Blog Hobi dan Informasi

Rabu, 20 September 2023

Gayengnya Gantang Bersama TGR Tulungagung Sekalian Menyiapkan Burung Turun Bertanding

 



(Menolak lupa) Kamis, 13 Januari 2022, lapangan TGR (Team Guyup Rukun) di Ds. Samir, Ngunut – Tulungagung, diadakan gantang bareng burung-burung anggungan. Utamanya burung derkuku. Meskipun dilaksanakan pada tengah minggu, namun kegiatan ini selalu berlangsung meriah.Karena banyak tokoh-tokoh anggungan di Tulungagung maupun dari daerah sekitar Tulungagung yang turut hadir.

Para dekoemania mulai mengerek naik burungnya masing-masing
 

Mereka membawa serta burung-burung gacoannya buat melatih mental bertangdingnya. Memang fungsi dari gantang bareng seperti ini untuk melatih burung derkuku agar berani dan rajin berbunyi pada ketinggian tertentu dan terkena paparan sinar matahari secara langsung. Dengan begitu, ketika mengikuti sebuah event lomba, burung-burung ini bisa bekerja secara maksimal.

Menurut Tinggil yang selalu setia menjaga Sekretariat TGR sekaligus mengawal langsung kegiatan setiap hari Kamis tersebut mengatakan, jika para dekoemania bisa dikatakan mempunyai gantangan yang berupa tiang kerekan setinggi sekitar 4-5 meter tersebut di rumahnya masing-masing. Dengan demikian bisa selalu melatih burung-burung yang ada agar mau manggung di ketinggian hampir sepanjang hari.

Dua blok tiang kerekan penuh terisi
 

“Bisa dikatakan, jika semua pecinta burung derkuku yang sudah mempunyai burung kelas lomba itu sudah mempunyai tiang gantangan di rumahnya sendiri,” jelas Tinggil. “Dengan begitu burung derkuku yang akan dilombakan sudah terbiasa dan tidak takut untuk berbunyi ditempat yang tinggi.”

Tidak jarang, burung-burung yang dipunyai dekoemania itu begitu rajin berbunyi jika di rumah. Utamanya saat ada di cantolan dalam rumah. Namun, sayangnya tidak banyak yang mau berbunyi saat di bawa ke lomba. Alih-alih mengeluarkan suara merdunya, burung-burung ini sering kali lebih asyik didis.

Bersama-sama mendengarkan/memantau kualitas anggungan burung-burung bagus
 

Didis atau menyisir bulu merupakan salah satu masalah yang terdapat pada setiap burung, dimana selalu terlihat menyisir bulu. Saat burung didis, hampir bisa dipastikan tidak akan rajin berbunyi. Kegiatan didis ini ketika dilakukan pada waktu di rumah jelas tidak jadi masalah.

Beberapa penyebab didis pada burung, salah satunya adalah durasi penjemuran kurang, sehingga menyebabkan burung kurang mendapat sinar matahari, terutama pada pagi hari. Burung jarang mandi / dimandikan secara teratur. Pemilik / perawat kurang menjaga kebersihan sangkar dan tenggerannya.

Dari kiri ke kanan, Arif, Totok, dan Kamto, juri-juri Nasional PPDSI
 

“Banyak sekali burung derkuku yang rajin berbunyi jika digantung di dalam rumah atau digantang pada gantangan rendah namun burung derkuku tidak mau bernyanyi jika berada di gantangan yang tinggi. Dengan seperti itu akan membuat pemiliknya kecewa jika di ikutkan dalam sebuah event lomba,” kata Tinggil lagi.

“Maka hal yang sangat perlu dilakukan adalah burung derkuku haruslah dilatih secara terus menerus dengan cara digantang di tempat yang tinggi,” ungkap Tinggil. “Dengan demikian burung tidak canggung lagi saat berada di ketinggian.”

Bersama TKL BF (kanan)
 

“Apalagi jika seperti sekarang ini, sambil di gantang ramai-ramai. Ada burung lain di sekitarnya, akan membuat mental bertarung burung dapat terlatih dengan baik. Memang banyak yang harus dilakukan untuk mempersiapkan burung turun bertanding, agar mendapatkan hasil secara maksimal.”

Pada kegiatan rutin TGR Tulungagung setiap hari Kamis tersebut, dihadiri pula oleh tokoh-tokoh yang mengawali hobi anggungan burung derkuku di Tulungagung. Diantaranya terlihat TKL BF, Guru BF, PN Putra Nusantara, Sawali dari New Ags, H. Gun, DM (Damai), dan penerus KLM.

Sajian nasi tiwul khas TGR Tulungagung
 

Mereka tengah mempersiapkan burung gacoannya masing-masing guna turun di event TGR Cup III tahun 2022, akhir bulan Januari ini. Sekalian melihat hasil setingan lomba masing-masing. Kegiatan tersebut juga bisa sekalian menakar kemampuan burung dalam melantunkan alunan anggungnya.

Tidak kalah seru, dan mungkin adalah saat-saat yang sangat dinantikan, yakni makan siang bersama dengan nasi tiwul sajian khas dari TGR Tulungagung. Kebersamaan ketika menikmati makan siang ini bisa jadi merupakan moment indah yang sangat dirindukan kalah pandemi menerjang. Sehingga kebersamaan itu seakan direnggut dengan paksa.

Kebersamaan saat makan siang, sebuah momen indah
 

Selain, tokoh-tokoh dekoemania Tulungagung, juga terlihat juri-juri nasional PPDSI. Bersama mereka, yang hadir bisa ikut menilai kualitas bunyi burung-burung yang tengah dikerek di ujung tiang gantangan. Semua berharap event TGR Cup III dapat terlaksana dengan baik dan sukses. Semoga. (Ramlee/TGL)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayam Hutan Merah, Nenek Moyang Ayam Peliharaan Ternyata sangat Pemalu

Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) merupakan sejenis burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 78 cm, dari suku Phasianidae. Suku Phasi...