Blog tentang hobi dan kreasi jadi rejeki

Selasa, 16 Januari 2024

Kucing Tandang, Kucing Liar Paling Kecil di Asia Tenggara yang Kini Terancam Punah



Kucing tandang (Prionailurus planiceps) merupakan jenis kucing liar yang hidup di hutan Indonesia. Kucing hutan jenis ini berwarna abu-abu, mirip seperti tupai. Kucing tandang ini menjadi kucing hutan endemik di Asia Tenggara. Khususnya di Melayu, Thailand, Kalimantan, dan Sumatera.

Ciri khas dari kucing tandang adalah bentuk kepala dan mukanya, sementara telinganya agak kecil. Ciri khas lain adalah ia memiliki telapak kaki yang berselaput di antara jarinya. Selaput itu sebagai adaptasi dari kegemarannya berburu di air.

Kucing ini juga memiliki kemampuan berenang yang baik, sehingga cukup mahir dalam menangkap ikan di sungai. Kucing tandang berkerabat dengan spesies meong congkok (Prionailurus bengalensis), yang populasinya tersebar secara luas di hutan-hutan Indonesia.

Kucing Tandang tubuhnya seukuran kucing rumahan
 

Dibandingkan kucing hutan lainnya, kucing tandang memiliki ukuran tubuh yang paling kecil. Tubuhnya seukuran kucing rumahan, dengan panjang 41–50 cm, sedangkan bobotnya berkisar 1,5–2,5 kg saja. Selain ukuran tubuh, salah satu keunikan jenis kucing ini terletak pada bentuk kepalanya.

Baca juga : Kucing Bakau, Si Perenang Ulung yang Terancam Punah

Kucing tandang umumnya memiliki kepala datar (makanya dinamakan flat-headed cat), sementara moncongnya terlihat sangat pendek dan terlihat membulat. Jika ingin dikomparasi, bentuk kepala flat-headed cat cenderung mirip dengan kucing bakau (Prionailurus viverrinus). Telinga mereka bundar, lalu jarak antara telinga ke matanya relatif berjauhan.

Bentuk kepala Kucing Tandang terlihat datar
 

Tubuh kucing ini ramping dan memanjang. Sebagai satwa terestrial, mereka memiliki kaki dan ekor yang pendek. Spesies ini juga memiliki ciri khas pada warna bulu tubuhnya. Pada wajah, warnanya terang seperti cokelat kemerahan. Dagu dan moncong berwarna putih. Sedangkan bagian tubuh berwarna cokelat gelap.

Lingkar mata berwarna putih kekuningan dengan hidung merah jambu. Bagian tubuh atas sampai ke ekor berwarna merah bercampur abu-abu gelap. Ini memudahkan mereka dalam berkamuflase di serasah (daun-daun pohon yang berserakan di tanah) hutan.

Kucing tandang hidup di hutan tropis primer dan sekunder, terutama di area lahan basah dan dataran rendah. Mereka biasanya bersarang di sekitar perairan dangkal seperti sungai, danau, rawa air tawar, dan mangrove.

Meski mempunyai kaki yang kecil, daya jelajah satwa ini terbilang cukup luas. Mereka dapat mengembara hingga sejauh 3 km, mencari mangsa di sekitar perairan seperti ikan, katak, dan hewan air berukuran kecil lainnya.

Kucing Tandang mempunyai daya jelajah yang luas di hutan-hutan Sumetra dan Kalimantan
 

Kawasan-kawasan di Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Kalimatan merupakan rumah bagi spesies ini. Kucing tandang juga sempat ditemukan di wilayah Thailand, terutama di daerah paling selatan di negara tersebut.

Baca juga : Kucing Batu, Kucing Langka di Pedalaman Hutan Kalimantan

Kucing tandang hidup secara soliter (menyendiri) dan bersifat teritorial. Ia meninggalkan jejak bau dengan urine di tanah untuk menandai wilayah kekuasaannya. Satwa ini biasanya aktif setelah waktu maghrib hingga jam 10 malam.

Kucing Tandang di perairan dangkal mencari mangsa
 

Dari pengamatan di kandang penangkaran, diketahui bahwa spesies kucing ini lebih menyukai mangsa hidup yang berenang di perairan dangkal daripada mangsa hidup yang berkeliaran di luar kolam. Rahangnya kuat dan taringnya panjang, sehingga lebih mudah menangkap dan menggigit mangsa yang licin di air.

Kucing tandang ini memang mempunyai sifat semi-akuatik, sehingga secara naluri lebih menyukai hewan yang ditangkap langsung dari perairan dalam keadaan hidup. Selain itu, mereka juga memiliki cara berburu dan makan yang unik.

Ikan yang berhasil ditangkap dari air akan dibawa ke atas permukaan. Setelah ikan itu kehabisan napas dan mati, tubuhnya akan dimasukkan kembali ke dalam air untuk dibersihkan sebelum dimakan. Umur kucing tandang dapat mencapai 14 tahun. Sang betina mampu mampu melahirkan tiga anak dalam sekali kehamilan. Sementara, masa mengandungnya sendiri mencapai 56 hari.

Ada banyak jenis kucing liar lain yang hidup di Indonesia, seperti harimau sumatera, kucing emas, kucing batu, maupun macan dahan. Jika dibandingkan dengan kucing-kucing liar tersebut maka kucing tandang adalah spesies yang paling sedikit terekam kamera jebak selama 20 tahun terakhir.

Kucing Tandang tertangkap kamera sedang berada di perairan pada malam hari
 

Sedikitnya tangkapan gambar dari kamera jebak pada kucing tandang di alam liar karena tidak ada riset yang menempatkan kamera di tepi danau, kolam, atau sungai. Para peneliti menyatakan jika spesies ini sulit diketahui keberadaannya.

Baca juga : Kucing Busok, Kucing Ras Asli Indonesia yang Diakui Dunia

Lembaga Konservasi Dunia IUCN menetapkan kucing tandang berstatus Genting [Endangered/EN]. Ancamannya akibat alih fungsi hutan menjadi permukiman, perkebunan skala besar, pertanian, juga tambak maupun kolam buatan.

Kucing Tandang, yang ditemukan warga di ladang dekat TN Berbak, Jambi
 

Perburuan untuk dijadikan satwa peliharaan maupun untuk diperdagangkan merupakan ancaman yang harus selalu diwaspadai. Hasil penelitian menyimpulkan, bahwa hal yang paling penting untuk kelestarian kucing tandang adalah dengan mempertahankan areal sungai dan hutan rawa gambut.

Pemerintah Indonesia melindungi kucing tandang melalui Peraturan Menteri LHK No. P.106 Tahun 2018 tentang tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi. Jenis kucing liar lain yang dilindungi adalah kucing batu (Pardofelis marmorata), kucing merah (Catopuma badia), kucing emas (Catopuma temminckii), macan dahan (Neofelis diardi), macan tutul (Panthera pardus melas), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis), dan kucing bakau (Prionailurus viverrinus). (Ramlee)



Sumber : remen.id


Kucing Tandang, Kucing Hutan Imut Pemalu yang Terancam Punah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latber Malam Road to Margo Trophy, Jaladri dan Maha Raja Raih Bendera Enam Warna, Bimo Juara

Setelah sukses pada penyelenggaraan latber sebelumnya, Latber Road to Margo Trophy kembali digelar pada Sabtu, 14 September 2024 di Gantanga...