Mambruk (Goura sp.) adalah salah satu jenis burung endemik Papua yang menyerupai merpati, namun memiliki mahkota mirip kipas di kepalanya. Mambruk merupakan maskot Kota Manokwari di Provinsi Papua Barat dan Kota Biak, di Provinsi Papua.
Mambruk termasuk keluarga Columbidae atau kelompok merpati-merpatian. Secara umum sebarannya berada di seluruh pulau Papua (Indonesia dan Papua New Guinea), tidak termasuk pulau-pulau kecil, kecuali di Kepulauan Raja Ampat, Yapen dan Biak.
Mambruk (crowned pigeon) merupakan anggota keluarga burung merpati yang mempunyai ukuran tubuh terbesar di dunia (58-79 cm). Burung besar ini mempunyai warna yang tidak begitu mencolok. Didominasi warna abu-abu dengan kaki bersisik seperti ayam.
Mambruk di habitat aslinya |
Matanya merah dengan ‘topeng’ hitam serta bulunya yang berwarna abu-abu dan maron pada sayap.Burung ini hanya memiliki tiga ruas jari kaki. Suaranya pun seperti tertahan di dalam tenggorokan; bruk bruk bruk… dengan nada panjang.
Baca juga : Kucing Emas, Fauna Menawan dari Sumatera yang Misterius yang Hampir Punah
Burung khas Papua satu ini sangatlah indah karena terdapat mahkota cantik di kepalanya. Penyebutan nama burung ini sebagai burung mambruk yang berarti merpati bermahkota. Mambruk adalah satwa burung yang memiliki perilaku unik. Mambruk lebih banyak beraktivitas di lantai hutan untuk mencari makan, bermain, dan kawin.
Seekor mambruk di sarangnya |
Jika Mambruk merasa cukup aman, tanpa adanya gangguan, maka burung ini akan berjemur di ranting pohon atau di lantai hutan yang terbuka. Sedangkan aktivitas istirahat atau tidur pada umumnya mereka lakukan di atas pohon.
Burung mambruk pada umumnya berhabitat di kawasan hutan dataran rendah pada ketinggian 0 – 1.000 mdpl. Model hutan seperti ini terdapat di seluruh wilayah Indonesia dan umumnya mengalami penurunan kualitas akibat berbagai ancaman, salah satunya alih fungsi hutan.
Mambruk hidup di hutan primer maupun hutan sekunder yang tidak terpengaruh oleh aktivitas manusia. Satwa ini sangat menyukai kondisi hutan dengan temperatur sekitar 25 -27 0C dan kelembaban sekitar 80-90 %. Kondisi hutan yang demikian memungkinkan banyaknya ketersediaan pakan di balik atau di antara serasah (Sampah organik) yang terdapat di lantai hutan.
Mambruk berkembang biak dengan cara bertelur. Setiap betina akan menghasilkan satu telur. Pada masa lalu, mambruk di Biak diburu warga untuk dijadikan makanan, karena daging mambruk seperti merpati dan teksturnya empuk. Atau ditangkap untuk dipelihara.
Induk mambruk dengan anaknya |
Di Biak, sebelum ada pembatasan dan larangan menangkap burung tertentu warga mencari sarang mambruk di dalam hutan. Jika menemukan anakannya akan dipelihara karena lebih mudah pemeliharaannya. Akan seperti ayam itu kalau sudah jinak. Jadi bisa di lepas di pekarangan saja. Terbang juga tidak kuat.
Baca juga : Yaki, si Hitam Berpantat Merah Primata Endemik Sulawesi Utara yang Terancam Punah
Berbagai jenis pohon yang tidak begitu tinggi dan rimbun (6-10 m) jadi tempat meletakan atau membuat sarang mambruk. Sarang yang terletak di atas pohon tersebut dapat menjaga dan memelihara telur serta anak mambruk dari pemangsa. Pemangsa telur maupun anak burung (piyik) tersebut di antaranya adalah kuskus, biawak, ular, dan elang.
Mambruk selatan (southern crowned pigeon) |
Satwa ini menunjukkan kepintaran sosial dalam aktivitasnya. Mambruk selalu bersama-sama meski dalam kelompok kecil antara 4 hingga 6 ekor. Perilaku sosial lainnya yakni ketika satu atau sepasang mambruk mendapatkan makanan, akan membaginya dengan yang lain.
Mambruk akan mengeluarkan suara “hooooom” berulang-ulang untuk memanggil temannya agar bergabung bersama menikmati makanan. Suara yang satwa ini keluarkan hampir sama saat mambruk merasa terganggu atau terancam.
Untuk membedakan kelamin masing-masing individu mambruk, agak sulit jika hanya melihat penampakan morfologi luar (monomorfik). Ini karena hampir tidak ditemukan ciri-ciri tertentu untuk jantan betinanya. Sehingga penentuannya harus dengan DNA sexing atau dibedah.
Sementara untuk rentang usia setiap individu mambruk di alam hingga kini belum ada data pasti. Namun, mambruk yang hidup dalam fasilitas buatan, seperti kebun binatang dapat mencapai 35 tahun atau lebih. Sebagai contoh, untuk jenis mambruk victoria di Rotterdam Zoo tercatat sampai usia 35 tahun. Beberapa pemelihara di Indonesia melaporkan memiliki burung ini lebih dari 40 tahun.
Mambruk ubiaat (western crowned pigeon) |
Di seluruh wilayah hutan di Papua ada tiga jenis burung mambruk yang hidup menyebar merata. Yakni Mambruk Ubiaat (Goura cristata), Mambruk Victoria (Goura victoria) dan Mambruk Selatan (Goura scheepmakeri).
Baca juga : Kambing Hutan, Satwa Endemik Sumatera yang Suka Menyendiri dan Bermain di Atas Tebing
Potensi keindahan morfologis dan keunikan tingkah laku merupakan daya tarik burung mambruk, sehingga burung ini sering menjadi target para pemburu liar. Tingginya permintaan di pasar dan pesatnya pembukaan habitat untuk pembangunan kegiatan logging dan perburuan, membuat keberadaan mambruk di alam cenderung menurun setiap tahunnya. Sayangnya, data perkiraan jumlah populasi mambruk saat ini belum tersedia.
Mambruk victoria (victoria crowned pigeon) |
Salah satu yang membuat ancaman pada burung mambruk juga adalah karakter burung mambruk sendiri yang mudah percaya pada manusia. Sehingga memudahkan burung ini untuk dipanah lalu dikonsumsi, atau ditangkap dan dijual sebagai hewan piaraan.
Alam Papua memang luar biasa. Namun jika hutan habis maka kekayaan alam termasuk burung-burung yang ada akan hanya tinggal cerita saja. Untuk mencegah dari kepunahannya, pemerintah Indonesia telah menetapkannya sebagai satwa dilindungi. Semoga lestari. (Ramlee)
Sumber : remen.id
Mambruk, Burung Dara Endemik Papua Bermahkota Indah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar