu, seperti mati. Satwa ini termasuk berumur panjang. Di alam liar, usianya bisa mencapai 30 tahun. Sedangkan jika dipelihara usianya dapat mencapai 20 tahun.  (Ramle)


Sumber : remen.id Mengenal Kelomang, Kepiting Pemburu Cangkang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayam Hutan Merah, Nenek Moyang Ayam Peliharaan Ternyata sangat Pemalu

Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) merupakan sejenis burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 78 cm, dari suku Phasianidae. Suku Phasi...