Blog Hobi dan Informasi

Sabtu, 31 Agustus 2024

Kades Cup I Curah Jeru-Situbondo, Podium Utama Milik Dona Doni Rahayu dan Azamara Q



Kades Cup I Curah Jeru, Situbondo yang dimotori oleh Ahmad Yani bersama Pengcab PPPPSI Situbondo dan dibantu Team Kopi Hitam Situbondo, pada hari Minggu 25 Agustus 2024 berjalan sukses dan meriah. Gelaran yang sekaligus untuk memeriahkan HUT RI Ke-79 itu berlokasi di Gantangan Peshona Block T Ds. Curah Jeru.

Gelaran tersebut mendapat respon dan dukungan luar biasa, baik dari pengurus PPPPSI Situbondo sendiri maupun dari puter pelung mania. Undangan panitia ramai dihadiri peserta dari Situbondo dan berbagai kota yang ada di wilayah Jawa Timur.

Bahkan Sandi SPd Kepala Desa Curah Jeru, yang berkenan memberikan sambutannya mengaku tidak menyangka kalau gelaran perdana di Desa Curah Jeru ini dihadiri oleh kwok mania luar kota. Seperti Probolinggo, Jember, Lumajang, Banyuwangi, Pasuruan dan ada juga yang dari Surabaya dan Bangkalan Madura.

Kepala Desa Curah Jeru sedang memberikan sambutan

Sandy mengatakan dalam sambutannya jika sangat antusias dan mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh Komunitas Kopi Hitam bersama Pengcab Situbondo tersebut. “Saya sangat mendukung dan senang menikmati jalannya acara ini. Dan kalau bisa kapan-kapan kita adakan acara Kades Cup 2 yang lebih besar dan meriah lagi,” ujar Kepala Desa Curah Jeru bersemangat.

Acara kemarin terkesan berbeda dari gelaran sebelum-sebelumnya karena biasanya dilaksanakan di Gantangan WKM, namun kali ini di Gantangan Peshona Block T yang terasa jauh lebih nyaman. Sekitar area gantangan rindang dengan pepohonan dan terasa sejuk. Apalagi halaman parkirnya luas, mampu menampung kendaraan peserta dari luar kota.

Peserta dari luar kota ikut memeriahkan acara Kopi Hitam

“Alhamdulillah pesertanya luar biasa. Benar-benar diluar ekspektasi kita semua,” ungkap Ahmad Yani Ketua Kopi Hitam atau yang lebih akrab disapa Yayan ini. “Semula pemahaman kami mungkin peserta tidak akan sebanyak ini.”

Yayan mengaku sempat khawatir dengan jumlah pendaftar yang masuk. Karena awalnya minat pemain tidak begitu menggembirakan, yang tercatat mendaftar hanya sedikit. “Terus terang kami sempat khawatir dengan jumlah pendaftar,” cerita Yayan.

Kades Cup I Curah Jeru jadi ajang silaturrahmi penghobi puter pelung se Tapal Kuda

“Karena kegiatan ini cukup lama kita sebar ke berbagai platform media sosial. Namun jumlah pendaftar yang kita rilis tidak begitu menggembirakan,” lanjut pemilik Y2N BF ini. “Tetapi ternyata pada hari H, baik di kelas Utama maupun di kelas Pemula langsung bertambah bahkan penuh full gantangan. Semua tiket yang kita sediakan ludes.”

“Alhamdulillah dan terima kasih, atas dukungan, partispasi, dan kehadiran teman-teman penghobi puter pelung. Saya ucapkan banyak terima kasih juga kepada panitia, tim juri, penyumbang tenaga, dan doorprize serta semua peserta yang terlibat. Khususnya yang dari luar kota, sehingga acara Kades Cup I Curah Jeru ini bisa ramai dan sukses.”

Perebutan podium juara berlangsung seru dan ketat

“Sekali lagi saya atas nama Kopi Hitam dan Pengcab Situbondo mengucapkan banyak terima kasih kepada semuanya. Hari ini acara berlangsung sangat meriah, dihadiri dari berbagai kalangan peserta pecinta burung anggungan puter pelung. Baik anggota Kopi Hitam Situbondo sendri, serta para penggantang senior Situbondo dan Gerbong Maut Bondowoso, Team Gelung (Reng Dheje).”

Bahkan yang lebih mengesankan lagi yaitu datang juga pemain dari Probolinggo, Jember, Lumajang, Banyuwangi, dan Pasuruan yang juga hadir bergabung ikut memeriahkan event ini. Juga peternak senior yang punya burung-burung istimewa, Pak Sony 12 BF Surabaya dan H. Alif AG BF Bangkalan Madura.”

H. Alif dari Bangkalan juga datang

“Kali ini kita juga adakan kelas gacoran yang gratis bagi siapa saja,” jelas Yayan. “Gunanya untuk edukasi dan menjaring para pemain-pemanin baru. Setelah kelas Gacoran langsung kelas Utama baru Pemula. Di sesi akhir akan dilangsungkan Laga Bintang.”

Rencana awal acara akan mulai start jam 08.00 WIB, tetapi terpaksa agak molor sedikit. Dan pada 09.15 WIB baru bisa dimulai karena menunggu kedatangan peserta dari luar kota yang sudah mengkonfirmasi sedang dalam perjalanan.

Pertarungan sengit hanya berlaku di gantangan


Sementara, dengan hadirnya jago-jago dari luar kota, selain menambah ramai gelaran Kades Cup I Curah Jeru, juga semakin menambah seru dan ketat persaingan antara jago untuk berebut tropy kemenangan. Buktinya, begitu peluit dibunyikan sebagai tanda lomba dimulai, suasana arena pun menjadi lebih ramai oleh suara anggung merdu dari masing-masing jago yang digantang.

Cuaca pagi itu terasa begitu nyaman dengan hembusan angin yang semilir. Kondisi ini sangat mendukung semangat para jagoan dalam perebutan menjadi yang terbaik. Para suporter pun asyik menikmati anggung gacoannya masing-masing. Burung yang di gantang rata-rata banyak yang bekerja.

Yayan berikan bendera koncer pertama untuk Slamet berkat prestasi Rahayu di kelas Utama

Seolah tidak mau kalah, para pemilik bersama sang joki juga ikut ramai. Mereka bersemangat memberikan dukungan pada jago-jagonya dari bibir arena, agar terus bernyanyi. Persaingan ketat perebutan nilai dari babak ke babak terlihat seru dan saling unggul mengungungguli.

Karena nyaris semua jago, terlihat sama-sama on fire untuk bisa menjadi yang terbaik di gelaran ini. Setelah melaui pesaingan ketat selama empat babak penuh penilain. Dan setelah tim perumus juga selesai merekap hasil penilain dari masing-masing juri yang bertugas. Akhirnya ditetapkan jago-jago yang memang layak masuk nominasi kejuaraan, sesuai dengan nilai yang didapat.

Supriyanto antar Azamara Q raih juara di kelas Pemula

Penilain berjalan lancar sesuai dengan aturan main dan pakem PPPPSI. Dan burung-burung yang masuk nominasi juara semuanya murni karena kualitas anggung dan performa kerja dari burung-burung tersebut selama 4 babak penuh penilaian.

Untuk kelas Utama, podium pertama berhasil diraih Rahayu di gantangan 22, amunisi Slamet anggota Kopi Hitam Situbondo, puter pelung ternakan Arjuna 18. Disusul kemudian Anak Pandu, andalan Mas Badrus MBS BF Poros Timur Lumajang, burung ternakan H5 124 yang menempati gantangan 7. Tempat ketiga diraih Damar Wulan ring Ranger 003 orbitan Sudianto Bondowoso.

Dona Doni tak terbendung di Laga Bintang

Sedangkan untuk kelas Pemula, Azamara Q bergelang Rojaa 118 debutan Supriyanto Paiton di gantangan nomor 23 berhasil merebut podium pertama. Dan disusul kemudian oleh Kencono Wungu ring 7BF 1849 milik Zakarya Lover di gantangan 33 sebagai runner up. Lalu ada Bang Hasim besutan H. Ichwanto gantangan 36 masuk posisi ketiga.

Di Laga Bintang, pertarungan terjadi begitu luar biasa. Semua burung bekerja aktif dan bersaing cukup sengit. Sehingga membuat juri-juri yang bertugas harus sangat hati-hati dan tepat serta cepat dalam memberikan penilaian.

Penghobi dari Probolinggo borong penghargaan

Dona Doni yang tampil di nomor gantangan 12, amunisi Trisna Wijaya Jakarta tampil dahsyat. Lawan yang berusaha merebut podium nampaknya dengan mudah di tepis oleh burung bergelang AG 12. H. Alif yang mengawal langsung asuhannya merasa bahwa kinerja Dona Doni sudah sesuai harapan. Akhirnya pertarungan berakhir dengan kemenangannya.

Sedangkan Terajana ring Hanaya 735 yang digantang pada nomor 4 milik Pindapon BF, berada di tempat kedua. Sementara Jolo Pamungkas ring Ranger 211 andalan H. Feri Poros Timur Jember harus puas berada di posisi ketiga. (Ramlee/YN)






Jumat, 30 Agustus 2024

Liga DMS #3 Meriahkan Perayaan HUT RI Ke-79, Sangkuriang Tirtonadi dan Gembuk Rebut Juara Pertama



Liga DMS kembali digelar. Kali ini merupakan putaran ke tiga yang dihelat pada Minggu, 25 Agustus 2024. Menempati lokasi yang sama dengan gelaran sebelumnya yakni Lapangan Gawanan Colomadu – Karanganyar, acara berlangsung sukses dan lancar serta mampu menyuguhkan pertarungan yang cukup menarik.

Bahkan ajang yang jadi lanjutan Liga DMS putaran sebelumnya itu juga dalam rangka ikut memeriahkan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-79 tahun. Agenda PPDSI Surakarta ternyata mampu memompa semangat, khususnya dekoe mania yang ada di Solo Raya.

“Alhamdulillah, hari ini kami baru saja menyelesaikan agenda Liga DMS yang sudah kita rencanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Semua berjalan sesuai harapan kami,” terang Jatmiko selaku Ketua Panitia Liga DMS Putaran 3.

Tim juri Liga DMS #3

Disampaikan juga bahwa jumlah peserta hari itu sudah masuk target yang dipasang oleh panitia. “Jumlah peserta sudah termasuk target yang kami pasang,” sambung pemilik Jat Bird Farm Solo. Jatmiko mengaku sempat khawatir dengan jumlah pendaftar.

“Terus terang kami sempat khawatir dengan jumlah pendaftar. Karena kegiatan Liga DMS ini jaraknya juga tidak terlalu lama dengan Liga Derkuku Indonesia di Blitar. Juga banyaknya kegiatan di bulan Agustus ini buat memeriahkan HUT Kemerdekaan RI ke-79,” sambung Eko LMS di meja pendaftaran.

Imam Hariadi wakil dari Bojonegoro

Namun kekhawatiran itu sirna seiring perjalanan waktu. Pelan namun pasti, catatan bagian pendaftaran menunjukkan angka yang menggembirakan. Sampai akhirnya semua kerekan nyaris penuh. Bahkan beberapa dekoe mania luar kota pun ikut serta.

Para penghobi derkuku pasti akan melakukan pertimbangan matang ketika memutuskan untuk hadir atau tidak dalam sebuah gelaran. “Saya sadar bahwa padatnya jadwal lomba memang membuat peserta harus mempertimbangkan ketika akan ikut lomba,” kata Eko lagi.

Cholis dari Sleman (kaos hitam) mulai mengerek burungnya

“Meskipun digelar berbarengan acara 17an dan even-even yang berdekatan,” lanjut Eko. “Misal, di bulan Agustus ini ada LDI Walikota Blitar Cup lalu berikutnyanya LDJ putaran 4 tetapi ternyata gelaran Liga DMS tetap ramai diikuti peserta. Bahkan hadir peserta luar kota, seperti Semarang, Sleman, Bantul, dan Bojonegoro. Bahkan TGR Tulungagung juga tidak mau kalah turun full team dengan 7 burung andalannya.”

Cholis salah satu peserta dari Sleman yang ikut terus 3 kali berturut-turut juga sudah pesan tiket jauh-jauh hari dengan 5 ekor derkuku. Namun pas tiba masuk Kartasura sempet bingung, karena jalan-jalan dicegat tidak boleh lewat. Gegara ada acara karnaval dan jalan sehat namun karena sering ke Solo tentunya pintar cari jalan tikus untuk menghindari penutupan jalan tersebut.

Bambang TKL wakil TGR Tulungagung serahkan bendera koncer pertama di kelas Senior

Tiga partai dibuka oleh panitia yakni kelas Senior, kelas Yunior, dan kelas Pemula sesuai dengan aturan yang tertera di AD/ART PPDSI tahun 2023. Kelas-kelas ini pun menjadi incaran peserta untuk menampilkan gaco-gaco mereka.

Setidaknya dengan adanya gelaran ini para dekoe mania akan berusaha untuk menampilkan performa sang orbitan, agar bisa meraih hasil bagus dan mengantongi poin yang lebih banyak untuk bisa menuju podium yang diinginkan. Jatmiko kembali menuturkan bahwa kegiatan ini untuk menyemangati dekoe mania khususnya yang ada di sekitaran Solo.

Para juara kelas Senior bangga dengan hasil kerja jagonya

“Agenda Liga DMS dihadirkan bertujuan agar rekan-rekan tetap semangat dalam menekuni hobi derkuku. Sehingga perlu adanya kegiatan yang berkelanjutan untuk mendorong mereka agar tetap eksis menekuni hobi, salah satu kegiatan yang bisa kami lakukan adalah dengan menggelar agenda liga yang berlangsung rutin,” papar Jatmiko.

Koncer juara pertama di kelas Yunior

Dan tentunya dengan adanya acara ini, maka akan memunculkan keinginan untuk terus hadir dalam setiap kegiatan. Kegiatan liga seperti ini juga dimaksudkan agar ada hasil yang didapat. Sekaligus ajang pembelajaran dan informasi bagi dekoe mania yang baru saja ikutan turun ke lapangan.

Mereka akan lebih paham sampai dimana kualitas derkuku orbitannya. Juga bisa membandingkan secara langsung kualitas anggung burungnya dengan puluhan derkuku lainnya. Pemahaman akan karakter dan mental burung yang diturunkan berkompetisi akan dengan mudah didapat jika mengikuti lomba-lomba seperti halnya Liga DMS.

Para juara di kelas Yunior, puas dengan penilaian tim juri yang cukup ketat

“Kalau hanya digantang di rumah saja tanpa ada yang menilai, kan kita tidak tahu hasil derkuku yang selama ini kita punya dan kita rawat. Nah, dengan liga ini, maka mereka akan mengetahui sejauh mana kualitas derkuku miliknya,” tutur Agung Cahyanto selaku Ketua PPDSI Surakarta. Diharapkan juga dengan adanya kegiatan rutin ini, maka akan menambah jumlah penghobi.

Sementara itu, lomba yang dimulai jam 08.00 WIB berlangsung dalam persiangan yang sangat ketat. Cuaca cerah pagi itu, seakan memberikan tambahan energy untuk tampil lebih maksimal. Empat babak penjurian yang diberikan, betul-betul memaksa sang orbitan untuk bisa menampilkan kemerduan suara anggungnya.

Koncer juara pertama di kelas Pemula

Informasi dari juri perekap, untuk podium juara pertama kelas Senior, berhasil menjadi milik Sangkuriang, amunisi Daud Tony, derkuku ring SWORD 1117 yang dikerek pada nomor 32. Sangkuriang sempat tampil kurang meyakinkan pada babak pertama dengan hanya mengantongi bendera 5 warna sebelum akhirnya ngebut dengan enam warna. Pada akhir babak ketiga telah memastikan diri juara.

Sementara pada tempat kedua ada Gaun Sutra andalan N3 BF Tulungagung yang menempati nomor kerekan 31, setelah berhasil mendapatkan tiga kali bendera lima warna dan enam warna pada babak ketiga. Dan tempat ketiga dimenangkan Bimo, orbitan H. Sunaryanto Solo, derkuku ring JNG 201 yang berada di nomor kerekan 33.

Peraih podium juara di kelas Pemula

Sedangkan di kelas Yunior, terjadi persaing seru dan ketat sejak babak pertama dimulai. Namun akhirnya nama Tirtonadi besutan Wawan Soba ditetapkan menjadi yang terdepan. Derkuku bergelang B2W 2190 yang berada di nomor kerekan 29. Menyusul pada urutan dua Setyaki andalan H. Sunaryanto, burung bergelang Arya 55 yang dikerek pada nomor 19.

Setyaki sejatinya mampu tampil menawan dan tidak kalah bagusnya dengan sang juara. Perolehan nilainya sama persis hanya kalah tipis di aduan. Dan tempat ketiga dimenangkan Bagusan, gaco Imam Hariadi dari Bojonegoro ring B2W 3553 yang berada di nomor kerekan 15.

Team TGR Tulungagung tampil kompak

Tiga besar di kelas Yunior ini memiliki nilai sama setelah mendapatkan empat kali bendera lima warna, menandakan ketatnya persaingan di kelas ini. “Alhamdulillah, Liga DMS Solo masih diberikan rejeki. Bagusan masuk nominasi 3 Yunior,” ucap Imam Hariadi, mensyukuri prestasi gacoannya.

Selanjutnya untuk kelas Pemula podium pertama ditempati Gembuk bergelang Dago 20 milik Surawan dari Sragen di tiang 115. “Trah Dago sudah menunjukan kualitasnya. Karena hasil ternaknya diambil derkuku dengan ring-ring kualitas terbaik sehingga dapat menurunkan anakannya dengan kualitas yang tidak jauh beda dari indukannya,” kata Jatmiko, mengomentari kemenangan Gembuk.


Untuk posisi kedua ditempati Mata Hati ring Sabel 23 debutan Atasa BF Bantul di kerekan nomor 66. Posisi tiga berhasil direbut oleh Lembu Sora ring Arya 552 milik Hafid Toretto yang ada di tiang nomor 57. Ada enam burung di kelas Pemula ini yang berhasil mendapatkan bendera empat warna. Benar-benar seru gelaran Liga DMS #3. (Ramlee/Jat)


Rabu, 28 Agustus 2024

Latber Road To Margo Trophy Bantul Kembalikan Semangat Para Mania, Brama dan Pariwangi Raih Podium Terbaik



Masih dalam suasana HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-79 tahun, Pengcab PPPPSI Bantul kembali menggelar kegiatan Lomba Seni Suara Alam Burung Puter Pelung. Gelaran ini masih bertajuk Road To Margo Trophy, dilaksanakan pada Sabtu malam, 24 Agustus 2024.

Menempati lokasi di Gantangan Jawara Arena di Jl. Pringgolayan, Plumbon, Banguntapan, Kec. Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Acara yang mendapat dukungan penuh dari para penghobi di sekitaran Bantul itupun berlangsung sukses dan lancar.

Kabul, Ketua Pengcab Bantul sekaligus pemilik gantangan juga bertekad akan terus menghadirkan kegiatan serupa jika masih diinginkan. “Selagi para kwok mania menginginkan adanya kegiatan lomba, kita akan usahakan berjalan,” tutur Kabul, yang juga pemilik Margo Trophy.

Agung Dhito sedang menyiapkan burungnya

“Kita coba agendakan secara rutin sambil gantian dengan daerah yang lain,” tambah Lukek, Ketua panitia. “Hari ini juga banyak doorprize untuk para peserta, biar semakin seru.” Rencananya, setelah gelaran malam itu, Road To Margo Trophy akan hadir lagi pada 15 September 2024, bulan depan.

Ada dua kelas yang dibuka oleh panitia yakni kelas Bebas dan kelas Pemula. Kegiatan ini mendapat animo yang menyenangkan dari puter pelung mania. Dari data yang masuk, kwok mania yang ikut meramaikan gelaran tidak saja datang dari Bantul saja, tetapi juga dari luar, seperti Purworejo, Sleman, Yogyakarta, bahkan tercatat ada peserta dari Surabaya.

Gantangan nyaris penuh diserbu kwok mania

Kriya Yudha, salah satu peserta yang berasal dari Purworejo menuturkan bahwa kehadirannya sengaja ingin merasakan sensasi mengikuti lomba di Bantul. “Saya sengaja hadir untuk menjajal kualitas burung saya di Bantul, apakah sudah layak atau belum,” terang pemilik Arahiwang BF.

Sebenarnya selain untuk menjajal dan mengetahui kemampuan burung-burungnya, Yudha begitu pria ini biasa dipanggil juga ingin memberikan motivasi kepada penghobi puter pelung di Purworejo. Apalagi ternyata di Purworejo, banyak juga burung puter pelung yang sudah layak untuk dilombakan.

Para juri yang bertugas

Berangkat pada Sabtu sore, Yudha berangkat bersama keluarganya itui tentunya dengan persiapan matang. Hadirnya peserta dari luar kota ini menjadikan gelaran Road to Margo Trophy akan semakin menarik, terutama pertarungan perebutan posisi kejuaraan di masing-masing kelas yang dilombakan.

Yudha mengaku membawa burung-burung yang belum pernah dilombakan, apalagi di Purworejo belum pernah ada lomba. Hanya dengan mengikuti event-event seperti ini, kualitas burung yang dipunyainya bisa ketahuan. Jadi tidak asal beternak tanpa tujuan jelas.

Pertarungan seru terjadi di gelaran Latber Road to Margo Trophy

“Burung kalau di rumah dirasa bagus, belum tentu juga bagus saat ada di gantangan seperti ini,” ujar Yudha. “Apalagi para maestro puter pelung Yogyakarta juga hadir, secara tidak langsung bisa belajar menyiapkan jagoan kita untuk bertarung dengan burung-burung berkualitas lainnya.”

Puluhan burung yang berlaga malam itu menambah meriah suasana. Terlebih cuaca cerah semakin membuat panas suhu persaingan. Empat babak penjurian berlangsung seru. Kelas Pemula dilombakan terlebih dahulu, sebanyak 60 lembar tiket yang disediakan nyaris ludes.

Lukek serahkan trophy juara pertama di kelas Bebas kepada Eko SMD buah prestasi Brama

Di kelas Pemula, pertarungan berlangsung ketat. Hampir meratanya kualitas burung di kelas ini menjadi penyebabnya. Juri-juri yang bertugas dengan sigap segera memberikan penilaiannya. Saling susul perolehan nilai pun terjadi.

Namun diakhir penjurian, Pariwangi ternakan Sekar 99117 debutan Agung Dhito Bantul yang digantang pada nomor 34 ditetapkan sebagai peraih podium pertama. Disusul kemudian oleh Brotoseno amunisi Luki Bantul produk ternak Lucky yang digantang pada nomor 48 ada di urutan kedua. Dan tempat ketiga menjadi milik Slendang Biru ring Simon Perez milik Saka Sleman yang digantang pada nomor 15.

Juara-juara di kelas Bebas

Sementara di kelas Bebas, juga terjadi perebutan posisi kejuaraan sangat sengit antara gantangan 22.29, dan 40. Gantangan 29 sempat tampil memukau, sayang mengendur di babak ketiga. Sampai akhirnya penentuan kejuaraan diambil setelah empat babak, dan Brama bergelang SMD 780 andalan Eko SMD di gantangan 22 tampil sebagai juaranya.

Tempat kedua direbut Maha Dewi ring Boss 200 besutan Bos Boy Yogyakarta yang digantang pada nomor 40. Sedangkan tempat ketiga dimenangkan Jaladri milik Wisnu Godean ring Radi 77 yang menempati nomor gantangan 29.

Juara di kelas Pemula

“Alhamdulillah, Arahiwang BF masih bisa bawa piala lagi di Margo Tropy Bantul. Burung masih muda, belum juga satu tahun. Dua tiga bulan kedepan semoga suara tengahnya semakin molor dan semakin syahdu,” harap Yudha, seusai acara.

“Mencapai 5 warna itu ternyata gak mudah, apalagi 6 warna. Musti tetap otak atik materinya. Tetap disyukuri, dan masih banyak burung yang lebih bagus yang saat ini tidak ikut digantang, ataupun ikut tapi tidak kerja maksimal jadi tetap harus berusaha bagaimana meningkatkan prestasi burung,” ungkap Yudha mengakhiri pembicaraan.

Senangnya dapat doorprize sangkar

Diakhir acara, segenap panitia mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kehadiran peserta. Permintaan ma’af disampaikan jika selama acara, ada hal-hal yang kurang berkenan. “Terima kasih banyak kepada Pak Ukar, Pak Kowik, Zain BF, Tresno BF, SMD BF, Margo Tropy, SIA Sangkar, Lucky BF, Agung Dhito, dan B2W BF. Jumpa lagi pertengahan bulan depan,” ucap Lukek di akhir acara. (Ramlee)






Selasa, 27 Agustus 2024

Tedong Saleko, Kerbau Belang yang Unik dan Langka Asal Tana Toraja Berharga Milyaran



Tedong saleko merupakan jenis kerbau langka yang memiliki belang sempurna atau belang simetris yang tersebar di seluruh tubuhnya. Tedong saleko berasal dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Masyarakat Tana Toraja meyakini kerbau adalah kendaraan bagi arwah menuju Puya (dunia arwah, atau akhirat). Kerbau pun memiliki kedudukan unik bagi masyarakat Toraja.

Keseharian masyarakat Tana Toraja, tidak bisa dipisahkan dengan hewan ternak kerbau. Ini berlangsung hingga sekarang. Bahkan, sebelum uang dijadikan alat penukaran transaksi modern, hewan bertanduk ini sudah kerap ditukar dengan benda lain.

Masyarakat beternak kerbau sebagai alat pembajak sawah, sekaligus dianggap hewan sakral dan simbol status sosial. Kerbau dinilai sesembahan tertinggi bagi masyarakat adat Toraja yang meninggal, melalui ritual rambu solo’. Rambu Solo’ ini dilakukan berhari-hari, bahkan ada berminggu-minggu, dan dihadiri ribuan warga.

Kerbau yang dijual di Pasar Bolu, Rantepao, Kab. Toraja Utara

Salah satu ritual penting adalah penyembelihan kerbau. Dalam kepercayaan Aluk To Dolo, atau agama Toraja kuno, rambu solo’ dilakukan keluarga bangsawan. Makin tinggi nilai kebangsawanan, makin besar dan mewah pula acara. Belakangan ritual ini bisa juga oleh non bangsawan, tetapi memiliki keuangan cukup.

Baca juga : Tokhtor Sumatera, Satwa Endemik Sumatera Termasuk Burung Paling Langka di Indonesia

Tedong dalam bahasa Toraja merupakan sebutan untuk kerbau, sedangkan bonga berarti belang. Dengan demikian, Tedong Bonga diartikan sebagai kerbau belang. Kerbau Toraja ini memiliki motif atau corak belang di sekujur tubuhnya. Warna belang putih tersebut dikenal dengan kulit albino.

Tedong Pudu

Hal menarik dalam ritual ini adalah jenis kerbau yang dikorbankan ternyata memiliki kasta beragam, antara lain tedong bonga, tedong pudu’ dan tedong sambao’. Tedong bonga adalah kerbau dengan kasta tertinggi. Dinamai bonga karena memiliki belang di sekujur tubuh. Tedong bonga ini memiliki beberapa jenis, didasarkan jenis dan belang berada.

Ada juga bonga sanga’daran, yaitu kerbau belang bagian mulut didominasi warna hitam. Ada juga bonga randan dali’ jika warna alis mata hitam. Juga bonga lotong boko’ jika memiliki warna hitam di bagian punggung. Tedong bonga dengan nilai tertinggi adalah tedong saleko atau kerbau belang terbaik. Kulit didominasi warna putih pucat, dengan bercak atau belang hitam di sekujur tubuh.

Lalu ada juga bonga randan dali’ jika warna alis mata hitam. Juga bonga lotong boko’ yang memiliki warna hitam di bagian punggung. Untuk Tedong bonga dengan nilai tertinggi adalah tedong saleko atau kerbau belang terbaik. Kulit didominasi warna putih pucat, dengan bercak atau belalang hitam di sekujur tubuh.

Kerbau ini dikenal dengan keindahan motif belang hitam putih pada tubuhnya dan harganya yang fantastis, bahkan bisa mencapai miliaran rupiah. Umumnya, masyarakat Toraja menyebut kerbau belang mereka dengan nama “tedong bonga”. Tedong Bonga merupakan kerbau belang Toraja secara umum, dengan motif belang hitam putih dalam jumlah dan ukuran yang bervariasi.

Tedong Balian

Sementara untuk kerbau tedong saleko mempunyai kulit berwarna putih bersih dengan totol hitam tersebar di seluruh tubuh. Kerbau ini seringkali dibandingkan dengan sapi perah Holstein Friesian karena kemiripan warnanya. Tedong saleko mempunyai tanduk berbentuk sabit dan berwarna putih gading pada saat dewasa. Bola mata berwarna putih, dan umumnya tidak terlalu tinggi.

Baca juga : Tapir, Mamalia Unik dengan Hidung Panjang yang Semakin Terancam Punah

Tedong saleko, kerban endemik Toraja mempunyai harga yang fantastis. Harga sangat tergantung kondisi kerbau itu, yaitu dari belang, panjang tanduk, tanda khusus di tubuh, hingga panjang ekor. Semakin besar tanduk dan belangnya akan semakin mahal. Kabarnya kerbau dengan kriteria khusus ini harganya bisa mencapai miliaran rupiah.

Tedong Lotong Boko’

Kerbau ini berharga sangat mahal mungkin karena digunakan untuk ritual, dan sulit mendapatkan kerbau ini. Dibanding kerbau lain, proses pembiakan saleko relatif susah karena masa birahi betina yang sulit diketahui. Sangat beruntung dan dinilai berkah jika ada yang berhasil membiakkannya.

Seekor saleko jantan yang dikawinkan dengan saleko betina belum tentu melahirkan seekor anak saleko. Saleko bahkan bisa diperoleh dari perkawinan sepasang kerbau biasa. Karena itulah saleko dengan kondisi istimewanya, harganya pasti fantastis.

Dibanding kerbau lain, proses pembiakan Tedong saleko relatif susah karena masa birahi betina yang sulit diketahui, tidak mudah mendapatkan seekor anak saleko. Sejatinya, kerbau belang masuk ke dalam rumpun kerbau rawa Asia (Bubalus bubalis carabanensis) yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia. Hanya saja, untuk jenis kerbau belang, populasinya paling banyak ditemui di Toraja.

Kehadiran kerbau belang dan mengapa bisa terbentuk seperti itu sempat menjadi sebuah misteri sebelum akhirnya berhasil dipecahkan oleh tim peneliti gabungan pada awal 2022. Kerbau albino disebabkan oleh adanya kegagalan mutasi pada gen TYR yang menyebabkan produksi asam amino menjadi berkurang.

Tedong Bulan

Kondisi ini menyebabkan tidak terbentuknya enzim tyrosinase sehingga kulit menjadi putih atau memunculkan warna belang. Beberapa program pemuliaan dan penangkaran dilakukan untuk melestarikan keberadaan kerbau langka ini.

Baca juga : Jelarang, Bajing Pohon Terbesar yang Terancam Punah

Populasi yang terbatas dan tingginya permintaan menjadi tantangan dalam upaya pelestarian. Kerbau tedong saleko adalah kekayaan budaya dan fauna langka kebanggaan Indonesia. Keunikan motif belang, perannya dalam tradisi, dan harganya yang fantastis menjadikan tedong saleko hewan ternak yang sangat istimewa.

Tedong Bonga

Kerbau tedong saleko ini menjadi favorit masyarakat Toraja karena bulunya yang sangat indah dan sulit didapatkan sebab populasinya sangat terbatas. Mereka yang mampu membeli kerbau jenis ini secara langsung akan meningkatkan gengsinya dan mengangkat status sosialnya. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Tedong Saleko, Kerbau Langka Tana Toraja Berharga Fantastis


Minggu, 25 Agustus 2024

Paku Tanduk Rusa, Tanaman Hias Unik Penghias Rumah



Paku tanduk rusa (Staghorn ferns) merupakan jenis tanaman epifit yang memiliki bentuk daun yang unik menyerupai tanduk rusa. Paku tanduk rusa (Platycerium) adalah tumbuhan dari divisi Pteridophyta atau lazim disebut Paku-Pakuan, dan tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju dan daerah gurun.

Total spesies yang diketahui sekitar 10.000 dimana sebagian besarnya tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Diperkirakan 3.000 spesies Pteridophyta tumbuh di Indonesia. Habitat asli paku tanduk rusa adalah hutan terutama hutan hujan tropis seperti di Indonesia.

Paku tanduk rusa umumnya tumbuh pada cabang-cabang pohon besar

Tanaman ini menyukai pepohonan besar yang seringkali tumbuh berdampingan bersama epifit lain seperti dari famili Orchidaceae. Paku tanduk rusa umumnya tumbuh pada cabang-cabang pohon besar dengan kondisi ternaungi hingga 60% dari cahaya matahari penuh.

Baca juga : Suplir, si Cantik Klasik yang Menyejukkan Mata

Sebagian besar tanaman paku tanduk rusa ditemukan di hutan hujan tropik dengan kelembaban udara relatif tinggi (> 70 %). Namun ada jenis paku tanduk rusa yang tumbuh di daerah yang reIatif kering (kelembaban 60% atau kurang).

Tanduk Rusa Platycerium willinckii

Jenis tanduk rusa yang beradaptasi pada kondisi kering memiliki bentuk daun penyangga terbuka di bagian atasnya, sedangkan jenis yang hidup di daerah yang lebih lembab cenderung memiliki daun penyangga lebih tertutup.

Tanaman ini umumnya tidak toleran terhadap kondisi Iingkungan kurang dari 10 °C. Secara tampilan, juntaian daun (ental) Platycerium memang berbeda dengan tumbuhan paku lainnya. Ia memiliki ental bercabang-cabang, menjuntai ke bawah dan tampak seperti tanduk rusa.

Karena bentuk daunnya yang unik, masyarakat sering menjadikan tanaman ini sebagai tumbuhan hias. Di Tanah Air, terdapat lima varietas paku tanduk rusa yang berhasil diidentifikasi. Salah satu di antaranya ialah Platycerium willinckii, jenis paku endemik yang berasal dari Pulau Jawa.

Pada dasarnya, tumbuhan paku diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas. Yaitu Psilophytinae (Paku Purba), Lycopodinae (Paku Rambut), Equisetinae (Paku Ekor Kuda), dan Filicinae (Paku Sejati). Paku tanduk rusa sendiri tergabung dalam kelas Filicinae.

Tanduk rusa Platycerium superbum


Karena itu spesies paku tanduk rusa dapat dicirikan melalui bentuk daun yang besar (makrofil), bertangkai, dan tampak menggulung saat usia muda. Akar tanaman ini terlihat berserabut, dengan bagian batang rimpang yang tegak panjang dan berbulu.

Baca juga : Pakis Sayur, Tumbuhan Paku-Pakuan Hutan yang Sangat Nikmat Dibuat Masakan

Jika diperhatikan, batang paku tanduk rusa tidak memiliki cabang dan berwarna kecokelatan. Daunnya tergolong sebagai daun majemuk dengan dominasi warna kehijauan. Posisi anak daun Platycerium berselang-seling, bagian ini umumnya tumbuh sepanjang 2 – 5 cm dan lebar 0,5 cm.

Tanduk Rusa Platycerium hillii

Sebagian varietas paku tanduk rusa memiliki tepian daun bergelombang dengan permukaan berbulu halus. Sedang sebagian lainnya mempunyai tepi bergerigi, serta bagian ujung daun yang meruncing. Tanaman tanduk rusa mempunyai spongarium. Yakni tempat pembentukan spora yang bisa terdiri dari satu sel atau bisa disebut juga merupakan multisel.

Spongarium terdapat pada di bagian bawah permukaan daun, tertutup rambut, bentuk bintang, bercabang dua sampai empat. Panjangnya sekitar 10-12 cm, lebar 2-3 cm, berwarna hijau muda atau hijau kebiruan. Bagian ini diidentifikasi melalui corak warnanya yang tampak kuning keemasan.

Paku tanduk rusa, hidup di kawasan hutan yang tidak tertutup. Asupan matahari yang masuk cukup banyak, sehingga tingkat kelembapan udaranya relatif rendah. Beberapa jenis membentuk koloni rimpang (bercabang-cabang) sehingga memiliki lebih daripada satu titik pertumbuhan, seperti P. bifurcatum.

Jenis-jenis semacam ini dapat diperbanyak secara aseksual dengan memisahkan rimpangnya. Namun demikian, ada pula yang hanya memiliki satu titik pertumbuhan sehingga soliter. Perbanyakan dengan spora terjadi jika spora tumbuh pada sudut batang pohon yang lembap. Bentuk gametofitnya mirip dengan kebanyakan jenis paku sejati, yaitu serupa jantung.

Tanduk Rusa Platycerium grande

Ada beberapa jenis paku tanduk rusa yang umum ditemui, seperti Platycerium bifurcatum. Tanaman ini berasal dari Australia Timur dan memiliki daun yang bercabang banyak, memberikan kesan seperti tanduk rusa yang menyebar luas. Platycerium superbum, atau yang dikenal dengan tanduk rusa raksasa karena ukurannya yang besar. Berasal dari hutan hujan timur Australia, daunnya tumbuh melingkar dan lebar, memberikan tampilan megah pada tanaman ini.

Baca juga : Semanggi, Gulma Tanaman Padi yang Mempunyai Sederet Manfaat

Platycerium hillii, berasal dari Australia Utara, tanaman ini memiliki daun yang panjang dan melengkung. Bentuknya yang unik membuatnya populer di kalangan pecinta tanaman hias. Platycerium coronarium, berasal dari Asia Tenggara, khususnya di daerah Filipina dan Thailand. Daun dari tanaman ini tumbuh besar dengan tekstur kasar dan menyerupai mahkota, sehingga sering dikenal dengan Tanduk Rusa Mahkota.

Tanduk Rusa Platycerium elephantotis

Platycerium grande, tanaman ini berasal dari Filipina dan memiliki daun berbentuk piringan yang lebar. Elegansi dari bentuk daunnya membuatnya dicari oleh banyak kolektor tanaman paku tanduk rusa. Kemudian yang umum dijunpai berikutnya adalah Platycerium wandae.

Platycerium wandae ini merupakan tanduk rusa dengan ukuran terbesar diantara spesies lainnya, berasal dari Papua. Tanaman ini memiliki daun yang terlihat megah dan dapat mencapai ukuran sangat besar jika dirawat dengan baik. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Paku Tanduk Rusa, Tanaman Paku Berdaun Unik Incaran Kolektor Tanaman Hias


Jumat, 23 Agustus 2024

Pengda PPPPSI NTB Gelar Pepadu Mataram CUP I, Agenda Perdana Ramaikan Kembali Hobi



Setelah sekian lama tidak pernah terdengar ada kegiatan, aktifitas hobi burung anggungan puter pelung di Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali hadir. Agenda pertama yang Pengda PPPPSI NTB lakukan adalah menggelar Lomba Seni Suara Burung Puter Pelung bertajuk Pepadu Mataram Cup I, pada Minggu 18 Agustus 2024.

Menempati lokasi di Gantangan SML Bird Farm Jln Raya Sakra, Sikur No. 38 Sakra – Lombok Timur. Agenda berlangsung sukses dan lancar. Hanya satu kelas yang dibuka yakni kelas Bebas, seakan menjadi wadah bagi mereka untuk menyalurkan kembali hobi puter pelungnya.

Gelaran perdana tersebut sekaligus untuk ikut memeriahkan HUT RI Ke-79. “Gelaran ini merupakan ajang silaturahim antar penghobi puter pelung di Lombok,” jelas HM. Suyono, Ketua Pengda PPPPSI NTB. “Sekaligus untuk memperlihatkan bahwa PPPPSI NTB masih eksis kendati lama tidak ada kegiatan.”

Pepadu Mataram Cup I berlangsung lancar dan sukses

“Lomba Seni Suara Burung Puter Pelung Pepadu Mataram Cup I pada hari Minggu kemarin itu juga dalam rangka ikut memeriahkan HUT RI 79,” tambah pemilik SML BF. “Kita buat semeriah mungkin lomba perdana kemarin, banyak hadiah kita sediakan.”

Lomba puter pelung itupun seakan mengobati kerinduan para pecinta puter pelung akan adanya lomba di Pulau Lombok. Seperti yang diutarakan oleh Siswanto seorang pemerhati dan penghobi burung anggungan dari Mataram. “Di Lombok memang sudah sangat lama tidak ada kegiatan.”

Rantis sukses rebut juara Pepadu Mataram Cup I

“Kita coba rundingkan dengan para pengurus barangkali bisa segera ada kegiatan seperti dulu lagi,” ujar pemilik Pepadu Mataram BF ini. Acara lomba pun digagas agar bisa menjadi agenda awal untuk kembali menjadikan Lombok ramai dengan kegiatan hobi puter pelung.

Damar, selaku Ketua Panitia pun menyampaikan bahwa kegiatan ini untuk sementara hanya membuka satu kelas saja, menyesuaikan kondisi di Lombok saat ini. “Kenapa kami hanya membuka satu kelas saja, yaitu kelas Bebas ?”

HM Suyono serahkan trophy dan piagam juara serta bingkisan hadiah

“Itu karena di Lombok sendiri sudah sangat lama tidak ada kegiatan di hobi puter pelung ini,” terang pria ramah owner DMR BF. Hal itu disebabkan karena kesibukan para pengurus dan penghobi puter pelung itu sendiri. Ajakan kembali kegantangan diutarakan saat ada kegiatan lomba derkuku beberapa minggu sebelumnya.

Seolah gayung bersambut, permintaan akan adanya lomba ditindaklanjuti dengan gelaran lomba. Meskipun awalnya hanya separuh dari 40 tiket yang dipesan, tetapi menjelang pelaksanaan jumlah gantang yang disediakan panitia pun penuh.

Damar sukses antar dua burungnya meraih prestasi

“Kegiatan ini adalah bentuk keinginan dari rekan-rekan untuk kembali menyibukkan diri dengan hobi puter pelung,” ungkap Damar. “Mereka rupanya ingin kembali lagi setelah sekian lama vakum.” Dan terwujudnya kegiatan tersebut tidak lepas dari dukungan yang luar biasa yang diberikan oleh para pecinta puter pelung Lombok.

“Dulu hobi puter pelung di Lombok begitu ramai, namun sempat lama sepi lomba. Nah, kini kita ingin hobi itu kembali lagi dengan lebih semarak lagi,” harap beberapa pecinta puter pelung Lombok. “Kita berharap agar Lombok bisa bangkit kembali setelah sekian lama vakum.”

Putra Panji berikan kado terbaik buat Junaidi

Cuaca cerah dan udara pagi itu terasa nyaman mewarnai jalannya perebutan gelar terbaik di Pepadu Mataram Cup I. Empat babak penjurian berlangsung tanpa ada hambatan. Semua menikmati jalannya acara dengan canda tawa diselingi teriakan mendukung jagoannya masing-masing.

Sampai akhirnya ditetapkan posisi sang juara. Podium pertama kelas Bebas event Pepadu Mataram Cup I dimenangkan Rantis amunisi Kandang BW Trembesi Mataram. Puter pelung ternakan PKJ yang menempati nomor gantangan 33.

Para juara Pepadu Mataram Cup I

Disusul kemudian oleh Datu Lembar di tempat kedua andalan Damar dari Lembar, burung bergelang IBF 102 pada gantangan nomor 32. Menggenapi di tiga besar ada Putra Panji orbitan Junaidi dari Praya Lombok Tengah, puter pelung bergelang PKJ yang ada di nomor gantangan 37.

Diakhir acara panitia mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan para penghobi puter pelung di Lombok dan permintaan ma’af jika ada hal-hal yang kurang berkenan selama acara berlangsung. Beberapa puter pelung mania berharap Pengda PPPPSI NTB segera mengagendakan kembali kegiatan serupa. (Ramlee)






Ayam Hutan Merah, Nenek Moyang Ayam Peliharaan Ternyata sangat Pemalu

Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) merupakan sejenis burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 78 cm, dari suku Phasianidae. Suku Phasi...