Blog Hobi dan Informasi

Jumat, 06 September 2024

Pare, Tanaman Sayur Berbuah Pahit yang Kaya Nutrisi untuk Kesehatan



Pare (Momordica charantia) atau juga dikenal sebagai pareira brava merupakan salah satu jenis buah labu-labuan yang kerap dijadikan sebagai pelengkap ketika menghidangkan salah jenis kuliner. Tanaman pare termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae yang memiliki rasa pahit hampir di seluruh bagian tanaman.

Tanaman pare banyak ditemukan di Afrika, Asia, dan Karibia. Asal-usulnya banyak disebut dari negara India dan mulai menyebar lebih dari 600 tahun yang lalu. Tanaman pare termasuk jenis tanaman merambat yang buahnya kerap kali dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun pengobatan, yang memiliki ciri khas kulit buah dengan bentuk bergerigi.

Buah pare ini juga dikenal dengan banyak nama di Indonesia, seperti peria, paria, atau pepareh. Dalam bahasa Inggris, pare mempunyai nama balsam pear, bitter gourd, dan bitter melon karena memiliki cita rasa yang cenderung pahit.

Tanaman pare tumbuh merambat

Tanaman ini tumbuh di wilayah tropis dan subtropis. Persebaran tanaman ini meliputi wilayah Amazon, Afrika Timur, Asia, India, Amerika Selatan, dan Kepulauan Karibia. Pare tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, atau dibudidayakan dan ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar untuk diambil buahnya.

Baca juga : Rambusa, Markisa Mini yang Kaya Nutrisi Tumbuh Liar Secara Merambat

Akar pada tanaman pare memiliki dua tipe utama, yaitu akar tunggal dan akar berserabut yang sangat lembut. Oleh karena itu, tanaman pare lebih cocok untuk dibudidayakan pada kondisi lahan atau tanah yang keras dan berpasir. Akar pare berwarna putih.

Bunga dan bakal buah pare

Batang tanaman pare berusuk lima dan memiliki panjang sekitar 2-5 cm. Daunnya tunggal dan memiliki tangkai dengan panjang berkisar antara 1,5 hingga 5,3 cm. Daun pare berbentuk bulat dengan panjang 10 cm dan berwarna hijau tua. Pada batang yang masih muda, rambut-rambut cukup rapat dapat ditemukan.

Daun pada tanaman pare memiliki bentuk bulat telur, berbulu, dan berlikuk. Susunan tulang daunnya menjari, dan panjang tangkai daunnya mencapai 7-12 cm. Daunnya memiliki warna hijau tua di bagian atas dan hijau muda atau kekuningan di bagian bawah. Letak daun pare berseling dengan panjang tangkai antara 1,5 hingga 5,3 cm. Daun tunggal ini memiliki bentuk membulat dengan pangkal yang menyerupai jantung dan garis tengah sekitar 4-7 cm.

Bunga pare tumbuh dari ketiak daun dan berwarna kuning yang mencolok. Bunga pare terdiri dari dua jenis, yaitu bunga jantan dan bunga betina yang memiliki duri tempel, halus, dan berambut. Kelopak bunga berbentuk lonceng dan berusuk banyak. Panjang tangkai bunga jantan mencapai 2-5,5 cm, sedangkan tangkai bunga betina bisa mencapai 1-10 cm.

Bunga pare dibedakan menjadi bunga jantan yang memiliki benang sari berjumlah tiga dengan kepala sari berwarna orange, serta bunga betina yang memiliki sisik, bakal buah berparuh panjang, berduri halus, dan berambut panjang. Putik pada bunga betina berjumlah tiga, dua di antaranya berlekuk dan satu utuh.

Umumnya buah pare dipanen sebelum masak

Buah pare berasal dari bunga betina yang telah mengalami proses penyerbukan. Buah ini berbentuk bulat memanjang dengan permukaan berbintil-bintil dan memiliki rasa pahit. Bagian buah yang telah masak berwarna jingga.

Baca juga : Markisa, Buah Tanaman Merambat yang Punya Segudang Khasiat

Daging buahnya tebal dan di dalamnya terdapat banyak biji. Buah ini berbentuk bulat memanjang, memiliki bintil-bintil yang tidak beraturan, panjangnya berkisar antara 8 hingga 30 cm, berwarna hijau, dan berubah menjadi jingga saat matang.

Buah pare yang telah masak

Syarat penting untuk pertumbuhan tanaman pare yang baik meliputi beberapa faktor utama. Pertama, tanah yang digunakan harus gembur, kaya akan humus, dan memiliki pH antara 5-6. Selain itu, tanaman pare tidak memerlukan banyak paparan sinar matahari, sehingga dapat tumbuh dengan baik di lokasi yang teduh, dan sebaiknya ditanam di pekarangan rumah.

Tanaman ini tumbuh merambat atau memanjat dengan sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak serta batangnya berusuk. Waktu penanaman yang optimal adalah pada awal musim hujan atau awal musim kemarau. Hal ini menciptakan kondisi yang ideal bagi tanaman pare untuk tumbuh subur. Selain itu, daya adaptasi tanaman pare sangat tinggi.

Hal ini memungkinkannya beradaptasi dengan berbagai kondisi iklim yang berbeda, seperti perbedaan suhu dan curah hujan yang tinggi. Oleh karena itu, tanaman pare dapat tumbuh di daerah dataran tinggi dan mampu berproduksi sepanjang tahun, baik pada musim hujan maupun musim kemarau.

Pada umumnya buah pare dipanen sebelum masak, dimana buahnya masih sedang pahit-pahitnya. Pare telah banyak dikenal memiliki beberapa manfaat untuk membantu penderita diabetes, mencegah dan mengurangi gejala kanker, mengurangi efek wasir, meningkatkan kesehatan pernapasan, meningkatkan kesehatan kulit, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Pare gajih

Ada tiga jenis pare yang dikenal oleh masyarakat, yakni pare gajih, pare kodok, dan pare alas atau hutan. Pare merupakan salah satu buah yang paling ampuh untuk menjaga penyakit diabetes mellitus. Hal ini karena kandungan yang signifikan dari charntin, yaitu peptida yang menyerupai insulin dan alkaloid dalam buah pare.

Baca juga : Bunga Air Mata Pengantin, Tanaman Hias yang Bisa Obati Diabetes

Semua komponen ini akan secara aktif mempengaruhi untuk menurunkan kadar gula darah. Pare juga membantu untuk mencegah lonjakan penurunan insulin dengan jalan mengatur penggunaan gula dalam metabolisme tubuh yang telah diperoleh dari makanan.

Pare kodok

Memang pare telah terbukti memiliki zat anti-inflamasi, anti jamur, antibiotik, anti alergi, antivirus, antiparasit, dan kualitas ekspektoran. Untuk alasan inilah yang membuat pare menjadi bahan masakan pokok pada beberapa budaya di seluruh dunia.

Bahan kimia yang terdapat dalam buah pare merupakan bahan pengobatan yang kuat, namun ada hal yang perlu diperhatikan juga. Wanita hamil dan yang sedang menstruasi tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi pare. Buah pare bisa merangsang perdarahan menstruasi yang berlebihan.

Pare hutan/alas

Untuk wanita menyususi, sebaiknya juga menghindari mengkonsumsi pare, karena penelitian masih belum menyatakan akan hal ini. Jadi untuk saat ini, yang terbaik adalah menghindarinya. Juga(seperti yang disebutkan sebelumnya) pare memiliki efek kuat untuk menurunkan kadar gula darah, yang bisa berbahaya terutama saat menjelang dan setelah operasi.

Bagi yang memiliki gejala-gejala seperti anemia, dan juga termasuk sakit kepala, demam, dan nyeri perut sebaiknya tidak mengkonsumsi pare. Atau orang yang sangat sensitif terhadap defisiensi dehidrogenase disarankan konsultasi dengan dokter sebelum makan buah pare. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Pare, Tanaman Berbuah Pahit Kaya Khasiat untuk Kesehatan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayam Hutan Merah, Nenek Moyang Ayam Peliharaan Ternyata sangat Pemalu

Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) merupakan sejenis burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 78 cm, dari suku Phasianidae. Suku Phasi...