Biawak Kalimantan (Lanthanotus borneensis) merupakan spesies biawak endemik yang hanya ditemukan di pulau Kalimantan (Borneo). Satwa biawak Kalimantan dalam Bahasa Inggris dinamakan Earless Monitor Lizard. Biawak Kalimantan merupakan fosil hidup yang semakin langka keberadaannya.
Ahli zoologi asal Australia Franz Steindachner pada tahun 1878 menemukan Biawak Kalimantan di kebun sawit hutan Tembawang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Biawak Kalimantan dijuluki sebagai living fossil karena satwa lain seusianya rata-rata sudah punah.
Sebab satwa ini tidak terjadi perubahan yang signifikan meskipun telah terjadi perubahan lingkungan. Hal tersebut dibuktikan dengan deskripsi Lanthanotus borneensis secara morfologi sama dengan deskripsi pada saat pertama kali ditemukan pada tahun 1877, itu artinya sudah sudah hampir 148 tahun lamanya.
![]() |
Biawak Kalimantan hidup di dekat aliran sungai |
Nenek moyang dari biawak Kalimantan diyakini telah muncul pada periode Kapur, berkisar antara 145 juta hingga 66 juta tahun yang lalu. Hal ini menambah misteri seputar evolusi dan peran spesies tersebut dalam ekosistem. Para ahli herpetologi menjuluki biawak Kalimantan dengan nama Cawan Suci. Nama panggilan mencerminkan hewan ini menjadi makhluk langka di dunia reptil dan amfibi.
Baca juga : Biawak, Kadal Berukuran Menengah dan Besar yang Suka Berjemur
Biawak Kalimantan dikenal sebagai hewan yang mirip dengan naga karena bentuk tulang kepalanya yang sama seperti hewan mitos tersebut. Meskipun demikian, naga hanya sebagai sebutan belaka karena biawak Kalimantan tersebut bukanlah naga sebenarnya.
![]() |
Sepasang biawak tanpa telinga |
Pada umumnya kadal memiliki ciri berupa terdapat lubang telinga luar yang berfungsi untuk mendengar, tetapi tidak memiliki lipatan luar yang ditemukan pada mamalia. Berbeda dengan biawak satu ini, biawak Kalimantan tidak memiliki lubang telinga luar seperti biawak lainnya. Biawak Kalimantan memiliki nama ilmiah Lanthanotus borneensis yang artinya telinga tersembunyi dari Kalimantan.
Meskipun demikian, biawak tersebut masih tetap bisa mendengar. Caranya adalah melalui getaran yang dirasakan dari permukaan tanah, lalu getarannya berjalan melalui tengkorak yang kemudian sampai di lubang telinga. Cara tersebut sama seperti pada ular. Biawak Kalimantan merupakan tipe hewan fossorial, yaitu hewan yang menggali dan berlindung dalam tanah.
Sehingga mereka selalu berada di permukaan tanah dan dapat merasakan getaran dari lingkungan sekitar. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan mereka dapat mendengarkan getaran suara yang merambat dari udara. Namun, pengamatan secara ilmiah belum diketahui secara pasti bagaimana biawak tak bertelinga menerima suara dari lingkungan sekitar.
Nama biawak tanpa telinga diberikan kepada biawak tersebut karena memang tidak memiliki telinga atau lubang telinga. Biawak Kalimantan punya ciri umum seperti biawak lainnya, yaitu punya hidung berbentuk tumpul dan tubuh dengan bentuk silinder.
![]() |
Tubuh Biawak Kalimantan dipenuhi gerigi seperti halnya buaya |
Namun biawak Kalimantan punya ciri khusus yaitu gerigi-gerigi seperti kulit buaya. Gerigi-gerigi ini berbentuk secara teratur seperti garis mulai dari bagian kepala sampai pada ekornya yang cukup panjang. Biasanya seekor biawak Kalimantan punya tubuh dengan panjang 45 sampai 55 sentimeter.
