Blog tentang hobi dan kreasi jadi rejeki

Rabu, 18 September 2024

Latber Malam Road to Margo Trophy, Jaladri dan Maha Raja Raih Bendera Enam Warna, Bimo Juara



Setelah sukses pada penyelenggaraan latber sebelumnya, Latber Road to Margo Trophy kembali digelar pada Sabtu, 14 September 2024 di Gantangan Jawara Arena Priggolayan, Banguntapan, Bantul. Agenda latber tersebut menjadi kegiatan rutin Pencab PPPPSI Bantul setiap bulannya.

Tak pelak gantangan pribadi milik Kabul itupun ramai dihadiri oleh para mania penggila lomba puter pelung. Pasalnya pada saat itu ada gelaran Latber Road to Margo Trophy. “Hari ini kami mengadakan kegiatan seperti biasanya,” tegas Kabul, yang juga selaku Ketua Pengcab Bantul.

Fauzi, pemain lawas puter pelung tampak hadir meramaikan

Pengcab Bantul, berusaha mewadahi apa yang menjadi keinginan para pecinta puter pelung di sekitaran Bantul. Melalui gelaran lomba, Kabul berharap para penggemar puter pelung bersemangat kembali untuk hadir ke gantangan.

Lebih lanjut disampaikan bahwa kegiatan ini menjadi agenda rutin di Gantangan Jawara Arena demi menyalurkan hobi puter pelung mania yang ada di sekitar lokasi tersebut. “Saya membuatkan kegiatan seperti ini agar kwok mania di sekitaran Bantul bisa berkumpul sekalian melatih burung puter pelung miliknya,” sambung Kabul.

Regristrasi peserta

“Sehingga mereka tidak perlu bingung dengan ketiadaan kegiatan lomba untuk melihat kemampuan jagoannya masing-masing. Dan yang pasti tidak perlu jauh-jauh harus ke luar daerah. Setidaknya dengan kegiatan tersebut, mereka yang berada di Bantul bisa dengan leluasa kesempatan tersebut.”

“Kegiatan hari ini adalah untuk yang kesekian kalinya. Ini karena agenda lomba yang kami laksanakan mendapat sambutan yang bagus,” terang Lucky, selaku Ketua Panitia. “Dan banyak permintaan agar kegiatan tersebut kembali digelar, akhirnya kami agendakan lagi kegiatan latber.”

Yudha dari Purworejo selalu hadiri Latber Road to Margo Trophy

Tidak sedikit pemain baru dan senior menjadi peserta dalam setiap kegiatan yang digelar. Setidaknya gantangan ini benar-benar menjadi arena untuk menyalurkan hobi sekaligus bersilaturrahmi antar sesama penggila lomba puter pelung.

Seperti pada penyelenggaraan sebelumnya, panitia hanya membuka dua kelas yakni kelas Pemula dan kelas Bebas. Masing-masing disediakan 60 slot gantangan. “Kami hanya membuka dua kelas dengan jumlah masing-masing 60 gantangan. Hal ini menyesuaikan dengan waktu pelaksanaan kegiatan lomba itu sendiri,” ujar Lucky.

Karena latber dilaksanakan pada malam hari, maka waktu penjurian juga dipangkas menjadi hanya tiga babak saja, sehingga usainya kegiatan tidak terlalu larut malam. Sebab, beberapa peserta juga datang dari luar kota. Keputusan tersebut disambut gembira oleh para peserta.

Lebih lanjut disampaikan oleh Lucky bahwa mereka yang mempunyai gaco-gaco bagus dapat mengetes, menguji, dan menentukan setelan-setelan perawatannya demi memaksimalkan performa sang orbitan. Dengan cara seperti ini, maka ada kesempatan bagi burung-burung pendatang baru ataupun yang sudah memiliki prestasi di lapangan, untuk terus mengkondisikan agar setiap saat bisa ditarungkan.

Persiapan akhir sebelum Latber Road to Margo Trophy dimulai

Agenda latihan ini memang akan memberikan dampak positif pada perkembangan burung itu sendiri. Menurut Lucky melatih burung adalah cara untuk mengetahui sampai seberapa jauh perkembangan yang ada, sehingga ada evaluasi sebelum burung itu diturunkan dalam agenda lomba yang lebih besar.

Kegiatan Pengcab Bantul tersebut juga diharapkan dapat menarik perhatian para penggemar pemula atau siapa saja yang belum pernah merasakan sensasi melombakan burung-burung rawatannya. Sekaligus bertujuan untuk lebih meningkatkan pengetahuan para mania. “Diharapkan, mereka-mereka ini lebih paham tentang penilaian puter pelung,” ungkap Lucky.

Suasana penjurian

Beberapa peserta yang hadir memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melihat kemampuan jagoannya. Seperti yang dituturkan oleh Bos Boy, penggila lomba burung anggungan dari Jogyakarta. Bos Boy menagku jika dirinya mencoba semua gacoannya untuk tampil di kompetisi yang ada.

Bahkan, di setiap gelaran lomba yang ada di sekitaran Jogyakarta selalu membawa burung yang berbeda. Diharapkan ketika nanti ada gelaran lomba berskala besar, gaco-gaconya tersebut sudah siap tempur. Termasuk rencana hadiri event besar pada bulan Oktober nanti di Bangkalan – Madura.

Kegiatan latber jadi ajang silaturahmi sesama pecinta puter pelung

Sementara perebutan posisi kejuaraan di kelas Pemula yang dilangsungkan terlebih dahulu berlangsung seru. Burung-burung yang turun memang mempunyai kualitas hampir merata. Tetapi tetap tidak mudah membuat burung bekerja dan tampil maksimal saat dilombakan pada malam hari.

Penjurian berjalan sukses dan lancar, sampai akhirnya posisi kejuaraan ditentukan. Untuk podium pertama berhasil diraih Bimo, debutan M. Zaki, yang digantang pada nomor 30. Menyusul pada urutan kedua Sapu Jagat besutan Lucky Bantul, burung bergelang Tresno 432 yang digantang pada nomor 33.

Dan tempat ketiga dimenangkan Ratuku orbitan Atasa BF Bantul, burung ternakan Atasa 1651 yang di gantang pada nomor 14. Sementara di kelas Bebas, pertarungan berjalan begitu ketat, terutama persaingan antara burung di gantangan 33 dan 41, karena keduanya mampu menembus enam warna.

Hingga akhirnya untuk kelas Bebas, podium pertama berhasil menjadi milik Jaladri, amunisi Wisnu dari Godean, puter pelung ternakan Radi 77 yang digantang pada nomor 41. Disusul kemudian Maha Raja orbitan Bos Boy Jogjakarta, produk ternak Boss 400 yang berada di nomor gantangan 33.

Wisnu terima bendera koncer berkat prestasi Jaladri di kelas Bebas

Kedua burung ini sejatinya mempunyai nilai yang sama persis. Menutup tiga babak penjurian, keduanya berhasil mendapatkan bendera enam warna tiga kali. Penentuan juara ditentukan di meja juri perekap. Jaladri pun dinyatakan menang setelah unggul di suara tengah. Dan tempat ketiga dimenangkan Pesona milik Atasa BF ring Atasa 144 pada gantangan nomor 20.

Bos Boy sendiri merasa cukup puas dengan kinerja gacoannya, meskipun Maha Raja tidak bisa juara. “Maha Raja sengaja dicoba untuk turun lomba malam,” tutur Bos Boy pemilik Ring Boss Jogja. “Maha Raja sebenarnya lebih maksimal jika main pagi, karena burung ini tipikal burung panas.”

M. Zaki raih juara kelas Pemula lewat aksi Bimo

Apalagi ternyata Maha Raja bergelang Boss 400 merupakan burung bergelang Boss ke-5 yang mendapatkan bendera 6 warna. Sebelumnya sudah ada empat burung yang turun di kelas Utama yang mendapatkan bendera enam warna, yakni Boss 100, Boss 200, Boss 2000, dan Boss 1945. Bahkan diantaranya berhasil mendapatkan usulan untuk mendapatkan bendera tujuh warna, istimewa. (Ramlee)









Senin, 16 September 2024

Kastuba, Tanaman Hias Berdaun Merah Kaya Nutrisi untuk Pengobatan Herbal



Bunga kastuba atau poinsettia (Euphorbia pulcherrima) adalah tanaman subtropis yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan Amerika Tengah. Bunga Kastuba kali pertama dibudidayakan oleh bangsa Indian dari suku Aztec di Meksiko dengan sebutan cuetlaxochitl.

Tanaman kastuba telah menobatkan diri sebagai salah satu tanaman hias yang begitu menarik. Tanaman kastuba memiliki daun berwarna breaktea, yakni daun yang mempunyai tiga warna yaitu merah tua, merah jambu, dan putih. Keindahan warna merahnya membuat banyak penghobi yang menyukainya.

Tanaman kastuba di habitat alaminya

Bunga kastuba atau lebih familiar dengan sebutan Christmas Flower. Tanaman kastuba mulai menghiasi rumah dan pusat perbelanjaan saat menjelang perayaan natal. Bunga berwarna merah ini memang identik dengan perayaan natal. Karena kastuba kerap kali dijadikan sebagai hiasan natal karena keindahan warna merahnya.

Baca juga : Bunga Matahari, Tanaman Hias Berkhasiat Obat

Kastuba pertama kali dideskripsikan oleh orang Eropa pada tahun 1834. Poinsettia sangat terkenal dengan dedaunan merah dan hijaunya dan banyak digunakan dalam pajangan bunga. Nama umum bahasa Inggrisnya berasal dari Joel Roberts Poinsett, yang pertama kali berjasa memperkenalkan tanaman tersebut ke Amerika Serikat pada tahun 1820-an.

Warna merahnya yang begitu indah membuat kastuba selalu jadi hiasan natal

Tanaman dari family Euphorbiaceae ini banyak ditemukan daerah subtropis dan tropis. Kastuba merupakan tanaman semak yang mempunyai tinggi sekitar 1- 4 m dengan diameter batang 1- 5 m. Batangnya berdiri tegak dan mulus tanpa bulu atau rambut.

Daun kastuba berbentuk elips hingga oblong elips (elips memanjang), sedangkan bagian atasnya cenderung lanset (lonjong). Pada ujung daunnya melancip dan memiliki susunan tulang daun menyirip. Tangkainya kerap ditemukan adanya 2 hingga 4 lekukan.

Tanaman kastuba begitu diminati oleh penghobi tanaman hias

Panjang daun sekitar 10 – 18 cm. Bagian bawah daun seluruhnya berwarna hijau, bertangkai panjang, agak berambut bagian bawahnya. Bagian atas daun ketika waktunya berbunga secara serempak akan berubah menjadi warna merah. Daun tumbuh secara berselang-seling, ujung lancip atau meruncing dan tepi daun rata.

Baca juga : Bunga Telang si Biru Kaya Manfaat

Tanaman kastuba ini berbunga majemuk. Berbentuk cawan dalam susunan yang khas disebut cyathium, keluar dari ujung tangkai. Tiap cyathium berhadapan dengan daun pelindung yang besar, bentuk lanset, warnanya merah atau kuning.

Kastuba Merah

Cyathium tingginya 1 cm, hijau dengan taju merah clan satu kelenjar besar, pada sisi perut warnanya kuning oranye. Tangkai sari berwarna merah oranye. Bunga betina berada diantara bunga jantan yang tidak mempunyai mahkota, tetapi di sekitarnya memiliki bunga semu (cyathium).

Pada setiap cyathium terdapat daun pelindung (bract) yang berbentuk daun sejati yang berwarna merah, putih, kuning maupun warna lain sesuai dengan varietas nya. Daun pelindung (bract) merupakan ciri khusus dari Kastuba sehingga mudah untuk dikenali. Buahnya berbentuk kotak dengan panjang sekitar 1,5 cm, ketika masih muda berwarna hijau dan berubah menjadi cokelat saat sudah tua.

Kastuba putih

Tanaman Kastuba menunjukkan perbedaan warna dalam pertumbuhan daunnya. Perbedaan warna tersebut menunjukkan adanya perbedaan kandungan pigmen daun termasuk pigmen klorofil dan antosianin. Antosianin merupakan golongan senyawa flavonoid yang dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan sebagai sumber antioksidan.

Baca juga : Aster, Bunga dengan Ratusan Spesies yang Mempunyai Beragam Manfaat

Kastuba memiliki sifat farmakologi pahit, sepat, bersifat sejuk dan toksin (beracun). Sifat ini berkhasiat untuk menghentikan pendarahan (hemostatis), sebagai pencahar (purgativum), menghilangkan bengkak, dan melancarkan ASI (galaktagog).

Tanaman kastuba tampak cantik sebagai tanaman hias

Karena sifatnya beracun, untuk penggunaan tanaman ini hanya dapat digunakan sebagai obat luar dengan dosis 10 gram herba segar untuk satu kali pemakaian. Kelebihan dosis dapat menyebabkan keracunan. Apabila terjadi keracunan, penawar yang digunakan berupa rebusan dari akar manis atau ganco.

Hasil penelitian menyatakan sifat obat dari tanaman kastuba dapat kontra indikasi dalam pengobatan lokal infeksi saluran pernapasan, malaria, eksim, asma dan penyembuhan luka. Senyawa antioksidan yang ditemukan pada kastuba antara lain flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan saponin.

Budidaya tanaman kastuba

Daun Kastuba memiliki kandungan alkaloid, saponin, lemak dan amylodextrin. Senyawa tersebut memiliki fungsi yang dapat digunakan sebagai penyembuhan pada luka. Di negara asalnya, yakni Meksiko, tanaman ini sering digunakan sebagai ramuan obat tradisional di antaranya untuk mengobati sakit perut dan penyembuhan luka. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Kastuba, Tanaman Hias Berkhasiat Obat


Minggu, 15 September 2024

Mandi Pasir, Tingkah Laku Normal Unggas maupun Burung untuk Membersihkan Bulu dan Parasit



Mandi pasir/debu (dust bathing) merupakan tingkah laku normal yang biasa dijumpai pada ungags maupun burung. Mandi pasir atau yang lebih dikenal dengan istilah “kipu” merupakan tingkah laku hewan yang ditandai dengan aktivitas berguling-guling atau bergerak di atas debu atau pasir dengan tujuan membersihkan bulu (memperbaiki kondisi bulu) dan menghilangkan parasit. Persis seperti gerakan burung ketika mandi di air, namun ini di atas permukaan tanah.

Jadi mandi pasir hanya istilah, sebab yang bisa digunakan untuk mandi bisa pasir bisa juga tanah atau debu. Tingkah laku normal unggas ini sering disebut juga dengan tingkah laku natural atau alami dari unggas. Tingkah laku ini dapat didefinisikan sebagai tingkah laku yang biasa dilakukan oleh unggas ketika berada pada kondisi yang sama dengan habitat aslinya.

Yang rumahnya ada di desa atau mempunyai pekarangan luas dan memelihara ayam, pasti tidak asing dengan perilaku mandi pasir ini. Sering sekali terlihat ayam yang sedang mandi pasir atau bisa juga si ayam mandi debu, hingga bekas mandi pasirnya membentuk sebuah lubang.

Seekor ayam sedang mandi pasir

Selain ayam, beberapa jenis unggas dan burung juga suka mandi pasir atau mandi tanah. Burung perkutut, derkuku, atau burung branjangan, adalah contoh-contoh burung dan/atau unggas yang biasa mandi pasir. Burung atau unggas melakukan mandi pasir paling sering pada saat musim panas atau ketika air di sekitarnya sangat langka ditemukan.

Bagaimana cara burung mandi menggunakan debu? Awalnya, burung akan mengais tanah dengan kakinya untuk membuat sebuah kubangan. Setelah kubangan sudah jadi, burung akan masuk ke dalamnya, sambil bergulung atau bergoyang agar tubuhnya dipenuhi oleh debu.

Burung elang terkadang juga melakukan mandi pasir

Kemudian, burung akan mengepakkan sayapnya dengan sekuat tenaga untuk menyebarkan debu ke seluruh tubuhnya. Burung juga menggosokkan wajahnya ke tanah agar bulu di pipinya turut dibersihkan. Gerakan ini akan diulangi beberapa kali.

Baca juga : Memahami Beberapa Hal Mengapa Burung Murai Batu Mencabuti Bulunya Sendiri

Berdasarkan pengamatan, burung yang terbiasa mandi pasir, biasanya berumur panjang. Burung branjangan, dengan perawatan standar dan diberi tanah untuk mandi, umumnya bisa berumur sampai belasan tahun, atau bahkan lebih dari 20 tahun.

Sekelompok burung gereja sedang mandi pasir

Secara fisiologis, dust bathing berfungsi untuk menyeimbangkan konsentrasi lemak yang ada pada bulu burung. Terdapat beberapa faktor internal maupun eksternal yang memengaruhi tingkah laku dust bathing, termasuk ada tidaknya substrat (debu atau pasir), keberadaan parasit, panas, dan lain-lain.

Hasil penelitian dari para ahli menunjukkan bahwa mandi debu/pasir dan campuran tanah cukup efektif mencegah dan mengusir ektoparasit, khususnya tungau jenis Ornithonyssus sylviarum. Infeksi kutu pada ayam tidak hanya membuat kulit menjadi gatal saja, namun juga bisa menghambat produktivitas peternakan. Ayam atau unggas yang stres akibat infeksi kutu akan mengalami penurunan produksi telur hingga 10 – 15%.

Pada saat burung mandi pasir, sebenarnya burung ini juga mematuki sejumlah mineral yang diperlukan oleh tubuh. Yang disebut mineral inilah yang sangat berguna untuk burung, antara lain ada calcium, phosphor, iron (besi), manganase, iodium, cuprum, zinccum, magnesium, sodium dan kalium.

Mineral sesungguhnya adalah salah satu pembentuk utama tubuh makhluk hidup. Mineral ini membantu proses kimia dan elektrik yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Proses-proses kimia dan elektrik hanya akan berfungsi dengan benar apabila keseimbangan mineral yang sesuai diberikan pada sistem.

Seekor burung tengah asyik mandi pasir

Dalam hal ini bisa dicontohkan zat besi untuk darah, belerang untuk otot, kalsium untuk tulang, dan banyak lainnya yang secara umum memberikan kelancaran fungsional tubuh makhluk hidup. Mineral juga dibutuhkan untuk pembentukan darah dan tulang, keseimbangan cairan tubuh, fungsi syaraf yang sehat, fungsi sistem pembuluh darah jantung dan lain-lain.

Seperti vitamin, mineral berfungsi sebagai ko-enzim, memungkinkan tubuh melakukan fungsinya seperti memproduksi tenaga, pertumbuhan dan penyembuhan. Meskipun vitamin begitu penting, vitamin tidak dapat melakukan apa-apa untuk makhluk hidup tanpa mineral.

Branjangan sangat membutuhkan mandi pasir di dalam sangkarnya

Dengan cara mandi pasir inilah burung mendapatkan mineral yang dibutuhkan. Dalam kasus lain, burung perkutut yang diberi totok (kerangka/tulang) sotong atau cumi-cumi, juga mendapatkan mineral dari tulang cumi itu. Inilah salah satu penyebab mengapa burung perkutut yang dipelihara di sangkar juga bisa berumur bahkan sampai puluhan tahun.

Baca juga : Tetelo, Penyakit yang Menyerang Hewan Jenis Unggas saat Pancaroba

Sebenarnya semua burung perlu mandi pasir. Artinya, semua burung memang perlu mendapatkan mineral. Burung-burung yang tidak suka mandi pasir di alam aslinya, mereka mendapatkan mineral dari tanah yang ikut terangkut ketika burung makan makanan yang tergeletak di tanah, atau ketika dengan sengaja mereka mengorek-ngorek tanah untuk mendapatkan cacing dan sebagainya.

Bubukan batu bata

Demikian pula halnya dengan burung-burung yang kita pelihara di dalam sangkar. Mereka memerlukan mandi pasir, mereka perlu mandi tanah untuk mendapatkan mineral. Masalahnya adalah tidak semua burung suka mandi pasir lagi pula pasir atau tanah seperti apa yang harus kita gunakan.

Jika burung kurangan mineral, maka manifestasinya bisa macam-macam. Antara lain burung berulah (kalau kacer misalnya mudah mbagong, nguda laut atau mbalon atau uter/puther-Jawa; untuk cucak ijo misalnya kurang ngentrok atau kurang njambul).

Burung yang kurang mineral atau defisiensi mineral akan menunjukkan gejala seperti rachitis (tulang-tulang lembek, bengkok dan abnormal), paralysa (lumpuh), perosis (tumit bengkak), anak burung yang menetas cacat, urat keting (tendo), terlepas sendinya, tercerai (luxatio), paruh meleset, kekurangan darah, pucat dan lemah.

Dan hal yang paling sering juga bulu burung mudah patah sehabis mabung, tidak berkilau alias kusam. Sedangkan untuk burung indukan di penangkaran tidak segera bertelur, telur gagal, atau produktivitas telur sedikit, daya tetas rendah, terjadi banyak kematian embrio dan sebagainya.

Mineral khusus untuk burung

Untuk kebutuhan mandi pasir bagi burung bisa menggunakan bubukan batu bata yang disaring, Tidak disarankan menggunakan pasir karena butiran pasir sangat keras dan tajam yang bisa merusak bulu burung. Cari saja batu bata yang empuk jangan yang keras karena meski disaring, bubukan bata yang keras bisa juga merusak bulu burung seperti halnya pasir.

Gunakan tanah yang mengandung banyak mineral. Atau mencampur bubukan bata dengan bubuk mineral untuk burung yang tersedia di kios-kios burung. Bubuk mineral ini biasanya sudah mengandung calcium, phosphor, iron (besi), manganase, iodium, cuprum, zinccum, magnesium, sodium, kalium, vitamin B12 dan vitamin D3.

Dianjurkan menaburkan pasir atau bubukan batu bata di dasar sangkar branjangan

Cara paling mudah dengan mengisi bak karamba burung dengan tanah yang sudah dicampur dengan bubuk mineral dan memasukkan burung ke dalamnya seperti saat sedang memandikan burung. Beberapa burung akan mau melakukan kipu atau mandi pasir, sedangkan yang lainnya tidak. Untuk hal ini, memang perlu dilatih secara telaten dan sabar.

Baca juga : Memahami Kasus Radang Mata pada Burung Berkicau

Sementara untuk burung branjangan ataupun perkutut, tanah yang sudah tercampur mineral bisa digunakan sebagai dasar sangkar seperti yang biasa digunakan untuk burung branjangan. Dan bisa diganti sepekan sekali dengan campuran yang baru. Untuk burung di penangkaran, bak pasir/tanah bisa diletakkan di dalam kandang penangkaran.

Tungau parasit yang kerap ditemui di bulu-bulu burung

Kalau burung tidak mau mandi pasir perlu latihan secara telaten dan sabar melatihnya agar mau mandi pasir, Jika tetap tidak mau atau sulit bisa saja langsung memberikan bubuk mineral dengan cara mencampurnya ke dalam voer atau kroto (untuk burung yang mau makan kroto). Yang penting dalam hal ini adalah memastikan burung mendapatkan mineral yang tepat, pas dan terukur.

Dengan membiasakan burung mandi pasir/tanah, maka secara tidak langsung sudah memastikan burung kesayangan memiliki bulu kuat, mulus, berkilau sehabis molting atau ngurak alias mabung. Juga tidak mudah terkena rachitis (tulang-tulang lembek, bengkok dan abnormal), bebas paralysa (lumpuh), bebas perosis (tumit bengkak).

Indukan burung perkutut yang sehat

Anak burung yang baru menetas dalam kondisi sehat, burung tidak mengalami urat keting (tendo), burung tidak terlepas sendinya, tidak tercerai (luxatio), paruh tidak meleset, tidak kekurangan darah sehingga pucat dan lemah. Burung di penangkaran bisa segera bertelur, telur berisi, produktivitas tinggi, daya tetas tinggi dengan tingkat kematian embrio yang rendah. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Mandi Pasir, Kebiasaan Burung untuk Membersihkan Bulu dan Menghilangkan Kutu


Sabtu, 14 September 2024

Musang Congkok, Mamalia Dilindungi Asal Sumatera Barat yang Sulit Ditemui Langsung



Musang congkok (Prionodon linsang) merupakan salah satu salah satu dari dua spesies linsang Asia. Mamalia ini juga dikenal juga dengan nama linsang, linsang berpita atau banded linsang. Musang congkok merupakan hewan asli Indonesia. Musang Congkok terdapat di daerah pengunungan Aceh dan Sumatera Barat.

Banyak masyarakat menyebut musang congkok ini dengan berang-berang ataupun musang, namun jika dilihat dari tingkatan taksonominya fauna ini sudah terpisah pada tingkat family yang berbeda. Musang congkok atau banded linsang merupakan salah satu mamalia yang aktif di malam hari (nokturnal).

Meskipun linsang merupakan pemanjat yang baik dan arboreal, namun satwa ini kerap kali tertangkap kamera trap banyak menghabiskan aktivitasnya juga di atas tanah. Berasal dari famili Prionodontidae dan berkerabat dengan Spotted linsang (Prionodon pardicolor).

Musang congkok sering disalahartikan dengan berang-berang

Selain itu, menurut para peneliti, musang congkok merupakan satwa yang sangat sulit ditemui secara langsung. Musang congkok, termasuk mamalia karnivora yang sebagian besar makanannya terdiri dari vertebrata kecil seperti tupai, tikus, burung dan kadal.

Baca juga : Musang Luwak, Mamalia Liar Penghasil Kopi Termahal di Dunia

Musang congkok mempunyai panjang sekitar 71 cm. Hewan ini memiliki tubuh langsing dan berukuran sedang dengan panjang antara 35-40 cm, ekornya sepanjang 30-35 cm dan berat tubuh hanya sekitar 700 gram saja.

Musang

Kepalanya agak runcing, menyerupai kepala kucing. Sebenarnya warna rambutnya bervariatif, tapi kebanyakan tubuhnya ditumbuhi rambut berwarna kuning keputih-putihan. Selain itu, terdapat garis-garis lebar pada lehernya dengan bintik-bintik kecil memanjang dan garis-garis di sisi tubuhnya.

Ekornya juga ditumbuhi rambut dengan warna serupa, terdapat corak seperti pita gelap berjumlah 7-8. Musang Congkok memiliki gigi taring yang tajam juga cakar tajam yang dapat ditarik ke dalam (seperti pada kucing), serta memiliki gigi setajam silet untuk mencabik mangsanya.

Musang congkok lebih suka berada di atas pohon

Selain itu, pada telapak kakinya juga terdapat rambut di antara bantalan dan jari-jari kakinya. Linsang berpita atau musang congkok ini merupakan mamalia yang sangat tertutup dan belum banyak peneliti ketahui secara rinci.

Baca juga : Musang Sulawesi, Mamalia Karnivora Pemalu Hidup Nokturnal Soliter di Hutan Sulawesi

Musang congkok sangat suka tidur diatas pohon bambu atau pohon-pohon rimbun lainnya. Musang congkok, merupakan hewan nokturnal, atau lebih aktif di malam hari daripada siang hari. Ketika malam hari, musang congkok ini mengeluarkan suara-suara yang dianggap ‘mistis’ pada malam hari yang gelap untuk berkomunikasi.

Musang congkok juga kerap turun ke tanah untuk mencari mangsanya

Fauna yang satu ini juga bergerak dengan sangat gesit dan cekatan, baik saat di daratan maupun saat memanjat menggunakan kaki- kakinya di pepohonan. Sedangkan makanan utamanya adalah mamalia kecil, burung, katak, hewan-hewan pengerat (seperti tikus) dan serangga.

Dalam kegiatan perburuan, mereka akan melakukan pengamatan dari dasar hutan kemudian menyergap mangsanya yang ada di darat atau atas pohon dengan cepat. Terkadang, hewan ini juga memakan beberapa buah-buahan seperti, buah coklat/kakau, kopi dan pepaya.

Musang congkok aktif di malam hari

Musang congkok hidup sendiri (tidak berkelompok), dengan anak betina yang tetap bersama induknya hingga dewasa. Namun, anak jantan akan langsung berpisah setelah induknya sapih. Jumlah anak yang mereka lahirkan biasanya berkisar antara 2-3 individu dan mampu bertahan hidup hingga berusia 10 tahun.

Baca juga : Ferret, Predator Kuat Mirip Musang yang Penampilannya Lucu

Musang congkok habitatnya di hutan hujan tropis yang lebat pepohonannya. Melansir berbagai sumber, satwa ini dapat ditemukan hingga di ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut. Musang congkok banyak dijumpai didaerah pegunungan-pegunungan di Aceh dan Sumatera Barat.

Musang congkok lebih suka hidup sendirian

Kerusakan habitat, pembukaan lahan, serta perburuan satwa ini untuk hewan peliharaan menjadi faktor ancaman nyata bagi musang congkok di habitatnya. Di Indonesia, satwa ini termasuk yang dilindungi oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106 Tentang Jenis Tumbuhan Dan Satwa Yang Dilindungi.

Sedangkan menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), status konservasinya masih kurang diperhatikan (least concern). Sedangkan oleh CITES didaftar sebagai Appendix II sejak tahun 1975. Tidak banyak yang diketahui mengenai musang congkok. Jadi berbagai kebiasaan serta keunikannya belum banyak terungkap. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Musang Congkok, Mamalia Langka Asal Sumatera Barat Bercorak Hitam dan Kuning


Kamis, 12 September 2024

Agenda Rutin Lomba Puter Pelung Laskar Jenggolo Sidoarjo Berjalan Lancar, Queen Pamer Kualitas



Lomba Puter Pelung Laskar Jenggolo kembali tergelar pada Minggu, 8 September 2024. Agenda lomba yang digagas oleh Laskar Jenggolo Sidoarjo ini menjadi kegiatan tetap setiap bulannya. Kegiatan diselenggarakan di Gantangan New PPKL JC Jl. Pucang Anom – Sidoarjo. Seperti pada kegiatan-kegiatan sebelumnya, panitia tetap hanya membuka satu partai yakni kelas Bebas.

“Hari ini kami mengadakan kegiatan seperti biasanya, yakni Lomba Puter Pelung Laskar Jenggolo Sidoarjo,” jelas Hariyono, Ketua panitia gelaran. Lebih lanjut disampaikan bahwa kegiatan ini menjadi agenda rutin di Gantangan New PPKL JC demi menyalurkan hobi anggungan puter pelung para penghobi.

Para peserta sedang mempersiapkan burungnya masing-masing

Utamanya para mania yang ada disekitar Sidoarjo. “Saya membuatkan kegiatan buat rekan-rekan kwok mania di Sidoarjo agar mereka bisa kumpul sekalian melatih burung puter pelung miliknya, sehingga burung-burung ini terbiasa tampil berkompetisi,” sambung Yoyon, begitu pria ini kerap disapa.

Setidaknya dengan adanya kegiatan tersebut, mereka yang berada di sekitar Kab. Sidoarjo bisa dengan leluasa memanfaatkan kesempatan tersebut. Guna mengetes, menguji, dan melakukan langkah demi memaksimalkan performa sang burung orbitan.

Diskusi singkat terjadi antar penghobi


Jumlah peserta masih tetap berada di level menyenangkan seperti biasanya. “Alhamdulillah, Lomba Puter Pelung Laskar Jenggolo sampai saat ini masih tetap tergelar dengan dukungan tetap dari peserta. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada para peserta dan juga pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dan perhatian,” terang Yoyon.

Sebelumnya panitia sempat kuatir kegiatan yang direncanakan tidak bisa berjalan sesuai rencana. Pasalnya list peserta yang disebar nyaris tidak terisi. Namun pihak panitia tetap hadir di lokasi dan tetap optimis, agenda rutinnya tetap berjalan.

Regristrasi peserta

Muhlis Hidayat, salah satu punggawa Laskar Jenggolo mengatakan bahwa kegiatan berupa lomba puter pelung tersebut digelar setiap sebulan sekali. “Lomba Puter Pelung Laskar Jenggolo rutin kami selenggarakan setiap bulan sekali,” ujar Muhlis.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan agar kwok mania bisa terus menyalurkan hobinya secara rutin karena menghadirkan juri. Seperti dalam kegiatan kali ini, beberapa pecinta puter pelung menampilkan burung-burung muda mereka.

Para peserta sabar menunggu rekannya yang masih dalam perjalanan

Lebih lanjut disampaikan bahwa kegiatan ini sebagai wujud untuk memberikan kesempatan kepada rekan-rekan mereka agar bisa lebih semangat untuk tetap eksis menekuni hobi. Selama ini para petarung ini lebih banyak ikut kegiatan lomba jauh di luar kota.

Beberapa agenda lomba mulai ramai diselenggarakan di luar kota. Maka salah satu upaya untuk menyiapkan gaco-gaco yang ada digelarlah lomba. Buat memastikan apakah burung-burung ini sudah siap untuk diturunkan di arena lomba.

Para kwok mania dipersilahkan panitia untuk segera menaikkan burungnya

Terlebih, kurang dari sebulan akan ada Lomba Nasional Puter Pelung, dalam rangka HUT AG BF Bangkalan bertajuk AG Bird Farm Cup I Bangkalan 2024. AG BF sendiri sangat familiar bagi hampir semua penggila lomba puter pelung.

Burung-burung dari kandang AG BF kerap menghiasi daftar teratas kejuaraan di Jawa Timur, Yogyakarta, dan Jwa Tengah. Tangan dinginnya juga seolah tidak pernah gagal dalam memoles calon jawara hingga tampil memukau di kejuaraan puter pelung.

Juri-juri yang bertugas

Perebutan posisi kejuaraan berlangsung seru dan menegangkan. Cuaca cerah dan cenderung panas, mengawal proses penjurian dari pertama sampai akhir. Empat babak penjurian berlangsung sukses dan lancar. Nyaris peserta yang mengikuti kegiatan Laskar Jenggolo ini mempunyai kualitas yang sama.

AG Bird Farm hadir dengan lima burung mudanya yang baru keluar dari kandang umbaran. Begitu juga ATM Bird Farm. Kehadiran burung-burung dari Bangkalan-Madura ini jadi tantangan tersendiri. Karena kualitas yang dipunyai tidak bisa dibilang biasa-biasa saja.

Suasana penjurian Lomba Puter Pelung Laskar Jenggolo

Begitu panitia menyatakan lomba dimulai, tidak banyak burung yang langsung tampil mempesona. Ada beberapa bahkan terlihat lambat panas, apalagi hawa pagi itu terasa gerah, khas hawa perkotaan. Namun perlahan namun pasti gantangan 42 sukses raih bendera lima warna.

Pada babak kedua, tampilan cantik gantangan 42 coba diimbangi oleh gantangan 16. Suara anggung yang mendayu-dayu berhasil mengantarkannya untuk mendapatkan bendera lima warna pula. Sayang di babak berikutnya tidak bisa mempertahankan performa cantiknya. Padahal hawa di lokasi sedikit lebih sejuk dengan hadirnya awan yang cukup tebal.

Para pecinta puter pelung santai menikmati alunan anggung burungnya di gantangan

Hingga empat babak penjurian berkahir dengan sukses dan lancar, sampai akhirnya posisi kejuaraan ditentukan. Untuk podium pertama berhasil diraih Queen, amunisi Mr Ho Sidoarjo, puter pelung ternakan FR 098 yang digantang pada nomor 42, dengan raihan tiga bendera lima warna dan sekali bendera tiga warna.

Pada urutan kedua dihuni Coba I debutan AG BF Bangkalan, puter pelung bergelang AG 16 yang digantang pada nomor 16, setelah mampu mengoleksi sekali bendera lima warna dan tiga kali bendera empat warna. Penampilan Coba I memberikan harapan untuk dapat menjadi pelapis gaco-gaco AG BF di arena yang lebih besar.

Abd. Latif serius mengamati performa burung gacoannya

Dan tempat ketiga dimenangkan Wagra Diagra orbitan Adam AR Sidoarjo, puter pelung ternakan Tujuh 1830 yang di gantang pada nomor 31. Wagra Diagra, mampu tampil stabil dengan raihan bendera empat warna. Raihan nilai di dasar suara tiga kali sepertinya bakal menjadikan Wagra Diagra mampu tampil kompetitif di lain waktu.

Diakhir acara, segenap panitia mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kehadiran peserta dan permintaan maaf disampaikan jika selama acara, ada hal-hal yang kurang berkenan. Agenda berikutnya, sepertinya bakal digelar seusai hajatan Lomba Nasional Puter Pelung AG Bird Farm Cup I Bangkalan 2024, dalam rangka merayakan HUT AG BF Bangkalan. (Ramlee)






Senin, 09 September 2024

Mata Lele, Tumbuhan Air Berprotein Tinggi yang Sangat Invasif Bermanfaat untuk Pakan Ternak Tambahan



Mata Lele (Lemna sp.) merupakan salah satu jenis gulma air yang banyak ditemukan tumbuh di kolam, danau atau waduk serta di daerah persawahan terutama pada saat padi masih tergenang air. Tanaman ini memiliki kemampuan tumbuh dengan cepat dan berkembang dengan baik pada berbagai kondisi iklim.

Banyak penyebutan tanaman ini di beberapa daerah, seperti Kiambang (Sumatera), Ganggeng, Kakarewoan (Sunda), Mata lele, Mata iwak (Jawa), dan Kembang aik (Lombok). Jika diperhatikan secara seksama, bentuk tumbuhan lemna memang mirip seperti mata ikan lele. Itulah mengapa tanaman ini dinamakan mata lele.

Pada Januari 2021 silam, masyarakat Pekalongan sempat digegerkan dengan fenomena banjir berwarna hijau. Setelah para pakar meneliti penyebab hijaunya air banjir tersebut, ternyata disebabkan berlimpahnya tanaman Duckweed (Inggris) atau mata lele.

Tumbuhan air mata lele berukuran sangat kecil

Jenis tumbuhan air ini dapat dikenali dari struktur akarnya yang disebut thallus. Akar ini menopang seluruh tanaman mata Lele yang biasanya tampak menggantung di air. Mata lele memiliki corak warna hijau yang terang dengan ukuran daun berkisar 6 – 8 mm saja. Mata lele bisa dikatakan sejenis daun dengan satu batang akar yang menempel di bagian bawahnya.

Baca juga : Semanggi, Gulma Tanaman Padi yang Mempunyai Sederet Manfaat

Mata lele sangat mudah tumbuh di perairan yang tenang dan terlindung dari angin. Tanaman mata lele diketahui memiliki proses tumbuh yang cepat. Dalam sistem budidayanya, mata lele dapat menghasilkan panen sebanyak 10 – 30 ton per ha setiap tahunnya.

Akar tanaman mata lele tampak menggantung di dalam air

Jika dihitung mulai dari pembibitan hingga berbiak, proses pertumbuhan duckweed hanya membutuhkan waktu sekitar 16 jam sampai 2 hari dengan suhu optimal dan matahari yang cukup. tanaman ini mampu hidup pada suhu 6-33oC dengan pH 5-9 (6.5-7.5).

Mata Lele sangat invasif di semua permukaan air tawar. Sekresi lengket yang dikeluarkan oleh tanaman ini dapat menarik laba-laba dan serangga tungau. Duckweed jika ditanam dihamparan yang luas dari kejauhan akan terlihat indah dan eksotik disenjakala.

Namun, oleh sebagian orang tanaman kiambang/mata lele dianggap sebagai tanaman pengganggu (gulma) pertumbuhan ikan, padahal tanaman ini memiliki kandungan gizi yang tinggi. Dibandingkan dengan jenis tanaman air lainnya, tanaman ini mengandung serat kasar relatif rendah dan memiliki tekstur daun hingga akar yang lunak sehingga memiliki daya cerna yang tinggi, bahkan mudah dicerna ayam, bebek, dan ikan.

Tanaman dari famili Lemnaceae ini telah banyak digunakan sebagai pakan tambahan untuk ikan, ayam, dan bebek di beberapa negara di Asia seperti Thailand, Bangladesh, dan India. Seiring berkurangnya lahan untuk memproduksi rumput, Lemna sp. mulai dimanfaatkan sebagai pakan hijauan pada pakan sapi.

Mata lele berkembang sangat cepat

Kandungan gizi Lemna sp. jauh lebih baik dibandingkan dengan bahan pakan dari tanaman lain, seperti Azolla sp., bungkil kedelai, dedak ataupun bungkil jagung, yang memiliki serat kasar tinggi sehingga hewan sulit mencernanya.

Baca juga : Genjer, Gulma Pertanian yang Nikmat dan Berkhasiat

Potensi pemanfaatan tanaman Lemna sp.untuk bahan pakan didukung oleh kandungan protein yang cukup tinggi yang berkisar antara 22-48% dan serat kasarnya yang tergolong rendah yaitu sekitar 4-9%, dan energi metabolismenya mencapai 2342 kkal/kg bahan kering.

Mata lele menyerbu lahan pertanian tanaman kangkung

Berdasarkan penelitian, tanaman mata lele ini mengandung asam amino yang cukup seimbang terutama lysin mencapai 6,9 gr/100 gr, metionin 1,4%, dan histidin 2,7%. Selain itu tanaman ini juga kaya mineral, dan vitamin A.

Nilai potensial dari pengembangan tanaman Lemna sp. menjadi lebih tinggi terutama berkaitan dengan kenyataan bahwa area lahan budidaya tanaman hijauan pakan ternak semakin sempit akibat bersaing dengan pemanfaatan untuk usaha tanaman pangan dan pemukiman.

Maka salah satu cara untuk mengatasi masalah ketersedian lahan budidaya adalah memanfaatkan lahan air untuk budidaya Lemna sp. Lemna sp. memiliki kandungan nutrisi cukup lengkap sebagaimana dibutuhkan oleh ternak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar protein Lemna sp. relatif tinggi dan susunan asam aminonya menyerupai protein hewani.

Karena itu, penggunaan Lemna sp. dapat menggantikan peran tepung kedelai dalam pakan tanpa mengubah pertumbuhan. Dari segi biaya produksi, mata lele sebagai tanaman yang dapat diproduksi dengan biaya yang murah. Mata lele tumbuh di air dan dapat dipupuk menggunakan kotoran ternak sehingga biaya perawatannya relatif murah.

Budidaya tanaman mata lele

Tanaman mata lele seringkali perlu dikeringkan atau ditepungkan sebelum disusun menjadi ransum. Proses pengeringan tidak diperlukan dalam penyusunan ransum untuk ayam dan babi. Prinsip utama pengeringan hijauan makanan ternak adalah mengurangi sebanyak mungkin jumlah air yang terkandung di dalamnya, baik untuk memperpanjang penyimpanannya maupun untuk tujuan pembuatan tepung Lemna sp.

Baca juga : Teratai, Tanaman Unik Asal Mesir yang Tumbuh di Permukaan Air Tenang

Jumlah kadar air dalam hijauan agar dapat bertahan lama, adalah 10-20%. Dikatakan juga bahwa proses untuk mencapai syarat kadar air seperti tersebut harus berlangsung dalam waktu yang singkat dengan tujuan untuk menekan kehilangan zat-zat makanan dalam jumlah yang banyak, terutama akibat pembusukan dan perkembangan mikroorganisme perusak.

Pengeringan tanaman mata lele dengan bantuan sinar matahari

Metode pengeringan menggunakan sinar matahari adalah cara yang paling praktis dan murah untuk mengeringkan mata lele. Metode pengeringan menggunakan sinar matahari disebut juga metode hamparan. Pengeringan dilakukan dengan cara menghamparkan Lemna sp. segar yang telah ditiriskan diatas nampan atau hamparan bilik, di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Kandungan air mata lele kering yang dihasilkan dari pengeringan ini masih tinggi yaitu 20 – 25%.

Pengeringan menggunakan oven merupakan cara yang lebih cepat, karena tidak bergantung pada kondisi cuaca. Mata lele yang telah dipanen ditiriskan sampai tidak ada air yang menetes kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 35 oC. Kandungan air mata lele yang dikeringkan dengan pengovenan sekitar 10-12%.

Tepung tanaman mata lele siap digunakan sebagai bahan pakan ternak ataupun yang lain

Tumbuhan air mampu berperan sebagai agen fitoremediasi, akumulator logam berat dan bio filter pengolah lembah cair. Fitoremediasi pakar definisikan sebagai pencuci polutan yang dimediasi oleh berbagai jenis tumbuhan termasuk pepohonan, rerumputan, serta tumbuhan air.

Pencucian sendiri diartikan sebagai penghancuran polutan menjadi bentuk yang tidak berbahaya. Karena itu, tanaman mata lele bisa sebut memiliki peran penting dalam pelestarian alam. Kendati demikian, para pembudi daya tumbuhan ini juga perlu berhati-hati. Pasalnya jika populasi tanaman duckweed mengalami blooming, maka sifatnya bisa berubah menjadi gulma air. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Mata Lele, Tumbuhan Air yang Berguna sebagai Pakan Ternak Alternatif Berprotein Tinggi


Latber Malam Road to Margo Trophy, Jaladri dan Maha Raja Raih Bendera Enam Warna, Bimo Juara

Setelah sukses pada penyelenggaraan latber sebelumnya, Latber Road to Margo Trophy kembali digelar pada Sabtu, 14 September 2024 di Gantanga...