Blog Hobi dan Informasi

Minggu, 09 Maret 2025

Nuri Kabare, Drakula Asli Tanah Papua yang Bernasib Malang



Nuri Kabare (Psittrichas fulgidus) merupakan spesies burung paruh bengkok (parrot) endemik tanah Papua, karena tidak ditemukan di wilayah lain. Bagi sebagian orang, penampilan burung nuri kabare mungkin dianggap kurang menarik, bahkan cenderung mirip burung nazar si pemakan bangkai.

Tetapi siapa sangka, spesies burung paruh bengkok (parrot) yang unik ini justru banyak diburu, karena bulu-bulunya memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Nuri kabare (pesquet parrot) sering juga disebut sebagai nuri elang atau nuri nazar. Inilah satu-satunya spesies anggota genus Psittrichas dari keluarga Psittrichasiidae.

Nama ilmiah nuri kabare Psittrichas fulgidus disematkan oleh naturalis asal Prancis, Rene Primevere Lesson ketika melakukan perjalanan keliling dunia pada 1822 – 1825 dan singgah di Papua. Rene pula orang pertama yang juga menemukan burung cenderawasih (Paradisaea) di habitat aslinya. Rene Primevere Lesson sempat dibuat terkejut dengan penemuan nuri kabare karena secara morfologi mirip dengan Curica Urubu (Pyrilia vulturina) dari Brasil.

Curica Urubu (Pyrilia vulturina) dari Brasil

Bila umumnya burung jenis paruh bengkok (parrot) ini memiliki warna-warna cerah hijau, biru, merah terang, kuning atau campuran, maka tidak demikian dengan nuri kabare. Burung ini juga dikenal dengan sebutan dracula parrot atau burung nuri drakula ini memiliki ukuran tubuh terbesar di antara jenis burung nuri lainnya.

Baca juga :  Nuri Bayan, Burung Paruh Bengkok Cantik Berperilaku Unik

Panjang tubuhnya mencapai 40 – 46 cm sentimeter dengan berat sekitar 680 – 800 gram, dengan bentuk paruh yang sempit dan runcing. Paruhnya mirip dengan burung elang berwarna kehitaman. Nuri kabare memang cenderung berperawakan galak.

Nuri Kabare betina

Terdapat bulu tipis di sekitar kepalanya berwarna hitam pekat hingga ke bagian paruh bengkoknya, mengingatkan kepada perawakan burung elang. Karena itu nuri kabare kerap dijuluki sebagai nuri elang. Bulu pada tubuhnya didominasi oleh warna hitam di bagian kepala, leher hingga dada dan bagian dorsal tubuhnya (punggung hingga ujung ekor).

Sedangkan bulu di perutnya berwarna merah hingga pangkal ekor dan sedikit di bagian sayap. Nuri kabare memiliki ciri khas yakni sedikitnya bulu di atas kepalanya dengan bentuk kepalanya yang cenderung botak, bertubuh tegap, berleher panjang, dan bentuk paruh mirip burung pemakan bangkai.

Burung nuri kabare jantan dan betina memiliki kemiripan karena bentuk dan warnanya yang sama, yang membedakan hanya pada bagian belakang mata. Pada burung jantan ada sedikit bulu berwarna merah, sedangkan betina tidak ada. Ukuran pejantan sedikit lebih besar dari betina. Pada burung remaja, bulu merah di sayap dan perut berwarna lebih kusam.

Secara perilaku, nuri kabare disebut juga sebagai kasturi raja (Pesquet parrot). Nuri kabare juga dikenal juga sebagai Dracula parrot, namun begitu, nuri yang satu ini bukan jenis burung pemangsa. Mereka lebih doyan makan berbagai jenis biji-bijian, kacang-kacangan, dan buah-buahan. Terkadang nuri kabare juga memakan bunga dan nektar serta berperan penting sebagai penyebar biji dan otomatis menambah jumlah pepohonan.

Sepasang Nuri Kabare

Burung ini senang mengonsumsi buah ara, semacam buah bergetah dari pegunungan di Papua dan itu membuat bulu bagian kepala nyaris botak. Mungkin hal ini merupakan bentuk adaptasi dari kebiasaannya menyantap buah-buahan yang bergetah lengket. Yang kemudian berevolusi menjadi setengah botak agar ara tidak menempel di bagian kepala. Bentuk kepalanya yang cenderung botak itu membuatnya dijuluki “nuri nazar”.

Baca juga : Nuri Talaud, Legenda Sang Biduan dari Bumi Porodisa

Nuri kabare aktif saat siang hari (diurnal), aktivitas sehari-hari terlihat sering berpasangan dan terkadang berkelompok, terdiri dari 8 – 20 individu. Nuri kabare mendiami 1 – 3 pohon tinggi yang letaknya berdekatan. Burung ini sangat jarang sekali mengeluarkan suaranya.

Berperawakan seram tetapi Nuri Kabare bukan jenis burung predator

Suara nuri kabare lebih mirip geraman yang serak. Burung ini lebih sering terlihat terbang sambil mengeluarkan suara seperti jeritan atau bertengger di dahan. Nuri unik ini sangat pelit mengeluarkan suara, kontras dengan nuri pada umumnya yang selalu bawel.

Ketika bersama kelompok kecilnya, nuri kabare sangat berisik. Suaranya berupa geraman keras yang parau, tidak berirama, namun bisa terdengar hingga jarak yang sangat jauh. Nuri kabare umumnya berjalan dengan gaya melompat-lompat dan merangkak seperti halnya perilaku burung jenis paruh bengkok lainnya.

Nuri kabare membangun sarang dengan melubangi pepohonan tinggi yang letaknya saling berdekatan. Di habitat aslinya, nuri kabare mendiami daerah perbukitan dan kaki gunung di Papua dan Papua Nugini di ketinggian 100 – 1.800 meter di atas permukaan laut. Nuri kabare mampu menghasilkan 2 – 3 telur saat bereproduksi dan dapat bertahan hidup hingga usia 9 tahun.

Keunikan burung inilah yang menyebabkan nuri kabare menjadi buruan oknum tidak bertanggung jawab. Perburuan besar-besaran di habitatnya karena adanya permintaan pasar untuk dijadikan satwa koleksi, di samping terjadinya pembalakan liar.

Suara Nuri Kabare berupa geraman keras yang parau dan tidak berirama

Hal lain yang menjadi ancaman kehidupan nuri kabare dan spesies burung lainnya adalah relasi sosial masyarakat setempat. Terutama suku-suku di pedalaman Papua yang memanfaatkan burung sebagai ornamen adat pada ikat kepala dan pakaian serta bentuk-bentuk lainnya.

Baca juga : Serindit, Jenis Burung Paruh Bengkok Kecil yang Biasa Tidur Menggantung ke Bawah

Di habitatnya, mengutip data Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua, saat ini populasi nuri kabare di alam liar tidak lebih dari 21 ribu ekor. Peraturan Menteri (Permen) Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor 20 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi memasukkannya sebagai burung yang perlu dilindungi.

Nuri Kabare suka bertengger di dahan-dahan pohon yang tinggi

Dalam permen tersebut, nuri kabare dimasukkan dalam daftar hewan dilindungi nomor 588. Sedangkan International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) memasukkannya ke dalam Daftar Merah (Redlist) kategori Rentan (Vulnerable) sejak 1 Oktober 2017.

IUCN memprediksi terdapat sekitar 20 ribu-40 ribu ekor nuri kabare di Pulau Papua dan penyebarannya sebagian besar di Fakfak, Kumawa, dan Cyclops dalam area seluas 689 ribu kilometer persegi. Mereka mencantumkan tren populasi nuri kabare dengan status “Decreasing”, artinya satwa ini akan semakin berkurang jumlahnya di habitatnya setiap saat.

Konservasi ex situ Nuri Kabare, salah satu cara menyelamatkan dan melindunginya dari ancaman kepunahan di masa depan

Sejumlah lembaga konservasi berupaya melakukan penangkaran nuri kabare di luar habitatnya atau ex situ. Misalnya Kebun Binatang Gembira Loka, Taman Satwa Lembah Hijau Lampung dan Taman Safari Indonesia (TSI). Seperti dikutip dari laman situs TSI disebutkan bahwa nuri elang yang mereka sapa kasturi raja berhasil menetaskan telurnya untuk pertama kali pada Maret 2020. Pengelola TSI bahkan sampai harus membuatkan sarang tiruan berupa lubang sedalam 1-2 meter di pohon palem untuk induk nuri kabare mengeram dan menetaskan telur.

Upaya konservasi ex situ nuri kabare secara global sudah lama dilakukan, sejak sekitar era 1980-an. Jurong Bird Park Singapura merupakan konservasi ex situ paling sukses menangkarkan nuri kabare ini. Keberhasilan upaya konservasi ex situ nuri kabare merupakan salah satu cara menyelamatkan dan melindungi satwa endemik Papua tersebut dari ancaman kepunahan di masa depan. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Nuri Kabare, Mutiara Hitam Tanah Papua yang Terancam Punah


Sabtu, 08 Maret 2025

Cica Matahari, Salah Satu Spesies Burung Endemik langka yang Mirip Cendet



Cica matahari (Laniellus albonotatus) merupakan salah satu spesies burung endemik Indonesia yang keberadaannya mulai sulit ditemukan di alam liar. Jenis burung yang satu ini memiliki nama lain seperti pentet matahari, cendet matahari, maupun cendet kembang. Burung ini disebut juga spotted crocias.

Dan karena penampilannya sekilas mirip pentet atau cendet, sebagian kicaumania kita menyebutnya dengan nama cendet kembang atau cendet matahari. Tetapi keduanya tidak memiliki hubungan kekerabatan, sebab cendet termasuk dalam keluarga Lanidae, sedangkan cica matahari termasuk keluarga Timaliidae.

Meski sepintas ada kemiripan antara cica matahari dan cendet / pentet, tetapi jika dicermati lebih lanjut terdapat beberapa perbedaan yang menyolok, terutama warna dan motif bulu-bulunya. Wilayah persebaran burung ini terbatas di sekitar Jawa Barat.

Cica matahari semakin sulit ditemui di habita alaminya

Saat ini masih dapat ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, tetapi mulai jarang terlihat (langka) di beberapa kawasan yang dulu juga menjadi habitat burung cica matahari, misalnya di Taman Nasional Gunung Halimun.

Baca juga :  Cica-kopi melayu, Burung Lokal yang Rajin Bunyi

Dalam jumlah terbatas, burung ini sebenarnya juga masih bisa dijumpai di beberapa kawasan hutan pegunungan di Jawa dan Sumatera. Namun sangat disayangkan, masih ada yang memperdagangkan burung langka dan sudah dimasukkan dalam daftar burung dilindungi di Indonesia.

Cica Matahari merupakan burung pemakan buah-buahan

Habitat cica matahari adalah kawasan hutan tropis dan subtropis. Menipisnya populasi cica matahari, sehingga statusnya kini menjadi Near Theatened/NT (Terancam), kemungkinan disebabkan maraknya perburuan liar plus rusaknya habitat mereka.

Meski kicauannya terlalu keras dan cenderung monoton, rupanya masih banyak juga kicaumania yang menyukainya. Makanan utama burung cica matahari adalah buah-buahan seperti pisang dan pepaya. Mereka juga menyukai serangga kecil seperti jangkrik, ulat, kupu-kupu, katak kecil, dan ikan-ikan kecil.

Burung cica matahari mempunyai bentuk tubuh yang tergolong sedang dengan ukuran panjang berkisar antara 20 cm, bagian tubuh tersebut dilengkapi kepala yang cenderung bulat. Tubuhnya tampak diselimuti oleh beragam warna yang terlihat agak gelap tapi tidak kusam.

Variasi warna yang ada di tubuh burung Cica Matahari cukup beragam yang di antaranya adalah hitam, merah kecokelatan, dan putih. Warna hitam tampak dibagian atas kepala, sisi pinggir sayap, ekor, dan paruhnya. Warna merah kecokelatan terlihat dibagian atas tubuhnya yang meliputi area punggung, sisi bawah sayap, dan dekat pangkal ekornya.

Kicauan Cica Matahari terdengar monoton

Warna putih tampak dibagian atas dan bawah tubuhnya yang meliputi area punggung berupa bintik-bintik mirip sisik, sisi pinggir sayap, tenggorokan, dan perutnya. Tubuh burung Cica Matahari tampak sedikit gemuk dengan kepala yang berukuran agak besar dengan paruh pendek dan tebal. Burung ini memiliki ekor yang cukup panjang yang terdiri dari beberapa helai bulu. Pupil matanya terlihat berwarna hitam dengan area sekitar pupil berwarna merah saga.

Baca juga : Cucak Ijo, Burung Favorit Penghobi di Lomba Ocehan yang Semakin Langka

Burung cica matahari jantan memiliki paruh tipis. Sedangkan yang betina memiliki paruh yang cenderung tebal dari biasanya. Adapun warna pada tubuhnya juga dilengkapi garis yang cenderung rapi pada jenis jantannya, sedangkan jenis betina terdapat garis-garis yang abstrak atau tidak beraturan.

Cica Matahari termasuk burung yang pemalu

Di alam liar, burung cica matahari biasanya bergerak secara sendirian ataupun terkadang bergabung dalam satu kelompok. Saat mencari makanan seringnya burung ini menyantap aneka jenis serangga dan buah-buahan yang banyak terdapat di hutan pegunungan.

Selain itu, bila waktu musim berbiak tiba tepatnya pada saat bulan Desember hingga Maret biasanya sang indukan mampu mengerami telur hingga sebanyak dua butir. Terbatasnya wilayah persebaran burung cica matahari membuatnya rentan mengelami kepunahan.

Kicauan burung cica matahari sebenarnya tidak terlalu merdu dan bervariasi seperti burung Cendet. Tetapi volume kicauan cica matahari tergolong cukup tinggi dan keras sehingga terdengar agak melengking di telinga.

Selain itu, kicauannya cenderung monoton dengan sering melakukan pengulangan nada secara terus menerus. Bunyi nada kicauannya yang terdengar keras dan serak ini mirip seperti “briioww… briioww… briioww” dengan durasi waktu hingga mencapai 30 detik.

Sepasang Cica Matahari di alam liar

Burung cica matahari tergolong cukup pemalu dengan suka menyembunyikan dirinya dibalik lebatnya dedaunan pohon dan lebih sering mengeluarkan bunyi kicauannya dibanding harus menampakkan dirinya. Hal ini mengingat bahwa area pegunungan masih jarang dihuni manusia dan ditambah banyak pohon yang ada di hutan sehingga burung lebih suka berinteraksi dengan sesama jenisnya.

Baca juga : Cucak Jenggot, Burung Berkicau yang Sering Dijadikan Bahan Masteran Murai Batu

Kini burung cica matahari populasinya kian terancam. Untuk itu pemerintah pun memasukkan burung cica matahari sebagai salah satu jenis satwa liar yang keberadaannya dilindungi undang-undang sehingga tidak boleh ada yang menangkap maupun memperdagangkannya termasuk juga memeliharanya.

Meskipun Cica Matahari mempunyai kicauan yang tidak merdu tetapi masih menarik minat kicau mania

Ini karena luas lahan yang menjadi habitat hidup dari buurng cica matahari terus tergerus dengan maraknya pembalakan liar ataupun kebakaran hutan. Selai itu, perburuan liar memperburuk keberadaan burung ini di alam liar. Harus ada upaya konkret untuk menjaga kelestarian burung cica matahari. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Cica Matahari, Burung Endemik Jawa Barat yang Mirip Cendet Kini Semakin Langka


Jumat, 07 Maret 2025

Sengayan, Burung Puyuh Bermahkota Mempunyai Satu Pasangan Tetap Seumur Hidupnya



Sengayan (Rollulus rouloul) merupakan unggas cantik bertubuh mirip bola dengan ukuran badan kecil dan gemuk. Sengayan termasuk salah satu jenis burung puyuh berukuran kecil. Biasanya ditemui di daerah perbukitan atau dataran rendah yang dekat dengan air dengan ketinggian hingga 1200 mdpl.

Burung puyuh jenis (Coturnix coturnix) dipelihara untuk memproduksi telur atau diambil dagingnya. Tetapi tidak semua burung puyuh merupakan hewan ternak untuk kebutuhan konsumsi. Ada juga burung puyuh hias yang memiliki keindahan warna bulu dan suaranya. Diantaranya adalah burung puyuh sengayan.

Puyuh sengayan betina

Tidak banyak yang tahu bahwa di lantai hutan tropis dataran rendah dan perbukitan Kalimantan termasuk di sekitar area Taman Biodiversitas Suluh Pambelum Kecamatan Petak Malai, Kab. Katingan Kalimantan Tengah terdapat spesies burung eksotis yang mempesona. Masyarakat setempat menamainya burung “Siau” yang secara umum dikenal dengan burung puyuh sengayan.

Baca juga : Puyuh, Bangsa Burung Kecil yang Telah Dibudidayakan sejak 700 Tahun Lalu

Puyuh sengayan merupakan satu-satunya burung di dalam genus tunggal Rollulus. Puyuh sengayan, atau dikenal juga sebagai White-crowned Wiretail. Banyak juga yang menyebut dengan puyuh bermahkota atau puyuh jambul. Puyuh sengayan adalah burung yang menakjubkan dan menjadi bagian dari keanekaragaman hayati di Asia Tenggara.

Sepasang burung puyuh sengayan

Spesies ini mendiami hutan-hutan tropis dataran rendah dan perbukitan. Burung cantik bertubuh mirip bola ini, dapat sulit terlihat saat mencari makan diam-diam di lantai hutan pada habitat hutan basah kesukaannya. Banyak terdapat di Thailand, Myanmar, semenanjung Melayu, pulau Sumatera dan Kalimantan.

Menurut informasi dari masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, burung sengayan juga ditemukan dalam kawasan TNTN. Nama lokal “Puyuh Sengayan” merujuk pada penampilan unik dan perilaku burung ini.

Di alam liar puyuh sengayan sering terlihat di sumber air

Perbedaan antara burung jantan dan betina dapat dikenali dengan mudah. Jantan dewasa memiliki bulu berwarna biru keunguan mengkilap, paruh bawah berwarna merah dan dahi berwarna putih dengan jambul tegak seperti bulu sikat berwarna merah.

Baca juga : Ayam Hutan Hijau, Ayam Endemik Indonesia yang Diambang Kepunahan 

Burung puyuh sengayan betina memiliki kepala dan jambul pendek berwarna abu-abu, sayap kecoklatan dan bulu berwarna hijau. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Salah satu sifat uniknya burung ini adalah ia termasuk hewan yang cenderung untuk bersikap setia pada pasangannya (monogami).

Puyuh sengayan hidup berkelompok

Meski dalam berkembang biak, betina dapat menghasilkan sekitar 5 – 6 butir telur, namun maraknya alih fungsi hutan untuk berbagai kepentingan manusia perlahan namun pasti semakin mengancam populasi spesies ini. Lama mengeram sekitar 18 hari.

Burung puyuh sengayan ini terkenal dengan perilaku sosialnya. Puyuh sengayan biasanya ditemukan dalam kelompok kecil. Dan burung puyuh sengayan ini sering berkomunikasi antar anggota kelompok yang dilakukan melalui panggilan khas yang biasa digunakan.

Puyuh sengayan mempunyai penampilan yang menarik

Panggilan ini tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi antar anggota kelompok. Tetapi juga berfungsi untuk menarik perhatian pasangan saat musim kawin. Jeritan, siulan meratap naik turun “si-il”, berulang dalam seri yang mantap, biasanya terdengar pada dini hari.

Baca juga : Ayam Tukung, Unggas Lokal Kalimantan Barat Tanpa Ekor yang Mulai Langka

Makanan utama burung ini adalah serangga dan invertebrata kecil lainnya, tetapi burung ini juga dapat mengonsumsi buah dan biji. Burung puyuh sengayan membangun sarang di semak-semak atau dahan rendah, yang memberikan perlindungan dari pemangsa.

Puyuh sengayan betina bersama anaknya

Puyuh Sengayan adalah burung yang menonjol dalam dunia ornitologi karena penampilan fisiknya yang khas dan perilaku sosialnya. Dengan terbatas habitat dan ancaman deforestasi, melindungan habitat alami burung puyuh sengayan sangat penting untuk memastikan masa depan spesies ini.

Sifat monogami barangkali juga menjadi perihal penyebab semakin cepatnya penurunan Puyuh Sengayan, karena bagaimanapun menangkap salah satu pasangan akan berdampak bagi salah satu yang lainnya karena sifat mereka yang hidup dan kawin hanya dengan satu pasangan tetap.

Puyuh sengayan kini banyak yang menangkarkannya

Puyuh Sengayan dievaluasikan sebagai berisiko hampir terancam di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix III. Appendix III merupakan lampiran yang memuat daftar spesies tumbuhan dan satwa liar yang telah dilindungi di suatu negara tertentu dalam batas-batas kawasan habitatnya, dan memberikan pilihan (option) bagi negara-negara anggota CITES bila suatu saat akan dipertimbangkan untuk dimasukkan ke Appendix II, bahkan mungkin ke Appendix I. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Sengayan, Burung Puyuh Hutan dengan Penampilan Cantik yang Mulai Langka


Rabu, 05 Maret 2025

Dingiso, Kanguru Pohon Mirip Beruang yang Dianggap Sakral di Papua



Dingiso (Dendrolagus Mbaiso) merupakan jenis kanguru pohon yang sebagian besar hidup di Camp Endasiga, Kampung Sakumba, Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya. Di Pulau Papua terdapat empat jenis kanguru pohon. Diantaranya kanguru pohon Mantel Emas, kanguru pohon Wondiwoi, Kanguru pohon Huon, dan Dingiso atau kadang disebut juga dengan nama bondegezou.

Dingiso belum sepopuler satwa Papua lainnya seperti burung kasuari dan cenderawasih, karena memang dingiso tidak banyak diketahui publik. Dingiso termasuk satwa langka dan misterius yang tidak mudah untuk ditemukan, namun, beberapa sumber seperti Animalia dan Econusa mencatat populasi mamalia ini terdapat di Barisan Sudirman, Provinsi Papua Tengah, dan juga Taman Nasional Lorentz.

Taman Nasional Lorentz yang indah

Satwa ini hidup di semak belukar dan hutan pegunungan dengan ketinggian sekitar 3.200-4.400 mdpl, yang merupakan kategori zona sub alpine. Menurut Balai taman nasional Lorentz (2010) zona sub alpine di kawasan taman nasional lorentz dibedakan atas zona sub alpine bawah dengan elevasi 3200 hingga 3650 mdpl dan zona sub alpine atas dengan elevasi 3650 – 4170 mdpl.

Baca juga : Walabi, Kanguru Mini Khas Papua yang Semakin Langka

Kanguru pohon dingiso masih berkerabat dengan kanguru terestrial yang ada di Australia. Mereka sama-sama bagian dari keluarga marsupial Macropodidae. Yakni golongan hewan marsupial alias hewan berkantung yang bersifat herbivora dan hidup di wilayah Australia dan Nugini, termasuk Papua. Oleh karena itu, dingiso juga tergolong sebagai kanguru, tepatnya kanguru pohon.

Kangguru tanah Papua (Paunaro)

Namun, tidak seperti kanguru di darat (kanguru tanah) yang panjang badan dan ekornya bisa mencapai 2,5 meter, kanguru pohon berukuran lebih kecil. Dingiso memiliki rata-rata panjang kepala hingga tubuh 52 – 81 cm, panjang ekor 40 – 94 cm, dengan berat badan 6.5 – 14.5 kg.

Dingiso memiliki ekor yang panjang, bagian belakang yang berkembang dengan baik dan memindahkan kedua kaki belakang pada waktu yang sama memiliki gaya berjalan yang khas, kanguru pohon, seperti namanya, disesuaikan dengan kehidupannya di pepohonan.

Dilihat dari bentuk fisik, dingiso malah lebih menyerupai beruang daripada kanguru. Telapak kaki besar dingiso itu seperti bantalan ditutupi dengan kulit kasar yang dikombinasikan dengan kuku melengkung, memberikan cengkraman yang kuat pada batang pohon dan dahan. Ekor panjang berbulu membantu keseimbangan dingiso saat bergerak di pepohonan, serta menguatkan posisinya saat memanjat.

Bulu dingiso yang cukup panjang sebagian besar berwarna hitam, terutama pada bagian kepala, punggung, tangan, dan kaki. Namun, beberapa bagian tubuhnya seperti moncong, leher, dada dan perut berwarna putih. Hewan ini Aktif pada siang dan malam hari, kanguru pohon memakan daun dan buah, yang mereka makan di pohon dan di lantai hutan.

Kanguru Mantel Emas (Dendrolagus pulcherrimus)

Kanguru pohon biasanya senang menghabiskan waktunya di pepohonan. Satwa ini cekatan ketika naik turun pohon atau melompat dari satu pohon ke pohon lainnya dengan seimbang. Namun, beberapa sumber menyebutkan jika dingiso tidak seperti kanguru pohon lainnya dan lebih banyak menghabiskan waktu di daratan.

Baca juga : Tarsius, Primata Bertubuh Mungil Bermata Besar Paling Langka di Dunia yang Setia pada Pasangannya

Dingiso memiliki bentuk fisik yang tidak seperti spesies kanguru pohon lainnya. Tungkai bawah/kaki dingiso berdekatan jadi dapat menghambatnya untuk mengenggam batang pohon. Ekornya tidak sepanjang jenis kanguru pohon yang lain jadi akan menyulitkannya untuk seimbang ketika berada di atas pepohonan.

Kanguru Wondiwoi (Dendrolagus mayri)

Ketika hendak turun dari pohon, dingiso tidak melompat melainkan turun perlahan dengan bagian ekor terlebih dahulu menyentuh tanah. Dingiso juga memiliki benjolan di kaki yang mirip dengan spesies musky-rat kangaroo (Hypsiprymnodon moschatus), kanguru terestrial yang hidup di hutan hujan tropis Australia.

Berdasarkan penelitian, dingiso mengalami peralihan dari hewan arboreal ke terestrial. Namun, kurangnya penelitian membuat perilaku dan kebiasaan hidup dingiso tidak banyak terungkap. Keberadaan satwa herbivora ini baru diketahui dunia sains di tahun 1995 ketika zoologist dari Australia dan Indonesia, Tim Flannery dan Boedi, serta anthropologist Alexandra Szalay, menuangkan penemuan kanguru pohon baru ini di Jurnal Mammalia.

Tidak ada yang tahu pasti berapa banyak jumlah dingiso yang berada di habitatnya saat ini. Hewan ini memang cukup misterius karena keberadaannya sulit ditemukan dan masih kurangnya penelitian yang mengangkat dingiso. Namun, berbagai pihak memperkirakan jika populasi marsupial ini terus menyusut akibat berbagai aktivitas manusia.

Bagi Suku Moni yang terdapat di Papua, dingiso bukanlah binatang biasa, satwa ini dianggap sebagai leluhur mereka. Oleh karenanya, satwa termasuk hewan terlarang/sakral sehingga tidak boleh diburu apalagi sampai memakannya. Meski menjadi hewan yang dilindungi oleh masyarakat Suku Moni, menurut WWF, perburuan dingiso masih dilakukan oleh beberapa komunitas adat di Papua untuk konsumsi atau keperluan upacara.

Kanguru Huon (Dendrolagus matschiei)

Akibatnya, populasi dingiso terus menurun. Selain itu, populasi dingiso juga menghadapi tekanan akibat perubahan iklim serta peningkatan populasi manusia yang berimbas pada alih fungsi hutan habitat dingiso saat ini. Diperkirakan jika dalam tiga dekade terakhir, populasi dingiso berkurang lebih dari 80 persen.

Baca juga : Kuskus, Satwa Berkantung yang Pemalu Endemik Indonesia Timur Berbulu Halus Kian Terancam Punah

Karena penurunan populasi tersebut, IUCN memberikan status endangered/terancam punah pada dingiso. Sayang sekali, kurangnya informasi mengenai dingiso membuat satwa ini belum banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia. Padahal kanguru pohon ini sangat spesial karena cuma ada di Papua saja. Dengan berbagai ancaman terhadap keberadaannya.

Penampilan dingiso mirip dengan beruang

Sayang sekali, kurangnya informasi mengenai dingiso membuat satwa ini belum banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia. Padahal kanguru pohon ini sangat spesial karena cuma ada di Papua saja. Dengan berbagai ancaman terhadap keberadaannya, semoga saja ada upaya konservasi serius yang dilakukan untuk menyelamatkan keberadaannya. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Dingiso, Kanguru Pohon Langka Dari Pegunungan Tengah Papua


Senin, 03 Maret 2025

Amarilis, Tanaman Hias Berbunga Besar dan Berwarna-warni yang Mekar Setahun Sekali



Amarilis merupakan salah satu jenis tanaman hias yang memiliki bunga besar berbentuk terompet yang tumbuh dalam berbagai warna. Mulai dari warna merah hingga merah muda, putih, oranye, salmon, atau merah anggur. Tanaman ini sering disebut sebagai ‘terompet alam’ karena bentuk kelopak bunganya yang unik, seolah-olah menyambut keindahan dunia.

Amarilis berasal dari wilayah yang hangat dan cerah di Amerika Selatan, khususnya Brasil dan Peru. Nama ‘Amaryllis’ berasal dari mitologi Yunani yang berarti bersinar atau berkilau. Nama ini sangat cocok menggambarkan keindahan bunga amarilis yang memiliki pancaran warna cerah yang mampu menerangi taman atau ruangan tempatnya berada.

Dalam kisah mitologi, Amaryllis adalah seorang peri yang cintanya bertepuk sebelah tangan pada seorang pemuda bernama Alteo. Untuk menarik perhatiannya, Amaryllis mengenakan gaun merah menusukkan hatinya dengan panas emas di depan sang pemuda hingga tewas. Setelah wafat, muncul bunga merah di depan rumah Alteo yang terus bermekaran. Konon katanya bunga itu berasal dari darah sang peri.

Amarilis mempunyai bunga yang mempesona

Bunga amarilis melambangkan kebanggaan, ketekunan, dan kecantikan yang memesona. Warna-warnanya yang mencolok sering diasosiasikan dengan kekuatan dan kepercayaan diri, menjadikannya hadiah bermakna bagi mereka yang sedang memulai perjalanan baru atau menghadapi tantangan.

Baca juga : Bunga Desember, Tanaman Hias Unik yang Mekar pada Akhir Tahun

Di beberapa budaya, amarilis juga dianggap sebagai simbol keberanian dan ketahanan. Bunga ini sering dijadikan hadiah bagi mereka yang baru saja sembuh dari penyakit atau berhasil melewati masa sulit dalam hidup. Budidaya tanaman amarilis telah dimulai pada abad ke-18.

Amarilis berbunga sekali setahun

Sampai saat ini ada lebih dari 600 varietas yang tumbuh di dunia. Biasanya bunga amarilis dibudidayakan untuk keperluan hias dan menggunakannya untuk membuat berbagai rangkaian bunga. Di Indonesia tanaman ini bisa tumbuh pada daerah bersuhu 18 derajat Celsius sampai 20 derajat Celsius.

Tanaman yang masuk ke dalam golongan sistem perakaran serabut yang tumbuh dari dasar umbi. Tanaman yang bisa ditanam tunggal dan berkelompok ini memiliki akar berwarna putih. Ia termasuk tanaman herba yang menahun. Memiliki ketinggian 40 hingga 60 cm.

Amarilis memiliki umbi yang lebarnya bisa 2 hingga 10 cm. Umbi tanaman amarilis ini akan menghasilkan 3 sampai 7 daun dan 2 tangkai berbunga. Amarilis memiliki batang tegak dan berongga, batang tersebut berwarna hijau dengan semburat warna ungu.

Daunnya tumbuh dari ujung umbi tanpa tangkai daun berbentuk memanjang menyerupai pita dengan pertulangan daun sejajar. Daunnya tersusun saling berhadapan dan saling menelangkup sehingga membentuk suatu bidang menyerupai kipas.

Amarilis berkembangbiak dengan umbi

Tanaman ini berdaun tunggal berwarna hijau dengan panjang 30 hingga 60 cm. Lebarnya mencapai 3 sampai 6 cm. Daunnya runcing dengan pangkal yang tumpul dengan pertulangan sejajar. Sedangkan untuk bunganya seperti terompet atau lonceng ketika mekar, terlihat indah mempesona dengan mahkota bunga yang tersusun atas dua buah lingkaran.

Baca juga : Teratai, Tanaman Unik Asal Mesir yang Tumbuh di Permukaan Air Tenang

Keduanya itu masing-masing terdiri atas tiga segmen yang saling terpisah. Amarilis menghasilkan 2 hingga 12 bunga berbentuk corong, mencolok dan harum di atas tangkai berbunga. Bunga terdiri dari 6 tepal yang biasanya berwarna putih dengan urat merah tua, berwarna ungu atau merah muda.

Biji bunga amarilis

Tanaman ini cukup tangguh terpapar matahari langsung, meski begitu pada awal pertumbuhannya membutuhkan keadaan yang sedikit teduh. Sinar matahari akan sangat dibutuhkan ketika perakarannya mulai terbentuk dan pemunculan tunas sampai munculnya kuncup bunga. Amarailis berbunga hanya sekali saja dalam setahun.

Bunga ini bisa tumbuh di segala jenis tanah steril dan lembap dengan drainase baik serta dengan kisaran pH 6,0 sampai 7,5. Seperti tanaman pada umumnya, khususnya tanaman berbunga. Bunga amarilis juga memiliki faktor penghambat dalam pembungaan, yakni florigen atau produksi hormon pembungaan yang diinduksi oleh kondisi lingkungan.

Dengan perawatan yang baik, amarilis bisa berbunga setiap tahun tanpa perlu ditanam ulang. Setelah berbunga, tanaman ini membutuhkan masa dormansi selama beberapa bulan sebelum kembali berbunga pada musim berikutnya. Amarilis memiliki laju pertumbuhan yang luar biasa. Dalam waktu hanya 6 hingga 8 pekan, tanaman ini dapat tumbuh dari umbi menjadi bunga mekar penuh.

Umbi amarilis bisa bertahan dan berbunga selama 15 hingga 20 tahun dengan perawatan yang tepat. Untuk memastikan umurnya panjang, tanaman ini perlu mendapatkan sinar matahari yang cukup, penyiraman tepat, dan waktu istirahat untuk menyimpan energi.

Amarilis bisa juga diletakkan di dalam ruangan

Beberapa petani dan pecinta tanaman bahkan melaporkan bahwa amarilis yang ditanam masih berbunga dengan indah setelah lebih dari dua dekade. Ini menjadikannya investasi jangka panjang yang indah dan memuaskan. Salah satu keunggulan amarilis adalah perawatannya yang sangat mudah. Tanaman ini tidak memerlukan banyak perhatian dan bisa bertahan hanya dengan sedikit air dan sinar matahari.

Baca juga : Asoka, Bunga Hias Cantik yang Dianggap Sebagai Bunga Suci

Meskipun amarilis bisa ditanam dari biji, metode yang lebih umum digunakan melalui umbi. Penanaman melalui umbi lebih cepat dan menghasilkan bunga yang lebih konsisten dibandingkan menanam dari biji yang memerlukan waktu 3 hingga 5 tahun sebelum mekar pertama kali. Penanaman dengan umbi juga memungkinkan tanaman ini berbunga lebih cepat dengan hasil yang lebih besar dan sehat.

Indahnya Taman Bunga Amarilis Gunung Kidul bak di Eropa

Menurut para ilmuwan, daun dan umbi amarilis mengandung alkaloid, yang diketahui memiliki sifat antitumoral, antivirus, antiparasit, dan penyembuhan lainnya. Tanaman ini telah digunakan dalam pengobatan tradisional selama berabad-abad. Ekstrak amarilis misalnya mengandung senyawa bioaktif seperti tanin dan saponin yang memiliki efek antiinflamasi. Berkat sifat anti-inflamasi ini, umbi amarilis digunakan untuk mengobati nyeri dan kram menstruasi dalam pengobatan tradisional Tiongkok.

Selain itu ternyata ekstrak tumbuhan amarilis juga dipercaya dapat mengobati gangguan pernafasan. Penelitian telah menunjukkan bahwa ekstraknya memiliki sifat ekspektoran, yang mengencerkan lendir di saluran udara. Ini dapat membantu penyakit seperti bronkitis dan asma. Amarilis juga mampu menyaring udara dan racun yang ada di dalam ruangan seperti tanaman lidah mertua atau sansevieria. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Amarilis, Tanaman Hias Berbunga Cantik dan Mempesona yang Mekar Sekali Setahun


Minggu, 02 Maret 2025

Ayam Shamo, Ayam Aduan Berpostur Tinggi Besar Asal Jepang





Ayam Shamo merupakan jenis ayam petarung atau ayam aduan yang berasal dari Jepang. Meski begitu, ayam ini bukan asli dari Jepang, tapi merupakan hasil keturunan dari ayam Bangkok. Ayam shamo dikenal dengan julukan raja sabung. Bahkan, ayam ini sengaja diternakkan khusus untuk ayam aduan. Kini, ayam shamo juga dikembangkan untuk kontes ayam shamo hias.

Ayam shamo adalah salah satu jenis ayam petarung yang memiliki sejarah panjang dan menarik. Ayam ini berasal dari keturunan ayam bangkok, yang merupakan ayam aduan asli dari Thailand. Nama shamo sendiri berasal dari kata Sham, yang merupakan sebutan orang Jepang untuk Siam, nama lain dari Thailand.

Sepasang ayam shamo


Ayam shamo pertama kali dibawa oleh pedagang Jepang yang berlayar ke Siam pada abad ke-16 atau ke-17. Saat itu, Jepang sedang berada di bawah pemerintahan Leyasu Tokugawa, yang memberikan izin untuk menjalin hubungan dagang dengan berbagai negara di Asia.


Salah satu komoditas yang menarik perhatian pedagang Jepang adalah ayam aduan bangkok, yang banyak dipelihara dan disabung oleh masyarakat Siam. Pedagang Jepang kemudian membawa ayam bangkok ke Jepang dan mengawinkannya dengan ayam lokal Jepang. Hasilnya adalah ayam shamo, yang memiliki karakteristik fisik dan mental yang berbeda dari kedua induknya.

Peternakan ayam shamo


Ayam shamo memiliki postur tubuh yang tegak dan tinggi, otot-otot yang kekar dan kuat, bulu-bulu yang halus dan pendek, serta mata yang jernih dan tajam. Ayam shamo juga memiliki mental baja, gaya permainan yang cepat dan agresif, serta akurasi pukulan yang tinggi.

Ayam shamo sangat populer di Jepang sebagai ayam aduan, karena di sana sabung ayam masih legal dan dianggap sebagai seni bela diri. Bahkan, ayam shamo mendapatkan julukan sebagai “The King of Gamefowls”, atau Raja Ayam Petarung.

Sejak anakan, ayam shamo sudah terlihat karakter petarungnya


Ayam shamo jantan ukurannya bisa mencapai 2-5 kg tergantung pada jenisnya. Sementara, untuk betina, ukurannya sekitar 1,5 -3 kg. Ayam shamo memiliki bulu-bulu yang halus dan pendek, dengan warna-warna yang bervariasi. Kebanyakan warnanya gelap, tetapi ada pula yang berwarna sembur terang dan gelap. Membuat coraknya menawan. Ayam shamo memiliki ekor yang pendek dan rata, dengan warna-warna sesuai dengan warna bulunya.


Kaki ayam shamo berwarna kuning pekat, sama dengan paruhnya. Tinggi badannya tergolong yang tertinggi di antara spesies lain. Ayam shamo memiliki postur tubuh yang tegak dan tinggi, dengan tinggi rata-rata antara 60-80 cm. Hampir menyamai ayam Malay yang sampai kini memegang status dengan postur tubuh tertinggi di dunia.

Ayam shamo mempunyai ukuran yang sangat besar


Ayam ini memiliki bahu yang lebar dan bidang sehingga mewujudkan kesan gagah dan tangguh. Ayam shamo memiliki otot-otot yang kekar dan kuat, terutama di bagian leher, dada, sayap, dan kaki. Ayam shamo memiliki mata yang jernih dan tajam, dengan warna-warna seperti hitam, merah, kuning, hijau, dll.

Ayam ini memiliki paruh yang kuat dan tajam. Dengan jengger yang bermacam-macam bentuknya, seperti walnutcomb, pea comb, single comb. Ayam shamo juga memiliki taji atau kuku yang panjang dan tajam, dengan warna-warna seperti hitam, kuning, merah, dll.

Butuh perawatan intensif untuk menghasilkan ayam shamo berkualitas


Ayam shamo pejantan adalah hewan yang agresif terhadap sesama pejantan. Itulah yang membuatnya dipilih sebagai petarung. Bila ingin memelihara ayam ini, disarankan untuk tidak menggabungnya dalam satu kandang dengan ayam pejantan lain. Ayam ini juga tidak suka kandang yang sempit.


Sedang shamo betina adalah jenis unggas yang tenang dan merupakan induk yang berkomitmen menjaga telur-telurnya. Telur ayam shamo cukup rapuh, jadi sangat rawan pecah apalagi ukuran betinanya lumayan besar. Betina juga sebaiknya tidak dicampur dengan ayam-ayam yang masih remaja karena bisa terlibat pertarungan.

Ayam shamo merupakan ayam petarung yang tangguh dari Jepang


Ayam shamo juga bisa galak pada manusia yang masuk ke kandang, apalagi saat ayam ini sedang mengerami telur-telurnya. Anakan shamo jantan pun sering bertikai dan sebaiknya tidak disatukan dalam satu kandang yang sempit. Agresivitas ayam atau hewan peliharaan pun sebenarnya juga dipengaruhi asuhan dari pemilik.

Bila ingin dijadikan hewan peliharaan, pemilik disarankan melatihnya sejak masih anakan untuk jadi jinak dan tidak agresif. Di Jepang, ayam shamo diklasifikasikan menjadi lima jenis berdasarkan ukuran dan bentuk tubuhnya. Diantaraanya adalah O-Shamo, Chu-Shamo, Ko-Shamo, Nankin-Shamo, dan Yakido-Shamo.

Kontes ayam shamo hias


Tidak salah kiranya jika ayam shamo dijuluki raja sabung, sebab memiliki kelebihan pukulan yang sangat kuat, struktur dari otot lebih tebal, mempunyai stamina yang baik. Selain itu, ayam shamo tahan terhadap pukulan lawan. Bahkan, jika sudah bertarung, ayam shamo akan terus bertarung sampai akhir. (Ramlee)

Sumber : remen.id


Nuri Kabare, Drakula Asli Tanah Papua yang Bernasib Malang

Nuri Kabare (Psittrichas fulgidus) merupakan spesies burung paruh bengkok (parrot) endemik tanah Papua, karena tidak ditemukan di wilayah l...