Baca juga : Biawak Pohon Tutul Biru, Satwa Endemik Papua yang Semakin Langka
Biawak ini memiliki warna mata biru transparan yang berukuran kecil, dengan kelopak mata yang tebal. Bagian dada dan perut berwarna putih dengan pola marmer kecoklatan. Ukuran tubuh biawak ini relatif kecil dengan panjang tubuh antara 45 – 55 cm dan berat badannya mencapai 209.3 gram.
![]() |
Biawak Kalimantan merupakan satwa nocturnal |
Biawak ini mendiami hutan tropis dataran rendah dan ditemukan di aliran sungai jernih berpasir dikelilingi oleh vegetasi hutan yang bervariasi. Satwa ini bersifat semiakuatik, hidup di dekat air dan cenderung menghindar ke dalam air ketika terancam. Selain itu, biawak Kalimantan juga memiliki kemampuan untuk menutup kelopak mata saat berada di dalam air.
Kehadiran kelopak mata bagian bawah yang tembus cahaya, menjadi fitur menarik untuk menyempurnakan adaptasi satwa ini terhadap lingkungan air. Biawak Kalimantan cenderung menghabiskan hari-harinya dengan bersembunyi di bawah tumbuh-tumbuhan dan bebatuan di tepi sungai berbatu.
Biawak ini bersembunyi di dalam tanah dan melakukan kegiatannya di malam hari (nocturnal), biasanya satwa ini keluar untuk mencari makanan seperti cacing tanah, kepiting dan ikan. Ekor pada biawak tanpa telinga menjadi alat pengaman dalam pergerakannya. Tetapi juga berfungsi sebagai jangkar sehingga memberikan kestabilan dan mencegah tersapu banjir saat berada di sekitar sungai.
Satwa misterius ini memang luput dari perhatian publik, karena memang secara alami, satwa ini tidak muncul di siang hari, dan membangun sarang di bawah tanah. Kondisi ini menjadikannya satwa misterius, karena perilakunya belum teridentifikasi dan sulit teramati.
![]() |
Biawak Kalimantan sedang makan cacing |
Para ahli memperkirakan bahwa populasi biawak Kalimantan ini hanya tersebar di Sarawak (Malaysia) dan Kalimantan Barat. Walau sudah diketahui keberadaan persebarannya, penelitian dan pengetahuan terkait satwa ini masih minim. Termasuk pula pola persebaran dan jumlah populasinya.
Baca juga : Soa Soa Layar, Kadal Purba Eksotis Endemik Indonesia Timur
Kondisi ini menyebabkan sulitnya menentukan persebarannya. Penemuan-penemuan yang sudah ada juga sulit terdokumentasikan. Beberapa tahun silam, biawak ini menyedot banyak perhatian para kolektor. Mereka rela mengeluarkan kocek ribuan dolar untuk seekor biawak Kalimantan. Dengan maraknya perdagangan ilegal satwa tersebut, upaya-upaya penyadartahuan sangat penting.
![]() |
Upaya penyelundupan Biawak Kalimantan ke luar Kalimantan Barat berhasil digagalkan oleh BKSDA Kalbar |
Masyarakat juga perlu sosialisasi agar mengerti peran penting satwa ini di alam. Harapannya hal ini bisa melindungi keberadaan satwa liar lainnya di alam. Kemudian mencegah perdagangan ilegal dan penyelundupan internasional serta mendorong pelestarian satwa liar.
IUCN juga telah memasukan biawak Kalimantan ke dalam daftar merah dalam kategori terancam punah pada 2019. Indonesia dan Malaysia telah melindungi biawak ini secara ketat selama beberapa dekade. Upaya konservasi dan perlindungan semakin mendesak, untuk menjaga kelangsungan hidup biawak tanpa telinga ini. (Ramlee)
Sumber : remen.id
Biawak Tanpa Telinga, Naga Misterius dari Kalimantan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar