Blog tentang hobi dan kreasi jadi rejeki

Sabtu, 03 Agustus 2024

Kasuari, Spesies Burung Paling Berbahaya di Dunia dari Hutan Papua



Burung kasuari merupakan burung purba endemik Papua dan Maluku yang telah hidup lebih dari 60 juta tahun lalu. Burung yang tidak bisa terbang ini ikut andil dengan keanekaragaman hayati hutan papua dengan menyebarkan bibit tanaman ke seluruh pulau Papua. Tanpa kehadiran kasuari, hutan hujan Papua barangkali tidak selebat seperti sekarang. Kasuari telah membantu regenerasi pohon-pohon hutan Papua itu tetap terjaga.

Nama burung kasuari berasal dari bahasa Papua, dari kata kasu, kasuari, atau kasavari yang berarti bertanduk. Sedangkan weri berarti kepala. Burung ini memang terlihat memiliki satu tanduk di atas kepala. Semakin besar tanduknya menandakan usianya yang semakin tua, sekaligus kedudukan yang tinggi dalam strata sosial kasuari.

Tanduk itu mengingatkan orang pada kebanyakan dinosaurus yang juga bertanduk. Itu sebabnya, kadang kasuari juga disebut burung dinosaurus. Begitupun dengan kakinya yang berjari tiga mirip kaki dinosaurus. Dalam teori evolusi, kerabat terdekat dinosaurus memang burung.

Kasuari memiliki semacam tanduk di kepalanya

Selain itu kasuari kadang juga disebut burung purba, karena diketahui, sejak 60 juta tahun lalu diperkirakan morfologi kasuari tidak banyak berubah. Kulit wajah dan kepala burung kasuari berwarna biru sampai keunguan bercampur merah atau kadang-kadang kuning. Mahkotanya tinggi dan tebal membentuk kurva, leher bergelambir berwarna merah.

Baca juga : Kakatua Raja, Burung Kakatua Terbesar di Dunia dari Tanah Papua

Burung kasuari memiliki warna bulu hitam yang bisa menyamarkan badannya dalam keremangan hutan hujan tropis, sehingga menghindarkannya dari bahaya. Tatapan matanya tajam sigap mengamati gerak gerik mencurigakan dari balik rerimbunan daun.

Kasuari memiliki cakar yang tajam dan kuat

Burung Kasuari termasuk burung tertinggi ketiga dan terberat kedua di dunia setelah burung unta dan emu. Satwa ini dapat tumbuh setinggi 150-180 cm. Burung kasuari memiliki bobot bisa mencapai 76 kg. Tidak heran jika burung ini terlihat bongsor. Adapun perbedaan bentuk tubuh antara kasuari betina dan jantan yaitu kasuari betina lebih besar dibandingkan kasuari jantan dengan warna yang lebih terang dan gelambir yang lebih panjang.

Sayapnya tidak tumbuh sempurna dan sangat kecil, hal itulah yang menyebabkan burung besar ini tidak dapat terbang. Mereka punya tulang dada rata yang tidak dapat menopang otot untuk terbang. Burung Kasuari memiliki tiga jari dengan cakar yang tajam di setiap kakinya. Cakar pada jari tengahnya bisa mencapai panjang 12 cm.

Satwa ini juga memiliki kaki berotot yang mampu melakukan tendangan kuat. Jika merasa terancam, burung kasuari akan melompat dan menyerang dengan cakarnya, sehingga akan menyebabkan luka dalam yang mematikan. Kasuari merupakan satu-satunya burung yang diketahui pernah membunuh manusia.

Memiliki kulit berwarna biru terang, burung kasuari memiliki pola pewarnaan yang eksotis. Bulunya berwarna hitam tebal serta memiliki tekstur kesat dan kasar. Terdapat pula pola berwarna merah pada bagian tengkuk dan gelambirnya. Pola pewarnaan ini baru muncul setelah anak kasuari mencapai umur dua hingga empat tahun.

Jika terancam, kasuari dapat melakukan tendang kuat dan mematikan

Tanduk pada burung kasuari tidak memiliki fungsi yang pasti. Tanduk sepanjang 18 cm ini pada dasarnya adalah pelindung kepala yang terbuat dari keratin. Meski di dalamnya “kosong”, tanduk ini memiliki kepadatan yang nyaris sama seperti paruhnya. Fungsi tanduk tersebut masih diperdebatkan, banyak yang mengatakan tanduk ini berfungsi untuk menarik lawan jenis, menyingkirkan semak-semak atau sarana berkomunikasi.

Baca juga : Mambruk, Burung Endemik Papua Bermahkota yang Dilindungi

Dari pola hidupnya, kasuari merupakan hewan soliter dan memiliki daerah teritorial tertentu. Kasuari hidup di lantai hutan untuk mencari makan atau melakukan aktifitas lainnya. Burung ini makan pada pagi dan sore hari di hutan sekunder.

Kasuari Utara/kasuari gelambir tunggal (Casuarius unappendiculatus)

Kasuari menyukai buah-buahan yang jatuh ke lantai hutan seperti buah matoa (Pometia sp.), beringin (Ficus sp.), nibun (Pigafettafilaris), palem-paleman (Arecaceae), rotan (Calamus sp.), jambu hutan (Sizygium sp.), pala hutan (Palaquium sp.), dan kenari (Canarium sp.). Serta buah-buahan lainya. Meski kasuari dikenal sebagai satwa frugivora alias pemakan buah, namun satwa ini juga makan binatang kecil dan bagian tumbuhan lain.

Terutama saat buah sulit didapat karena pergantian musim. Kasuari diketahui juga makan siput, serangga, jamur, juga bunga. La Hisa mengutip laporan dari warga lokal yang melihat kasuari makan rayap dan ikan kecil yang terperangkap dalam kolam yang mengering pada musim kemarau.

Biasanya burung kasuari mulai berhenti makan sekitar jam sepuluh pagi atau berhenti akibat teriknya matahari, atau karena cukup kenyang. Pada siang hari kasuari melakukan aktifitas bermain dan istirahat, dan mereka banyak dijumpai di hutan primer. Hutan primer sudah menjadi tempat bermain dan istirahat yang baik bagi spesies satwa liar yang hidup di alam bebas.

Ada tiga spesies kasuari di dunia, yaitu kasuari utara (Casuarius unappendiculatus), kasuari selatan (Casuarius casuarius), dan kasuari kerdil (Casuarius bennetti). Kasuari selatan adalah yang terbesar, dengan ciri-ciri memiliki tanduk besar, gelambir ganda berwarna merah dengan leher berwarna biru.

Kasuari Selatan/Kasuari gelambir ganda (Casuarius casuarius)

Kasuari utara berukuran lebih kecil dengan gelambir tunggal berwarna merah dan leher juga berwarna biru. Sedangkan kasuari kerdil berukuran paling kecil, tanduk yang juga kecil berwarna gelap. Habitat kasuari meliputi pulau Seram (Maluku), seluruh Papua termasuk pulau Yapen dan pulau Aru, dan Australia Timur Laut.

Baca juga : Cucak Rotan, Alias Pitohui Salah Satu Jenis Burung Endemik Papua yang Populer di Habitat Aslinya

Kasuari menyukai hutan hujan tropis yang lebat, hutan mangrove, namun kadang juga terlihat di dekat lahan pertanian penduduk. Yang terakhir ini karena habitat aslinya menyusut dan terfragmentasi, juga karena sumber makanan yang menipis.

Kasuari kerdil (Casuarius bennetti)

Burung kasuari bisa hidup hingga 50 tahun. Meskipun dapat bertahan hidup lama, burung ini mengalami penurunan populasi. Keberadaan burung ini masih menjadi incaran para pemburu. Bagian-bagian tubuh kasuari yang dimanfaatkan adalah daging, bulu, tulang, kuku, gemuk (lemak) serta telur. Dalam kehidupan masyarakat suku Nduga, bulu kasuari dimanfaatkan sebagai pelengkap aksesoris pakaian adat.

Menurunnya populasi sebagian besar disebabkan oleh kehilangan habitat asli, yang sekarang hanya tinggal 20-25% dari habitat awal. Selain faktor perburuan secara masif, habitat alami kasuari mengalami kerusakan. Hutan yang merupakan habitat kasuari berubah menjadi permukiman maupun ladang investasi. Meskipun satwa ini masuk dalam status least concern (LC) atau belum punah menurut IUCN Redlist, namun tetap perlu dilestarikan bersama. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Kasuari, Burung Purba yang Setia Menjaga Ekosistem Hutan Papua


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latber Malam Road to Margo Trophy, Jaladri dan Maha Raja Raih Bendera Enam Warna, Bimo Juara

Setelah sukses pada penyelenggaraan latber sebelumnya, Latber Road to Margo Trophy kembali digelar pada Sabtu, 14 September 2024 di Gantanga...