Dewandaru (Eugenia uniflora) merupakan buah yang dikenal oleh banyak masyarakat Indonesia sebagai tanaman suci karena dipercaya dapat mendatangkan rezeki. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan, mulai dari Suriname Guyana Perancis, Brazil bagian selatan, Uruguay, hingga Paraguay. Persebaran tanaman ini sudah menyebar di seluruh kawasan tropis dan sub tropis.
Di Asia Tenggara dewandaru menyebar di Pulau Jawa (Indonesia), Semenanjung Malaysia, dan Filipina. Tidak hanya itu tanaman ini juga ditemukan di Australia, India, China, Nigeria, Mesir, dan Pulau Karibia. Buah ini dikenal dengan banyak nama, seperti ceri suriname, ceremai londo, ceri brazil, atau ceri cayenne.
Dewandaru termasuk ke dalam suku Myrtaceae (jambu-jambuan). Habitus tumbuhan ini berupa pohon atau semak, dengan ketinggian mencapai 7 m. Cabangnya ramping dan menyebar, kadang menekuk. Permukaan batang halus dan kulit batangnya mengelupas.
Pohon Dewandaru di Gunung Kawi awal mitos lahir |
Daunnya berbentuk bulat seperti telur sungsang, pangkal daun membulat, ujung daun meruncing tetapi tumpul, permukaan daun halus dan mengkilat. Warna daun waktu muda coklat kemerahan, sedangkan waktu tua daunnya berwarna hijau tua.
Baca juga : Kepel, Buah Khas Yogyakarta Kegemaran Putri Keraton Kini Semakin Langka yang Memiliki Segudang Manfaat
Bunganya memiliki aroma wangi, terletak di ketiak daun dengan jumlah 1-4 bunga. Bunga tanaman dewandaru berwarna krem keputihan dengan diameter 1 cm. Kelopak bunganya berbentuk tabung dengan 4 lekukan dan 8 rusuk. Mahkota bunga berwarna putih dengan panjang 7-11 mm.
Bunga dewandaru |
Buahnya tergolong buah buni, berbentuk pipih menggantung memiliki 7-8 rusuk seperti lampion. Buahnya berwarna hijau saat muda, lama kelamaan berubah menjadi oranye merah terang, hingga keunguan. Buahnya sedikit lengket dan berair. Kulit buahnya tipis dan mengkilap.
Buah ini memiliki kombinasi rasa manis dan sedikit asam, hampir mirip dengan campuran stroberi dan ceri. Rasa istimewa inilah yang membuatnya diminati oleh banyak orang yang mencicipinya. Buah dewandaru berukuran kecil. Di dalamnya terdapat beberapa biji kecil yang dapat dimakan.
Bijinya memiliki bentuk pipih, berjumlah 1 jika ukuran besar dan berjumlah 2-3 jika ukuran kecil. Meskipun bijinya bisa keras, namun tidak mengganggu kenikmatan saat mengonsumsi buah ini. Buah dewandaru juga memiliki aroma yang segar dan menyegarkan.
Oleh karena itu, sering digunakan dalam pembuatan minuman, selai, atau produk makanan lainnya untuk memberikan sentuhan aroma yang istimewa. Buah dewandaru dapat dinikmati secara langsung atau digunakan dalam berbagai hidangan dan minuman. Buah ini dapat dijadikan sebagai selai, bahan kue, jeli, jus, dan olahan lainnya.
Buah dewandaru yang masih muda |
Buah ini mengandung beberapa nutrisi antara lain air 157,1 g; kalori 57 Kcal./cup; protein 1,38 g; total lemak 0,69 g; karbohidrat 12,96. Dalam jumlah yang sama buah ini menyediakan 50,56% vitamin C; 18,57% vitamin A; 9,97% karbohidrat; 5,31 vitamin B2; dan 5% magnesium.
Baca juga : Bunga Wijaya Kusuma, Queen of The Night yang Anggun dan Eksotis
Tanaman dewandaru juga dikenal sebagai tanaman obat yang digunakan masyarakat Brazil. Daun dan buah dewandaru dimanfaatkan sebagai obat demam, diare, rematik, dan hipertensi. Daun dewandaru yang diolah kemudian diminum mampu mengobati batuk, bronkitis, dan cacingan.
Buah dewandaru bisa langsung dinikmati |
Hasil penelitian menyatakan jika ekstrak hidroalkoholik daun dewandaru dapat mengurangi kadar enzim xanthine-oxidase yang memicu terbentuknya asam urat. Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa dewandaru memiliki kemampuan antimikroba, dewandaru mampu menghambat pertumbuhan bakteri misalnya Staphylococcus aureus, dan lainnya.
Buah dewandaru mengandung antioksidan karena mengandung senyawa fenolik yang sangat tinggi. Buah dewandaru yang masih berwarna orange mengandung karotenoid. Buah dewandaru juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit diabetes melitus karena mengandung flavonoid dan fenolik.
Flavonoid berfungsi sebagai penurun kadar gula darah. Melalui mekanisme hipoglikemik flavonoid dapat menghambat reabsorbsi gula dari ginjal dan meningkatkan kelarutan gula darah, sehingga mudah diekskresikan melalui urin.
Buah dewandaru mengandung senyawa-senyawa antioksidan seperti vitamin C dan polifenol, yang dapat membantu mencegah pertumbuhan sel-sel kanker dan meredakan risiko kanker. Antioksidan ini melawan radikal bebas yang dapat merusak DNA dan memicu perkembangan sel kanker.
Minyak atsiri yang dihasilkan dari buah dewandari dapat digunakan untuk perawatan kulit dan rambut |
Penderita hipertensi bisa mengonsumsi dewandaru untuk membantu mengendalikan tekanan darah. Hal ini karena nutrisi dalam dewandaru diketahui berperan sebagai diuretik alami. Artinya, buah ini dapat merangsang tubuh untuk membuang garam dan air yang berlebihan melalui urine.
Baca juga : Walikukun, Pohon Mistis yang Biasa Dijadikan Bonsai
Berkat melimpahnya kandungan vitamin A, dewandaru bisa dimanfaatkan untuk menjaga fungsi mata. Vitamin A berperan penting dalam mengoptimalkan fungsi penglihatan, khususnya di malam hari. Ditambah lagi, kandungan beta-karoten pada dewandaru yang akan berubah menjadi vitamin A di dalam tubuh bisa mengurangi risiko terjadinya penyakit mata di kemudian hari, seperti degenerasi makula.
Bonsai dewandaru |
Dewandaru sudah sejak lama digunakan sebagai obat herbal untuk menurunkan panas atau demam. Dewandaru mengandung vitamin C yang berperan penting dalam memperkuat imun, sehingga tubuh dapat melawan infeksi virus atau kuman penyebab demam. Selain itu, penelitian juga menunjukkan dewandaru memiliki sifat antimikroba yang bisa melawan bakteri atau parasit. Dengan banyak manfaat yang dikandung, dewandaru bisa digolongkan superfood.
Meski banyak mitos yang beredar tentang dewandaru, tanaman ini bisa dijadikan sebagai obat herbal untuk mengatasi serta mencegah penyakit. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut dan uji klinis pada manusia untuk memastikan efektivitas dan keamanannya tanaman ini. (Ramlee)
Sumber : remen.id
Dewandaru, Buah Eksotis Penuh Mitos yang Kaya Manfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar