Blog tentang hobi dan kreasi jadi rejeki

Sabtu, 22 Juli 2023

Jalak Bali, si Pengicau Cantik Endemik Pulau Dewata Bali




Burung Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang. Burung ini merupakan hewan endemik Indonesia. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Pulau Bali. Di daerah asalnya (Bali) disebut sebagai Curik dan pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang fauna Provinsi Bali.

Dahulu jalak bali pernah juga ditemukan di pulau Lombok. Tetapi itu diduga burung jalak bali yang bermigrasi sementara ke pulau Lombok. Sementara saat ini di pulau Lombok tidak pernah lagi ditemukan burung jalak bali. Jadi burung jalak bali ini hanya ada di pulau Bali.

Habitat asli jalak bali hanya terkonsentrasi di bagian barat pulau Bali. Penyebaran jalak bali secara alami hanya terdapat di Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Selain itu, penyebaran jalak bali terdapat di daerah Tegal Bunder, Lampu Merah, Batu Gondang, Prapat Agung, Batu Licin, dan Teluk Brumbun.

Taman Nasional Bali Barat jadi habitat alami burung jalak bali

Burung jalak bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali diberikan oleh Walter Rothschild, pakar hewan berkebangsaan Inggris, sebagai orang pertama yang mendeskripsikan spesies ini ke dunia pengetahuan pada tahun 1912.

Bulunya 90% berwarna putih bersih, pada ujung bulu sayap dan bulu ekornya ditemukan warna hitam lebarnya 25 mm. Pelupuk mata burung ini berwarna biru tua mengelilingi bola mata. Paruhnya runcing dengan panjang 2–3 cm, di bagian ujungnya berwarna kuning kecokelatan, dan rahangnya berwarna abu-abu kehitaman.

Jalak bali mempunyai suara kicauan yang khas

Panjang dari ujung paruh sampai ujung ekor kurang lebih 25 cm. Panjang kepala 5 cm, panjang leher 2 cm, panjang kaki (tidak termasuk paha) 4 cm, dan panjang sayapnya 13 cm. Panjang ekor 6 cm dengan warna kehitaman di ujungnya sepanjang 2 cm.

Baca juga : Jagal Papua, Predator Yang Pandai Menirukan Suara Burung Lain

Jumlah bulu sayap 11-12 helai dan jumlah bulu ekor 17-18 helai. Kepala burung jalak bali jantan lebih besar daripada betinanya dan berbentuk panjang. Sedangkan kepala betina lebih kecil dan cenderung bulat.

Sepasang burung jalak bali

Jambul burung jantan lebih panjang dan lebih indah, sedangkan jambul betina relatif lebih pendek. Ukuran tubuh burung jalak bali jantan lebih besar dan gagah, sedangkan bentuk tubuh jalak bali betina tampak lebih ramping. Bobot tubuh burung ini sekitar 107,75 gram.

Kicauan jalak memiliki suara yang khas berupa campuran siul yang memiliki jeda nada beberapa saat dan suara lengkingan. Burung ini tergolong burung bersuara ribut dan berceloteh keras, terkadang meniru suara burung lainnya.

Jalak bali merupakan satwa monogamus, yang artinya hanya memiliki satu pasangan dalam satu musim kawin, sehingga sex rasionya adalah 1:1. Burung ini memasuki masa produkstif ketika sudah berumur 7 – 9 bulan.

Di habitatnya atau di alam liar, jalak bali melakukan proses perkawinan pada umur dua tahun. Masa produktif jalak bali jantan dalam menghasilkan keturunan terbilang sangat panjang karena sampai berumur 17 tahun dan untuk betinanya sampai umur 12 tahun.

Jalak Bali dalam satu periode bertelur biasanya maksimal bertelur tiga butir

Di alam, burung ini menunjukkan proses berbiak pada bulan basah atau musim penghujan yakni antara bulan November hingga Mei. Setelah melakukan perkawinan, burung betina akan menghasilkan telur berbentuk oval memanjang dan berwarna biru. Proses pengeraman memerlukan waktu 17 hingga telur menetas.

Baca juga : Ciblek, Jenis Burung Pengicau Bersuara Nyaring

Perkawinan jalak bali di dalam penangkaran terjadi sepanjang tahun. Biasanya jalak bali yang telah bertelur dan menetaskan anaknya akan bertelur kembali setelah anaknya berusia sekitar 4-5 minggu atau jarak waktu bertelur sekitar dua bulan.

Jalak bali sering kali terlihat hidup berkelompok

Jalak bali menyukai habitat hutan mangrove, hutan rawa, hutan musim dataran rendah, dan daerah savana. Di habitat alaminya, jalak bali termasuk jenis burung yang suka terbang secara berombongan. Pada musim kawin mereka terbang secara berpasangan sambil mencari makan.

Satwa ini membuat sarang di dalam lubang- lubang pohon pada ketinggian 2,5-7 m dari tanah. Jalak bali beraktivitas setelah matahari terbit, yaitu pada pukul 05.00-05.30 burung-burung ini mulai terbang secara berkelompok mencari makan.

Hubungan simbiosis mutualisme antara rusa dan jalak bali yang saling menguntungkan

Radius pergerakan hariannya bervariasi dari 3-10 km tergantung pada keadaan lingkungannya. Rombongan jalak bali kembali menuju tempat tidur sebelum matahari terbenam, yaitu pada pukul 14.30. Jalak bali biasanya berada di semak-semak dan pohon palem di tempat terbuka, berbatasan dengan kawasan hutan yang rimbun dan tertutup.

Selain fisiknya dan suaranya yang menawan, burung ini memiliki keunikan ketika mencari makan, yaitu menggunakan paruhnya untuk menggali tanah gembur. Tujuan dari penggalian tanah tersebut adalah untuk mencari makanan berupa cacing, serangga, atau pun larva.

Pola makan jalak bali juga cukup unik, yakni hanya makan satu kali dalam sehari. la juga memanfaatkan tumbuhan sebagai makanannya, antara lain juwet, sotong atau jambu dan pisang. Dalam mencari makan burung ini melakukannya secara berkelompok, disamping itu jalak bali juga membuat formasi saat terbang agar memudahkan mereka menembus angin dan hujan.

Meskipun di alam jalak bali merupakan burung yang paling liar, tetapi aktivitas yang dilakukannya selalu diiringi komunikasi suara antar pasangan-pasangan yang ada. Jalak bali merupakan burung yang menyukai kebersihan. Burung jalak bali suka bermain air untuk membersihkan badannya.

Jalak bali sangat menyenangi kebersihan dengan selalu mandi di sumber air

Setelah itu, mereka akan mengeringkan tubuhnya dengan cara menggigit-gigit bulunya satu persatu. Pengeringan bulu ini dilakukan dengan berjemur di bawah sinar matahari dan bertengger di ranting-ranting pohon. Bulu-bulunya akan mengering dan kembali bercahaya.

Baca juga : Wambi, Burung Berkicau yang Menawan dan Sangat Gacor Saat Berkicau

Ada dua faktor utama yang menjadi hambatan atau bahkan ancaman bagi perkembangan burung jalak bali, yaitu predator di alam seperti biawak dan ular (sering dijumpai di wilayah Nusa Penida) dan perburuan liar. Kegiatan perburuan liar terhadap burung endemik Bali ini bisa memperparah keadaan.

Seekor jalak bali terlihat terbang bebas di habitat alaminya

Dahulu, jalak bali banyak diburu untuk menjadi koleksi penggemar burung kicauan, pastinya kegiatan ini akan mengubah tatanan dan struktur ekosistem di alam. Perburuan dapat menyebabkan jumlah burung jantan dan betina tidak seimbang sehingga menggagalkan proses reproduksi.

Kegiatan deforestasi yang tidak memperhatikan habitat flora dan fauna juga menyebabkan tempat hidup burung ini semakin sempit dan terdesak sehingga menyulitkannya untuk mencari makanan. Selain itu, kondisi lingkungan seperti musim kemarau yang panjang menjadikan habitat di Taman Nasional Bali Barat menjadi tidak toleran dan menurunkan kualitas dan harapan hidup jalak bali.

Berbagai upaya konservasi untuk menyelamatkan jalak bali dari kepunahan

Musim kemarau yang berlangsung terlalu lama akan mengurangi sumber air yang menjadi sumber utama kehidupan flora dan fauna. Untuk menekan kemerosotan populasi jalak bali, pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya konservasi, salah satunya adalah penetapan burung ini sebagai satwa liar yang dilindungi oleh undang-undang.

Pada peraturan terdapat larangan perdagangan satwa kecuali hasil dari penangkaran generasi ketiga atau bukan berasal dari indukan burung alam. Kini situasainya semakin menggembirakan dengan mulai maraknya penangkaran burung jalak bali di pulau Jawa oleh para penangkar burung. Dengan begitu kehidupan jalak bali ini dapat dipertahankan dan dihindari dari kepunahan. (Ramlee)



Sumber : remen.id


Jalak Bali, si Putih Bermata Biru Endemik Pulau Bali yang Nyaris Punah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latber Malam Road to Margo Trophy, Jaladri dan Maha Raja Raih Bendera Enam Warna, Bimo Juara

Setelah sukses pada penyelenggaraan latber sebelumnya, Latber Road to Margo Trophy kembali digelar pada Sabtu, 14 September 2024 di Gantanga...