Blog Hobi dan Informasi

Rabu, 10 Januari 2024

Mekai, Penyedap Rasa Alami dari Kalimantan



Mekai (Albertisia papuana Becc.) merupakan tanaman liar di hutan dan perkebunan, yang digunakan sebagai penambah cita rasa oleh masyarakat Etnis Dayak di Kalimantan Timur. Tumbuhan ini memiliki nama lokal yaitu daun Afa di Kalimantan Utara, Bekkai dan Mekai di Kalimantan Timur, Sankang di Kalimantan Barat dan Sungkai Sayur di Kalimantan Tengah.

Masyarakat umumnya sudah tidak terasa asing lagi dengan daun salam sebagai penyedap rasa alami. Sedangkan masyarakat Dayak Kalimantan juga memiliki daun yang memiliki kegunaan yang sama, sebagai penambah cita rasa masakan.

Beberapa suku Dayak Kalimantan masih menggunakan daun mekai sebagai bagian dari bumbu tradisional ini hingga saat ini. Ini dikarenakan dari budaya masyarakat setempat yang selalu memanfaatkan bahan pangan alami dari lingkungan di sekitarnya.

Tanaman mekai tumbuh merambat menumpang pada tanaman lain

 

Tanaman mekai tumbuh merambat, bentuk batangnya bulat. Dengan percabangan melengkung ke atas. Tekstur kulit batangnya halus. Tanaman mekai hidup menjalar di tanaman lain. tetapi mekai tumbuh bukan sebagai benalu atau gulma yang merugikan tanaman yang ditumpanginya.

Baca juga : Pohon Salam, Daunnya untuk Pengharum Masakan yang Punya Segudang Manfaat

Daunnya berbentuk memanjang. Jika dilihat sekilas, bentuk daunnya menyerupai daun tanaman kakao. Tanaman ini berdaun majemuk, tepi daunnya rata. Tata letak daunnya berseling. Dengan warna daun bagian atas (munsel) berwarna hijau tua dan daun bagian bawah berwarna hijau muda.

Monosodium Glutamat (MSG), bahan penyedap rasa masakan

 

Ujung daunnya meruncing, sedang pangkalnya tumpul. Permukaan daun baik atas maupun bawah tampak mengkilap. Arah daun menghadap ke atas. Tangkai daun berwarna hijau dengan panjang sekitar 5 centimeter, terkesan kaku apabila dipegang.

Ukuran daun tua panjang 30 cm dan lebar 9 cm. Jarak antar daunnya sekitar 2 cm. Jumlah daun baru pertangkai per siklus adalah 15 helai. Tulang daunnya terlihat jelas seperti daun sirih. Seperti pada daun salam, daun mekai lebih bagus jika dikeringkan terlebih dahulu sehingga bisa disimpan lebih lama.

Tanaman mekai mempunyai bunga majemuk berwarna krem. Tempat tumbuh bunga ada di setiap percabangan. Dengan kelopak yang terlihat berwarna kuning. Tanaman ini berakar serabut, tumbuh menjalar seperti sayur pare, ketimun atau kacang panjang.

Tanaman mekai tumbuh dengan vegetasi heterogen diantara tumbuhan lain. Dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah yang kering. Mekai membutuhkan sinar matahari yang cukup agar tumbuh optimal. Biasanya tumbuhan ini dapat ditemukan pada ketinggian 100-150 meter, baik di dataran rendah ataupun perbukitan.

Masyarakat Dayak Kalimantan telah lama menggunakan daun mekai sebagai bumbu tambahan

 

Mekai cukup toleran dengan kondisi tanah yang asam. Sumber pupuk alami bagi pertumbuhan mekai di hutan adalah dedaunan kering. Tanaman mekai tidak sulit dibudidayakan. Hanya dengan memotong bagian akar yang ada tumbuh tunas atau memotong cabang.

Baca juga : Senggani, Gulma dengan Segudang Manfaat

Potongan bagian akar yang ada tunasnya tersebut tinggal menacapkankanya ke media tanam. Meskipun budidaya tanaman ini tidak sulit namun nyatanya tidak banyak orang yang melakukannya. Tananaman ini bisa dibudidayakan dengan menggunakan polybag.

Daun mekai ditambahkan setelah daging kecap matang, bertujuan sebagai bahan penyedap masakan
 

Cara penggunaan daun mekai sebagai penyedap rasa sederhana saja. Daun mekai cukup dicuci dan diremas-remas. Jadi daun mekai tidak perlu ditumbuk. Lalu ditambahkan saat masakan telah matang tetapi kompor masih menyala.

Daun mekai yang digunakan pada masakan berkuah, cukup dimasukkan secara utuh. Ternyata selain membuat makanan semakin sedap, penggunaan daun mekai diyakini juga akan membuat daging lebih empuk.

Menurut hasil penelitian diketahui jika daun mekai memiliki komponen asam aspartat yang lebih tinggi dibandingkan asam glutamat di dalamnya. Selain glutamat, asam aspartat juga turut menyumbangkan rasa gurih.

Peneliti juga membandingkan dengan studi-studi yang dilakukan sebelumnya. Hasilnya adalah komponen menyerupai MSG yang terdapat dalam daun mekai ini lebih tinggi dari daging kepiting, tetapi lebih rendah dari jamur.

Masyarakat mulai membudidayakan tanaman mekai
 

Penambahan sejumlah bahan untuk meningkatkan rasa umami (rasa gurih yang nikmat) pada suatu makanan memang lumrah. Selama ini, vetsin atau mosodium glutamat (MSG) lebih dikenal sebagai penyedap rasa.

Baca juga : Meniran, Tumbuhan Liar Herbal dengan Sejuta Khasiat

Padahal, ada bahan pangan lain yang bisa menghasilkan rasa umami karena mengandung senyawa yang berkontribusi terhadap rasa gurih, antara lain tomat, ikan yang diawetkan (cured fish/cured anchovies), keju (aged cheese), dan rumput laut (kombu).

Tanaman mekai tumbuh di lahan masyarakat
 

Tidak hanya membuat makanan menjadi lebih nikmat, namun daun mekai juga bisa dijadikan obat untuk mengatasi berbagai penyakit. Kandungan antioksidan yang tinggi membuat daun ini berpotensi meningkatkan daya tahan tubuh sehingga berperan sebagai anti kanker. Masyarakat setempat memanfaatkan daun mekai sebagai obat penurun demam, terutama untuk bayi dan anak-anak. (Ramlee)




Sumber : remen.id

Mekai, Tanaman Liar dari Kalimantan yang Bermanfaat sebagai Penyedap Alami Makanan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayam Hutan Merah, Nenek Moyang Ayam Peliharaan Ternyata sangat Pemalu

Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) merupakan sejenis burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 78 cm, dari suku Phasianidae. Suku Phasi...