Mata Lele (Lemna sp.) merupakan salah satu jenis gulma air yang banyak ditemukan tumbuh di kolam, danau atau waduk serta di daerah persawahan terutama pada saat padi masih tergenang air. Tanaman ini memiliki kemampuan tumbuh dengan cepat dan berkembang dengan baik pada berbagai kondisi iklim.
Banyak penyebutan tanaman ini di beberapa daerah, seperti Kiambang (Sumatera), Ganggeng, Kakarewoan (Sunda), Mata lele, Mata iwak (Jawa), dan Kembang aik (Lombok). Jika diperhatikan secara seksama, bentuk tumbuhan lemna memang mirip seperti mata ikan lele. Itulah mengapa tanaman ini dinamakan mata lele.
Pada Januari 2021 silam, masyarakat Pekalongan sempat digegerkan dengan fenomena banjir berwarna hijau. Setelah para pakar meneliti penyebab hijaunya air banjir tersebut, ternyata disebabkan berlimpahnya tanaman Duckweed (Inggris) atau mata lele.
Tumbuhan air mata lele berukuran sangat kecil |
Jenis tumbuhan air ini dapat dikenali dari struktur akarnya yang disebut thallus. Akar ini menopang seluruh tanaman mata Lele yang biasanya tampak menggantung di air. Mata lele memiliki corak warna hijau yang terang dengan ukuran daun berkisar 6 – 8 mm saja. Mata lele bisa dikatakan sejenis daun dengan satu batang akar yang menempel di bagian bawahnya.
Baca juga : Semanggi, Gulma Tanaman Padi yang Mempunyai Sederet Manfaat
Mata lele sangat mudah tumbuh di perairan yang tenang dan terlindung dari angin. Tanaman mata lele diketahui memiliki proses tumbuh yang cepat. Dalam sistem budidayanya, mata lele dapat menghasilkan panen sebanyak 10 – 30 ton per ha setiap tahunnya.
Akar tanaman mata lele tampak menggantung di dalam air |
Jika dihitung mulai dari pembibitan hingga berbiak, proses pertumbuhan duckweed hanya membutuhkan waktu sekitar 16 jam sampai 2 hari dengan suhu optimal dan matahari yang cukup. tanaman ini mampu hidup pada suhu 6-33oC dengan pH 5-9 (6.5-7.5).
Mata Lele sangat invasif di semua permukaan air tawar. Sekresi lengket yang dikeluarkan oleh tanaman ini dapat menarik laba-laba dan serangga tungau. Duckweed jika ditanam dihamparan yang luas dari kejauhan akan terlihat indah dan eksotik disenjakala.
Namun, oleh sebagian orang tanaman kiambang/mata lele dianggap sebagai tanaman pengganggu (gulma) pertumbuhan ikan, padahal tanaman ini memiliki kandungan gizi yang tinggi. Dibandingkan dengan jenis tanaman air lainnya, tanaman ini mengandung serat kasar relatif rendah dan memiliki tekstur daun hingga akar yang lunak sehingga memiliki daya cerna yang tinggi, bahkan mudah dicerna ayam, bebek, dan ikan.
Tanaman dari famili Lemnaceae ini telah banyak digunakan sebagai pakan tambahan untuk ikan, ayam, dan bebek di beberapa negara di Asia seperti Thailand, Bangladesh, dan India. Seiring berkurangnya lahan untuk memproduksi rumput, Lemna sp. mulai dimanfaatkan sebagai pakan hijauan pada pakan sapi.
Mata lele berkembang sangat cepat |
Kandungan gizi Lemna sp. jauh lebih baik dibandingkan dengan bahan pakan dari tanaman lain, seperti Azolla sp., bungkil kedelai, dedak ataupun bungkil jagung, yang memiliki serat kasar tinggi sehingga hewan sulit mencernanya.
Baca juga : Genjer, Gulma Pertanian yang Nikmat dan Berkhasiat
Potensi pemanfaatan tanaman Lemna sp.untuk bahan pakan didukung oleh kandungan protein yang cukup tinggi yang berkisar antara 22-48% dan serat kasarnya yang tergolong rendah yaitu sekitar 4-9%, dan energi metabolismenya mencapai 2342 kkal/kg bahan kering.
Mata lele menyerbu lahan pertanian tanaman kangkung |
Berdasarkan penelitian, tanaman mata lele ini mengandung asam amino yang cukup seimbang terutama lysin mencapai 6,9 gr/100 gr, metionin 1,4%, dan histidin 2,7%. Selain itu tanaman ini juga kaya mineral, dan vitamin A.
Nilai potensial dari pengembangan tanaman Lemna sp. menjadi lebih tinggi terutama berkaitan dengan kenyataan bahwa area lahan budidaya tanaman hijauan pakan ternak semakin sempit akibat bersaing dengan pemanfaatan untuk usaha tanaman pangan dan pemukiman.
Maka salah satu cara untuk mengatasi masalah ketersedian lahan budidaya adalah memanfaatkan lahan air untuk budidaya Lemna sp. Lemna sp. memiliki kandungan nutrisi cukup lengkap sebagaimana dibutuhkan oleh ternak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar protein Lemna sp. relatif tinggi dan susunan asam aminonya menyerupai protein hewani.
Karena itu, penggunaan Lemna sp. dapat menggantikan peran tepung kedelai dalam pakan tanpa mengubah pertumbuhan. Dari segi biaya produksi, mata lele sebagai tanaman yang dapat diproduksi dengan biaya yang murah. Mata lele tumbuh di air dan dapat dipupuk menggunakan kotoran ternak sehingga biaya perawatannya relatif murah.
Budidaya tanaman mata lele |
Tanaman mata lele seringkali perlu dikeringkan atau ditepungkan sebelum disusun menjadi ransum. Proses pengeringan tidak diperlukan dalam penyusunan ransum untuk ayam dan babi. Prinsip utama pengeringan hijauan makanan ternak adalah mengurangi sebanyak mungkin jumlah air yang terkandung di dalamnya, baik untuk memperpanjang penyimpanannya maupun untuk tujuan pembuatan tepung Lemna sp.
Baca juga : Teratai, Tanaman Unik Asal Mesir yang Tumbuh di Permukaan Air Tenang
Jumlah kadar air dalam hijauan agar dapat bertahan lama, adalah 10-20%. Dikatakan juga bahwa proses untuk mencapai syarat kadar air seperti tersebut harus berlangsung dalam waktu yang singkat dengan tujuan untuk menekan kehilangan zat-zat makanan dalam jumlah yang banyak, terutama akibat pembusukan dan perkembangan mikroorganisme perusak.
Pengeringan tanaman mata lele dengan bantuan sinar matahari |
Metode pengeringan menggunakan sinar matahari adalah cara yang paling praktis dan murah untuk mengeringkan mata lele. Metode pengeringan menggunakan sinar matahari disebut juga metode hamparan. Pengeringan dilakukan dengan cara menghamparkan Lemna sp. segar yang telah ditiriskan diatas nampan atau hamparan bilik, di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Kandungan air mata lele kering yang dihasilkan dari pengeringan ini masih tinggi yaitu 20 – 25%.
Pengeringan menggunakan oven merupakan cara yang lebih cepat, karena tidak bergantung pada kondisi cuaca. Mata lele yang telah dipanen ditiriskan sampai tidak ada air yang menetes kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 35 oC. Kandungan air mata lele yang dikeringkan dengan pengovenan sekitar 10-12%.
Tepung tanaman mata lele siap digunakan sebagai bahan pakan ternak ataupun yang lain |
Tumbuhan air mampu berperan sebagai agen fitoremediasi, akumulator logam berat dan bio filter pengolah lembah cair. Fitoremediasi pakar definisikan sebagai pencuci polutan yang dimediasi oleh berbagai jenis tumbuhan termasuk pepohonan, rerumputan, serta tumbuhan air.
Pencucian sendiri diartikan sebagai penghancuran polutan menjadi bentuk yang tidak berbahaya. Karena itu, tanaman mata lele bisa sebut memiliki peran penting dalam pelestarian alam. Kendati demikian, para pembudi daya tumbuhan ini juga perlu berhati-hati. Pasalnya jika populasi tanaman duckweed mengalami blooming, maka sifatnya bisa berubah menjadi gulma air. (Ramlee)
Sumber : remen.id
Mata Lele, Tumbuhan Air yang Berguna sebagai Pakan Ternak Alternatif Berprotein Tinggi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar