Blog Hobi dan Informasi

Senin, 31 Maret 2025

Melinjo, Tanaman yang Sejak Dahulu Dimanfaatkan Semua Bagiannya



Melinjo (Gnetum gnemon L.) merupakan tumbuhan yang telah lama digunakan secara tradisional dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk sebagai bahan makanan, obat, dan bahan baku industri. Pohon melinjo dapat tumbuh besar dan banyak ditanam di pekarangan rumah warga di pedesaan. Masyarakat menanam pohon melinjo untuk mengambil buahnya. Hampir seluruh bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan.

Pohon melinjo biasanya tumbuh di daerah tropis, terutama di pulau-pulau Indonesia. Tanaman melinjo dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, seperti tanah liat (lempung), tanah berpasir, dan tanah berkapur. Namun, tanaman melinjo tidak tahan terhadap tanah yang tergenang air atau yang berkadar asam tinggi dan dapat tumbuh di wilayah dengan ketinggian 0 – 1.200 mdpl.

Namun produksi maksimal dicapai pada ketinggian tidak lebih dari 400 mdpl. Tanaman ini banyak tumbuh di tepi sungai. Tanaman melinjo dapat ditemukan di berbagai jenis iklim, mulai dari daerah kering hingga tropis. Salah satu keunggulan melinjo adalah bahwa tanaman ini tidak terlalu memerlukan tanah yang sangat subur atau iklim tertentu untuk tumbuh dan berkembang.

Tanaman melinjo dapat tumbuh tinggi besar


Melinjo juga mampu beradaptasi dengan baik terhadap variasi suhu yang luas. Akan tetapi, perlu diingat bahwa melinjo tidak cocok untuk tumbuh di daerah pantai atau tempat dengan kadar garam yang tinggi karena tanaman ini tidak dapat bertahan di lingkungan seperti itu.

Baca juga : Murbei, Tanaman yang Mempunyai Multi Manfaat

Di Indonesia, tanaman melinjo tidak hanya tumbuh di hutan dan perkebunan. Di beberapa daerah tumbuhan melinjo ditumbuhkan di pekarangan rumah atau kebun rumah dan dimanfaatkan oleh penduduk secara langsung. Melinjo bisa diperbanyak dengan cara generatif maupun dengan cara vegetatif.

Buah melinjo yang telah siap dipanen


Namun biji melinjo sangat sulit dikecambahkan sehingga perbanyakan vegetatif banyak dilakukan. Cara perbanyakan vegetatif yang banyak dilakukan adalah mencangkok, sambung, dan okulasi. Melinjo tidak mebutuhkan persyaratan tumbuh yang khusus berkaitan dengan tanah sehingga banyak direkomendasikan untuk program penghijauan.

Tanaman melinjo dapat tumbuh cukup besar dan tinggi, yaitu sekitar 15 sampai 25 meter dan dapat mencapai umur hingga 100 tahun lebih. Bentuk dari batang tanaman melinjo ini adalah bulat dengan diameter sekitar 10 sampai 20 cm. Sistem percabangan dari tanaman melinjo adalah monopodial.

Monopodial adalah batang pokok terlihat jelas karena lebih besar dan lebih panjang pertumbuhannya dibandingkan dengan yang cabang. Batangnya kokoh dan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Daun dari tanaman ini adalah daun tunggal yang berbentuk oval yang terdiri dari tangkai daun dan helaian daun.

Tepi daunnya merata, duduk daun berhadap – hadapan dan tulang daunnya menyirip. Apabila daun melinjo ini disobek, maka akan terlihat serabut halus yang berwarna putih. Bunga pada tanaman melinjo ini adalah bunga tidak sempurna yang berumah dua dan muncul di ketiak daun.

Biji melinjo terbungkus kulit luar yang berdaging


Ketidaksempurnaan bunga pada tanaman melinjo tersebut dikarenakan bunga jantan yang terdiri dari benang sari dan bunga betina yang terdiri dari karangan bulir terpisah, sehingga pada proses penyerbukan tidak dapat dilakukan secara langsung, namun membutuhkan bantuan dari berbagai elemen seperti angin, air, hewan, dan juga manusia.

Baca juga : Saga Rambat, Tanaman Gulma yang Dimanfaatkan untuk Pengobatan Tradisional

Buah pada tanaman ini dikenal sebagai biji melinjo yang mana terbungkus oleh kulit luar yang berdaging. Tanaman melinjo merupakan tanaman biji terbuka. Biji melinjo diselimuti oleh selaput luar yang keras, selaput dalam dan diselubungi juga oleh tenda bunga yang berdaging.

Kulit melinjo memiliki banyak manfaat untuk kesehatan


Warna pada biji melinjo dibagi menjadi dua, yaitu warna hijau muda jika belum matang, dan warna merah pekat apabila sudah matang. Kulit biji melinjo yang keras dapat dibuka untuk mengakses bijinya. Meskipun bentuknya mirip kacang, biji melinjo memiliki rasa yang berbeda. Rasanya sedikit pahit dan gurih.

Hasil panen melinjo berupa buah, bunga dan daun. Buah melinjo dapat diolah menjadi tangkil, bahan baku “emping”. Buah melinjo untuk emping harus di panen apabila sudah cukup umur. Bunga (kroto) dan daun muda yang dikenal dengan nama so yang umumnya dikonsumsi sebagai sayuran.

Panen bunga dan daun muda dapat dilakukan kapan saja. Untuk mendapatkan buah yang baik dan banyak, bunga atau daun melinjo sebaiknya tidak dipanen sebab akan menurunkan produksi buah. Pohon melinjo dapat dipanen setelah berumur 5 sampai 6 tahun. Masa buah melinjo terjadi 2 kali dalam setahun.

Pasca panen atau hal yang dilakukan setelah panen adalah sortasi atau pemilihan buah. Buah melinjo tua dipisahkan dari yang muda demikian pula daun dan bunganya. Buah tua berwarna merah dan berbiji keras. Buah muda berwarna hijau dan biji lunak. Hasil panen melinjo dijual sebagai sayuran dan bahan baku pembuatan emping.

Oseng daun so


Melinjo juga memiliki nama lain seperti, maninjo (bahasa Makassar), ku’lang (bahasa Selayar), belinjo, mlinjo (bahasa Jawa), tangkil (bahasa Sunda) atau bago (bahasa Melayu dan bahasa Tagalog), khalet (Bahasa Kamboja), bidau (bahasa Melayu Kapuas Hulu). Kebanyakan orang mungkin lebih mengingat bahwa emping melinjo merupakan makanan pantangan bagi pengidap penyakit asam urat, karena terdapat juga kandungan purin pada biji melinjo.

Baca juga : Purwaceng, Tanaman Herbal Khas Dieng yang Diyakini Mampu Tingkatkan Vitalitas Laki-Laki

Namun bagi orang yang sehat, mengonsumsi emping melinjo bisa berdampak baik untuk kesehatan. Melinjo merupakan buah yang mengandung banyak nutrisi dan mineral yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Beberapa nutrisi yang terkandung dalam melinjo yaitu protein, serat, zinc, zat besi, hingga magnesium.

Emping melinjo


Sementara kulit melinjo mengandung asam askorbat, tokoferol, dan polifenol, kalsium dan fosfor, vitamin C, vitamin B1, dan Vitamin A. Kalsium dan fosfor berguna untuk menjaga kekuatan tulang dan gigi. Sementara vitamin A, b1, dan C berguna untuk menjaga kesehatan kulit, mata, dan pembentukan energi.

Selain biji dan kulitnya yang berkhasiat, daun melinjo juga mengandung zat antioksidan. Berdasarkan penelitian dari Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, kadar antioksidan pada tanaman melinjo paling banyak ditemukan pada daunnya, yaitu sebanyak 5,97 persen. Peran zat flavonoid antioksidan pada daun melinjo dapat menstabilkan gula darah serta mengontrol diabetes. Masyarakat umumnya mengolah daun melinjo yang masih muda untuk dijadikan hidangan sayur asem. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Melinjo, Tanaman Serbaguna yang Memiliki Nilai Ekonomis Tinggi


Minggu, 30 Maret 2025

Gelatik Wingko, Burung Pemakan Serangga Bertubuh Mungil dengan Suara Memikat Hati



Gelatik Wingko (Parus cinereus cinereus) merupakan jenis burung kicauan bertubuh mungil, dengan warna bulu sangat kontras yang memiliki suara memikat hati. Sayang kini sudah jarang lagi terdengar di pekarangan rumah atau lahan perkebunan seperti beberapa tahun lalu. Nasib gelatik wingko tidak jauh berbeda dari burung ciblek, pleci, dan gelatik Jawa.

Meski namanya sama-sama gelatik, burung gelatik wingko atau sering juga disebut gelatik batu tidak ada hubungan kerabat dengan burung gelatik Jawa. Kalau gelatik Jawa adalah sebangsa burung pipit atau bondol, yang makanannya biji-bijian sedangan gelatik wingko makannya serangga kecil.

Burung gelatik wingko perawakannya kecil dan punya kicau bagus yang tidak kalah dengan burung kicauan jenis lainya. Ada beberapa kerancuan mengenai gelatik wingko. Masih banyak yang menganggap gelatik wingko berbeda dari gelatik batu. Selain itu, para ornitholog di dunia pun terkadang meletakkan gelatik batu yang ada di Indonesia sebagai subspesies dari gelatik batu sejati (Parus major), dengan nama ilmiah Parus major cinereus.

Gelatik Jawa


Tetapi ada juga yang menganggapnya spesies tersendiri, Parus cinereus, dengan beberapa subspesies di dalamnya. Masih banyak yang menganggap gelatik batu dan gelatik wingko adalah spesies yang berbeda. Ini bisa disimak dari berbagai informasi di dunia maya. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa gelatik wingko sebenarnya nama lain dari gelatik batu.

Baca juga :  Gelatik Jawa, Dahulu Dianggap Hama Kini Terancam Punah

Mengacu pendapat para ahli yang menyatakan bahwa gelatik wingko adalah julukan yang diberikan masyarakat sekitar lereng Gunung Merapi untuk burung gelatik batu yang hidup di kawasan tersebut. Dengan demikian, gelatik wingko merupakan salah satu dari puluhan jenis gelatik batu yang ada di seluruh dunia.

Gelatik Batu sejati (Parus major)


Jadi gelatik batu, adalah semua spesies yang termasuk dalam genus Parus. Secara keseluruhan ada 24 spesies dalam genus Parus di seluruh dunia. Di antara spesies gelatik batu tersebut, yang paling popular adalah gelatik batu sejati (Parus major), yang terdiri atas 14 subspesies. Spesies ini banyak dijumpai di Eropa, Asia Baratdaya, Timur Tengah, dan Afrika.

Indonesia memiliki tiga jenis gelatik batu, salah satunya adalah gelatik wingko. Dulu ketiganya dimasukkan sebagai salah satu subspesies dari Parus major, dengan nama ilmiah Parus major cinereus. Tetapi mengingat beberapa perbedaan morfologi dan wilayah persebarannya, ketiga jenis gelatik batu asal Indonesia ini dikelompokkan dalam spesies tersendiri dengan nama Parus cinereus, tetapi hanya menjadi subspesies.

Parus cinereus terdiri atas 13 subspesies tersebut, tiga jenis di antaranya terdapat di Indonesia, yaitu Parus cinereus cinereus, habitatnya di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Parus cinereus ambiguus, habitatnya di Sumatera (dan Semenanjung Malaysia) dan Parus cinereus sarawacencis : habitat di Pulau Kalimantan, terutama di wilayah barat laut.

Gelatik batu yang ada di lereng Merapi sebenarnya sama seperti gelatik batu di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Artinya, bisa juga disebut sebagai gelatik wingko. Gelatik batu di Sumatera dan Kalimantan masih satu spesies dengan gelatik batu di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, tetapi memiliki beberapa perbedaan kecil sehingga ditetapkan sebagai subspesies tersendiri.

Peta penyebaran burung gelatik batu


Subspesies ini juga bisa disebut sebagai gelatik batu, tetapi (mestinya) bukan termasuk gelatik wingko jika pengertian gelatik wingko adalah Parus cinereus cinereus. Perlu diketahui, hampir semua jenis gelatik batu yang termasuk dalam spesies Parus cinereus hanya dijumpai di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan sebagian Asia Baratdaya (Afghanistan, Turkmenistan, Tajikistan), serta tidak dijumpai di Eropa maupun Afrika.

Baca juga : Tokhtor Sumatera, Satwa Endemik Sumatera Termasuk Burung Paling Langka di Indonesia

Jadi gelatik wingko sebenarnya sama dengan gelatik batu, terutama gelatik batu yang ada di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Tetapi gelatik wingko maupun dua jenis gelatik batu khas Indonesia berbeda dari gelatik batu sejati (great tit) yang banyak dijumpai di Eropa. Gelatik batu di Indonesia, menurut para ornitholog, tidak termasuk dalam kelompok great tit, tetapi cinereous tit (istilah dalam bahasa Inggris menggunakan kata cinereous, untuk nama latin spesies tetap cinereus).

Gelatik Wingko jantan dan betina


Burung gelatik wingko jantan memiliki garis hitam yang tegas, lebar, dan memanjang hingga ke daerah sekitar kloaka (vent). Makin dewasa, makin tebal pula garis hitam tersebut. Sedangkan gelatik wingko betina memiliki garis hitam yang sempit (tidak lebar), dengan warna hitam yang agak memudar, dan garis tersebut cenderung putus-putus. Penampilan burung muda (jantan dan betina) mirip dengan gelatik wingko betina dewasa.

Burung ini mempunyai suara kicauan yang recet dan bervariasi. Ciri khasnya adalah suara “wucit” yang dibawakannya berulang-ulang. Suara tersebut seakan-akan menjadi trade mark bagi gelatik batu, sebagaimana suara ngalas pleci dan ngerolnya anis kembang. Kicauan ini akan semakin intens selama musim kawin.

Pada masa berkembangbiak induk betina bertelur sebanyak 4 – 7 butir, burung jantan akan berjaga di luar sarang, atau mencari dan memberi makan burung betina yang sedang mengerami telur. Setelah dierami induk betina selama 12 – 15 hari, telur-telur akan menetas menjadi piyikan. Pada tahapan ini, kedua induk akan merawat dan memberi makan anak-anaknya.

Pada masa itu pula, kedua induk akan bergotong-royong mengeluarkan kotoran dalam sarang, agar anak-anaknya merasa nyaman dan sarang bisa terhindar dari parasit atau bakteri. Burung gelatik wingko dikenal sangat menjaga kesehatan anak-anaknya. Ini terbukti dari penelitian di mana burung dari jenis ini juga menyimpan puntung rokok di dalam sarangnya, guna mencegah parasit masuk ke sarang mereka.

Gelatik Wingko sedang memangsa ulat


Setelah berusia 16 – 22 hari, burung muda mulai meninggalkan sarangnya, meski belum mampu mencari makan sendiri. Namun beberapa hari kemudian, biasanya umur 25 hari, mereka sudah bisa mandiri dan bisa dipisahkan dari kedua induknya. Gelatik wingko dikenal sangat produktif. Sekitar 1 minggu setelah anak-anaknya mandiri, induk betina akan bertelur lagi. Tetapi kondisi tubuh indukan sebenarnya mulai melemah.

Baca juga : Cendet, Burung Predator yang Pandai Berkicau Favorit Para Penghobi

Pamor burung gelatik wingko sempat berkibar hingga tahun 2010. Pasalnya, burung ini mudah beradaptasi dan cepat bunyi ketimbang jenis burung lokal lainnya. Suaranya nyaring, dengan cerecetan panjang-panjang, serta nafas yang kuat. Selain bisa dimaster dengan jenis burung lainnya seperti burung gereja, gelatik wingko juga bisa dijadikan master andal untuk kenari.

Gelatik Wingko di dalam sarangnya


Untuk berkomunikasi dengan sesama gelatik wingko, burung ini memiliki jenis nyanyian yang berbeda-beda. Karena itulah, gelatik wingko dikenal memiliki beragam suara yang terjadi karena setiap suara yang dinyanyikan memiliki fungsi yang berbeda.

Di masa jayanya, gelatik wingko sempat dilombakan baik dalam kelas tersendiri atau masuk dalam kelas campuran lokal. Kini pamornya sebagai burung lomba telah pudar, namun masih banyak dipelihara sebagai salah satu masteran andal untuk kenari dan jenis burung lainnya, atau sekadar hiburan di rumah.

Gelatik Wingko pernah populer di kalangan kicau mania Indonesia


Salah satu hal yang membuat burung ini makin populer adalah perawatan yang relatif mudah, sifatnya yang cepat beradaptasi dengan lingkungan baru, serta suaranya yang kerap dijadikan master bagi burung-burung berkicau lainnya, namun kini sangat susah mendapatkan burung cantik ini. Boleh jadi, apa yang terjadi saat ini merupakan imbas dari booming gelatik wingko di masa lalu.

Pada saat itu, perburuan liar marak terjadi untuk memenuhi permintaan penggemar gelatik wingko. Akibatnya populasinya di alam liar mengalami penurunan drastis, dan itu mempengaruhi pasokan di pasar burung, sehingga tidak mudah lagi untuk mendapatkan gelatik wingko seperti dulu. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Gelatik Wingko, Jenis Burung Kicauan Bertubuh Mungil yang Sempat Berkibar di Tahun 2008


Sabtu, 29 Maret 2025

Kardinal Matano, Udang Cantik Endemik Danau Matano Sulawesi Selatan



Kardinal Matano (Caridina dennerli) merupakan udang air tawar endemik Danau Matano – Sulawesi Selatan. Udang kardinal matano dianggap sebagai salah satu udang air tawar paling menarik yang termasuk dalam genus Caridina. Sayangnya keberadaannya terancam kepunahan.

Danau Matano yang terletak di Desa Matano, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel) tercatat sebagai danau terdalam di Asia Tenggara. Kedalaman danau Matano mencapai 590 meter. Danau Matano adalah jenis danau tektonik purba yang terbentuk dari aktivitas pergerakan lempeng kerak bumi.

Danau ini terbentuk pada akhir masa Pliosen sekitar 2-4 juta tahun yang lalu. Danau ini merupakan salah satu dari lima danau yang terdapat di dalam “Kompleks Danau Malili” yaitu: Matano, Mahalona, Towuti, Masapi dan Wawantoa yang satu sama lain saling terhubung.

Danau Matano menjadi habitat beberapa spesies endemik yang hanya bisa ditemukan di danau ini


Danau-danau ini terletak pada ketinggian yang berbeda, sehingga air dari Matano mengalir ke Mahalona dan dari Mahalona mengalir ke Towuti. Selanjutnya air dari Towuti mengalir ke Sungai Larona dan Sungai Malili yang berujung di Teluk Bone.

Baca juga :  Udang Selingkuh, Lobster Air Tawar Mirip Kepiting Endemik Papua

Danau Matano bersifat ultra-oligotrofik , yang berarti sangat miskin nutrisi dan mengandung sangat sedikit bahan organik. Jarak pandang di bawah air diperkirakan sekitar 20 m (66 kaki). Suhu di Danau Matano bervariasi dalam kisaran 27–31 °C. Telah tercatat pH 7,4 dengan konduktivitas 224 μS/cm.

Udang Kardinal Matano yang bersembunyi di bebatuan


Uniknya, meski danau-danau tersebut saling terhubung, namun satwa yang hidup di tiap danau justru berbeda. Bahkan, banyak di antaranya yang merupakan jenis endemis di satu lokasi saja. Udang kardinal matano hanya hidup (endemis) di danau Matano ini. Tidak ada di tempat lain di dunia ini kecuali di tempat tersebut.

Udang kardinal matano ditemukan di antara bebatuan dan tebing, dari perairan dangkal hingga kedalaman 10 meter (33 kaki). Udang kardinal matano diyakini memakan detritus di alam. Detritus adalah sisa-sisa organisme dan tanaman yang membusuk, serta kotoran hewan. Udang kardinal matano mulai dikenal di kalangan penghobi ikan hias pada akhir tahun 2007.

Nama ilmiah udang kardinal matano yakni Caridina dennerli diambil dari nama perusahaan Jerman Dennerle, yang mendukung ekspedisi yang menghasilkan deskripsi ilmiah spesies tersebut. Udang ini dikenal sebagai udang kardinal atau udang Sulawesi dalam perdagangan ikan hias.

Udang kardinal dapat memiliki berbagai corak warna merah, mulai dari warna gelap hingga terang. Tingkat kegelapan warna merah bervariasi pada setiap individu dan bukan merupakan indikator jenis kelamin, kesehatan, atau hal lainnya. Sebaliknya, bintik-bintik putih terdapat di seluruh tubuh.

Ikan predator invasif yang ikut mengancam keberadaan udang Kardinal Matano


Beberapa titik juga tampak memiliki garis luar berwarna biru. Salah satu ciri udang kardinal yang paling mencolok adalah kaki depannya yang berwarna putih. Kaki yang menonjol ini bergerak cepat saat makan dan membedakan spesies ini dari udang Sulawesi lainnya.

Baca juga :  Botia, Ikan Hias Air Tawar Eksotik dari Perairan Sumatera dan Kalimantan yang Terancam Punah

Udang kardinal matano bukanlah perenang dikarenakan udang ini lebih senang berjalan diantara bebatuan. Serta di atas pasir daripada diantara tanaman atau rumput hijau pada habitat alaminya. Udang kardinal matano betina lebih besar dibanding udang jantan.

Jenis kelamin udang Kardinal Matano sulit dibedakan


Udang kardinal matano betina juga memiliki karapas yang lebih dalam. Ukuran udan jantan berkisar 2 cm, sedang betinanya mempunyai ukuran 2,5 – 4 cm. Telurnya relatif besar untuk ukuran udang dan diletakkan di bawah perut betina.

Pada awalnya udang kardinal Matano berlimpah di habitatnya Namun kemudian menghilang dari Danau Matano karena populasi cichlid invasif, ikan louhan, yang berkembang pesat. Meskipun telah dilakukan pencarian intensif pada tahun 2017 dan 2018, tidak ada satu pun spesimen yang ditemukan. Oleh karena itu, status spesies ini telah diubah menjadi “Kritis (Kemungkinan Punah di Alam Liar)” dalam Daftar Merah IUCN.

Pada tahun 2019, para peneliti dibantu oleh para pengumpul udang lokal berhasil menemukan udang ikonik ini lagi. Pada dua tempat di Danau Matano, mereka bersembunyi di bawah lapisan batu yang tebal. Udang ini tidak lagi ditemukan di tempat-tempat di mana udang kardinal matano dulu terlihat melimpah.

Udang kardinal matano bersembunyi dari predator di tempat yang dalam (setidaknya 30 cm) di bawah batu. Sayangnya, udang ini tidak aman di sana. Karena pada bagian dasarnya kini telah tertutup lapisan lumpur dan ganggang yang tebal, dan itu bukanlah kondisi normal, serta berisiko mengalami kekurangan oksigen di bawah bebatuan.

Udang kardinal Matano dianggap sebagai salah satu udang air tawar paling menarik


Sementara ikan-ikan predator invasif menunggu gerakan apa pun dan langsung memangsa udang atau kepiting kecil. Pada tahun 2024, dilakukan kembali ekspolarasi lokasi dan habitat yang kurang ideal bagi ikan louhan dan sebaliknya, menyediakan kondisi yang mendukung bagi udang kardinal matano, dan juga bagi spesies siput yang lebih kecil yang berada di ambang kepunahan akibat ikan invasif.

Baca juga : Gurami Sabah, Ikan Air Tawar Endemik Kalimantan Bukan Sembarang Gurami

Tim peneliti pun berhasil menemukan lokasi kecil di mana udang kardinal matano tidak bersembunyi di bawah bebatuan. Seperti inilah dulu pemandangannya di mana-mana di tepian berbatu Danau Matano, sebelum ikan louhan invasif yang agresif mengambil alih.

Udang Kardinal Matano sulit dibudayakan di luar habitatnya


Bukan berarti situasi udang kardinal matano tidak terlalu buruk. Sebaliknya, keadaannya malah sangat buruk. Meskipun demikian, masih masuk akal untuk tetap berusaha melindungi setidaknya sebagian dari danau ini. Spesies yang awalnya melimpah – dan saat ini hanya selangkah lagi menuju kepunahan – masih bertahan hidup di suatu tempat di sana.

Para peneliti masih mencari faktor-faktor yang akan membantu melindungi spesies yang terancam punah baik di danau maupun di akuarium. Hingga ini udang kardinal matano masih dicari oleh para kolektor bahkan dalam situasinya yang menyedihkan. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Kardinal Matano, Udang Endemik Sulawesi yang Kian Sulit Dijumpai di Habitat Alaminya


Jumat, 28 Maret 2025

Bawang Bombai, Bahan Masakan Sejak Jaman Prasejarah yang Kaya Khasiat



Bawang Bombai (Allium cepa L.) merupakan salah satu tanaman holtikultura tertua di dunia. Tumbuhan ini sudah ada sejak zaman prasejarah, jamak digunakan sebagai bahan masakan oleh masyarakat Asia Tengah dan sekitar laut Mediterania. Tumbuhan ini berasal dari ordo Asparagales dan famili Alliaceae, sehingga berkerabat dekat dengan spesies bawang merah.

Bawang Bombai adalah varietas bawang yang memiliki karakteristik unik, rasa manis, dan tumbuh dengan persyaratan tertentu. Bawang bombai, atau sering disebut sebagai “onion,” adalah salah satu jenis bahan dapur yang sangat populer di seluruh dunia. Banyak makanan yang menggunakan tambahan bawang bombai seperti pasta, salad, acar, kaldu, saus, dan sandwich.

Bawang bombai diduga berasal dari Asia Tengah, kemungkinan Palestina, lalu menyebar ke Eropa dan India. Kemungkinan besar bawang bombai masuk ke Indonesia seiring masuknya para pedagang dari India atau penjajah dari Belanda. Orang Belanda pernah mencoba membudidayakan bawang bombai di Padang, tetapi gagal.

Budidaya bawang bombai


Bawang bombai adalah salah satu jenis bawang yang dikenal dengan ukurannya yang lebih besar dibandingkan bawang merah atau bawang putih. Bawang bombai memiliki umbi yang terbentuk dari lapisan besar dan bersatu. Pohonnya tumbuh tegak ke atas.

Baca juga : Bawang Merah, Bumbu Utama Masakan Dunia juga Bermanfaat untuk Kesehatan

Dengan jenis akar serabut yang berbiak kira-kira sepanjang 10 cm bahkan lebih. Berwarna kecoklatan jika sudah tua dan masih mudah akan berwarna keputihan kotor. Perakaran tanaman bawang bombai ini dapat mencapai kedalaman sekitar 30 cm, dengan peran untuk menyerap unsur air di dalam tanah.

Bunga bawang bombai


Daun tumbuhan ini berbentuk seperti pipa, namun terlihat pipih serta berwarna hijau tua. Bawang bombai memiliki daun sama seperti bawang merah, berbentuk hampir sama dengan pipa, namun berbentuk pipih yang berwarna hijau tua maupun mudah.

Pertulangan daun tunggal, mulai dari pangkal daun hingga pangkal ujung daun yang tampak hampir garis yang lebih keras dari daun dan memiliki pangkal daun yang meruncing. Bawang bombai memiliki batang semu yang terbentuk dari pelepah daun, batang tanaman ini akan terdapat jejak cincin – cincin atau berbentuk bulat di bulan, atau di kenal dengan buku – buku yang berwarna kehijauan tua, keras dan kuat.

Bagian pangkal pelepah tersebut berbentuk melebar, dan menebal serta terdapat gelembung atau bengkakan besar yang berguna untuk menyimpan cadangan makanan ( umbi – umbian). Pada bagian pangkal umbi tersebut yang terdapat di bagian batang rudimeter yang hampir sama dengan cakram yang merupakan bawang bombainya.

Bunga bawang bombai termasuk majemuk dan berbentuk bulat melingkar dengan tangkai bunga yang besar, kuat dan besar pada bagian pangkal bawah. Pada bagian ujung tangkai bunga juga terdapat umbi – umbian kecil yang dapat juga di manfaatkan untuk bibit. Bunga bawang bombai juga memiliki biji yang berbentuk cukup kecil dan berwarna hitam mengkilap serta licin.

Biji bawang bombai


Bawang bombai mempunyai kulit yang tebal dan berwarna kuning kecokelatan, serta rasanya khas pedas saat mentah tetapi manis saat dimasak membuatnya menjadi favorit di berbagai jenis masakan. Dalam peradaban Mesir Kuno, bawang bombai dianggap sebagai simbol kehidupan abadi karena strukturnya yang berlapis-lapis.

Baca juga : Bawang Dayak, Tanaman Khas Bumi Kalimantan yang Memiliki Banyak Khasiat

Sebagai informasi, spesies bawang bombai merupakan jenis tanaman bienial. Bawang bombai berkembang biak selama dua tahun sekali, terutama di daerah pegunungan dengan suhu 18-20 Celsius. Pertumbuhan bawang bombai paling optimal di daerah berketinggian 800-2.000 meter di atas permukaan laut.

Bawang bombai yang telah siap dipanen


Kriteria lahan yang sesuai untuk membudidayakn bawang bombai adalah tanahnya gembur dengan tingkat keasaman antara 5,5-6,5 pH dan cukup memiliki kandungan hara. Terpapar sinar matahari langsung minimal 10 jam per hari. Sumber air dekat. Drainase merupakan faktor penting dalam pembudidayaan tanaman ini.

Dengan drainase yang baik, umbi bawang akan berbiak sempurna dan tidak membusuk karena terendam air. Jika ingin membudidayakan flora ini, bawang bombai biasanya ditanam pada awal musim kemarau. Perkiraan waktunya antara bulan Mei atau Juli sampai Agustus atau September.

Ada 3 jenis bawang bombai yang kerap ditemui dalam kehidupan sehari-hari yaitu bawang bombai putih dan bawang bombai merah, coklat / kuning, dan bawang bombay putih. Bawang bombai cokelat/kuning, adalah bawang bombai yang paling sering ditemukan dan gunakan dalam masakan.

Jika menyebut bawang bombai biasa, maka merujuk pada jenis bawang bombay ini. Jenis ini juga bisa digunakan untuk beragam masakan, namun lebih cocok digunakan untuk makanan yang membutuhkan waktu memasak cukup lama. Sebab semakin lama dimasak, semakin manis rasa bawang ini.

Jenis-jenis bawang bombai


Masih dalam jenis ada bawang bombai manis. Bawang bombay ini sebenarnya masih masuk ke bawang bombay kuning ata penampilannya memang mirip bawang bombai biasa, tapi bentuknya lebih gepeng. Namun bawang ini punya rasa lebih manis dan baunya tidak tajam, sehingga cocok untuk masakan mentah seperti salad atau dijadikan onion rings.

Baca juga : Bawang Putih, Tanaman Herba Semusim Penghasil Umbi yang Mempunyai Beragam Manfaat

Bawang bombai putih, bawang ini bisa digunakan untuk menggantikan bawang bombai cokelat, namun baunya lebih tajam dari bawang bombai lainnya, serta teksturnya lebih garing dan tipis. Bawang bombai putih biasa digunakan untuk masakan beraroma atau bercitarasa kuat, misalnya untuk membuat saus salsa ala Meksiko.

Bawang bombai menjadi bahan masakan hampir di seluruh dunia


Bawang bombai merah, mempunyai warna ungu tua dengan bau dan rasa yang lembut menjadikan bawang ini paling sering dipakai untuk campuran salad, isi burger, bahkan pizza. Bawang bombai merah kurang enak dimasak dan lebih enak dimakan mentah.

Bawang bombai merah biasanya digunakan untuk sebagian besar hidangan Eropa dan Asia. Bawang bombai merah hampir menjadi bahan makanan pokok negara-negara di Asia Selatan seperti India, Pakistan, dan Bangladesh. Salah satu hidangan yang menggunakan tambahan bawang bombai merah yaitu kari tradisional.

Tumis daging sapi bawang bombai

Bawang Bombai mengandung sejumlah nutrisi penting yang berkontribusi pada manfaat kesehatan yang dimilikinya. Seperti serat, Vitamin C, Vitamin B, Mineral, dan senyawa Bioaktif seperti flavonoid dan quercetin, yang memiliki sifat antiinflamasi dan antioksidan. Bawang bombai termasuk bahan makanan yang mengandung padat zat gizi. Banyak orang yang menggunakan bawang bombai dalam berbagai masakan karena kandungan nutrisinya yang tinggi dan dipercaya memberi manfaat bagi kesehatan.

Diantaranya menjaga kesehatan jantung, menjaga mood, melancarkan fungsi sistem pencernaan, menguatkan kekebalan tubuh, dan mencegah terjadinya kanker. Meski menyehatkan, kebanyakan makan bawang bombai bisa memicu masalah pencernaan, seperti perut kembung. Kemudian, tidak semua orang bisa mengonsumsi bawang bombai, terutama pada orang yang memiliki alergi bawang putih. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Bawang Bombai, Bahan Masakan Tertua di Dunia yang Kaya Manfaat untuk Kesehatan


Kamis, 27 Maret 2025

Leopard Gecko, Reptil Eksotis dan Menggemaskan Primadona Penghobi



Leopard Gecko (Eublepharis macularius) merupakan jenis tokek yang mempunyai warna kulit yang cantik. Leopard gecko atau tokek leopard masih berkerabat dengan tokek rumah atau cecak. Meskipun sebangsa tokek, tetapi binatang ini tidak membuat gaduh seperti tokek liar yang suka menempel di dinding rumah.

Leopard gecko adalah salah satu binatang peliharaan masa kini, yang cantik, jinak, dan mudah dipelihara. Disebut leopard gecko, karena motif ditubuhnya seperti leopard atau macam tutul. Warna dasarnya kuning dengan bintik-bintik hitam atau cokelat gelap di sekujur tubuhnya.

Jenis tokek ini dikenal memiliki wajah yang lucu dan gaya berjalan yang unik, tegap bagai serdadu. Tidak heran di luar negeri, leopard gecko cukup populer sebagai hewan peliharaan. Tokek leopard mempunyai kelopak mata yang dapat digerakkan.

Leopard Gecko di habitat alaminya di daerah gurun


Jari-jarinya tidak memiliki perekat yang memungkinkannya memanjat dinding atau gelas. Namun ujung jarinya bercakar tajam yang merupakan alat tambahan pada saat memanjat tebing berbatu. Leopard gecko memiliki ekor yang gemuk.

Baca juga : Tuatara, Reptil Tertua Sejak Era Dinosaurus

Karena memiliki ekor gemuk, dalam perdagangan tokek ini sering disebut Indian atau pakitasni fat tailed gecko. Disebut tokek India karena berasal dari India. Ada juga yang menjulukinya tokek bertotol karena permukaan tubuhnya dipenuhi totol-totol. Semakin tua totol-totol di tubunya akan semakin terlihat jelas.

Leopard Gecko mempunyai wajah yang lucu dan menggemaskan


Tokek leopard satu dari sekian banyak tokek dari famili Gekkonidae. Hewan pemakan serangga ini mulanya berasal dari Afganistan, India bagian Utara, dan Pakistan. Saat ini hasil penangkarannya telah tersebar ke berbagai penjuru dunia, terutama didatangkan dari Amerika Serikat.

Di alam liar atau di habitatnya aslinya hidup di balik batu di daerah gurun. Leopard gecko dapat hidup hingga mencapai umur 15-20 tahun. Umur produktifnya biasanya sejak umur 16-20 bulan, dengan musim kawin pada bulan Januari sampai September.

Dalam berbagai literatur disebutkan leopard gecko telah dikembangkan sebagai hewan peliharaan sejak awal tahun 1960-an di Eropa dan Amerika dengan induk didatangkan dari Pakistan. Dialah cicak pertama yang ditangkarkan dan dikembangkan secara besar-besaran untuk tujuan komersial maupun untuk bahan penelitian.

Habitat asli leopard gecko adalah dataran kering, berbatu, berdebu, dan berhawa panas di wilayah India, Pakistan, Afganistan, dan Iran. Suhu lingkungan hidup leopard gecko sekitar 28-39 °C. Leopard gecko mudah beradaptasi seperti di iklim Indonesia yang tropis ini.

Leopard Gecko tengah berganti kulit


Sama seperti cicak, saat terancam musuh, leopard gecko akan memutuskan ekor atau melakukan autotomi untuk mengelabui musuh. Berbeda dengan tokek rumah, Leopard gecko tidak bersuara “tokeeek….” Binatang ini juga tidak bisa berjalan di dinding seperti halnya tokek rumah.

Baca juga :  Iguana, Monster Reptil yang Banyak Pencintanya

Ini karena leopard gecko hanya memiliki sedikit kandungan perekat lamel pada kakinya. Sebulan sekali leopard gecko akan berganti kulit. Satu atau dua hari sebelum ganti kulit, warna kulit leopard gecko itu akan berubah jadi abu-abu atau putih.

Leopard Gecko sedang makan jangkrik


Kulitnya yang sudah lepas, biasanya akan dimakan. Jenis gecko ini tidak dapat mengedipkan mata, itulah alasannya kenapa gecko sering kali menjulurkan lidah pada mata untuk melembabkan area mata dan membersihkannya.

Ketika sudah berusia dewasa leopard gecko mempunyai ukuran tubuh 15 sampai 30 cm. Saat Leopard Gecko masih muda, bintik-bintik ini akan tampak seperti garis-garis tetapi hal ini akan berubah seiring berjalannya waktu.

Warna kulit leopard gecko ini akan berubah menjadi sewarna seperti warna dasarnya. Perubahan ini dimulai dari bagian leher atau kaki depan hingga pinggang atau kaki belakang, namun pada bagian ekor akan tetap berwarna kuning dengan motif kecoklatan. Ada beberapa jenis leopard gecko, yang dibedakan berdasarkan warna kulitnya.

Leopard gecko umumnya bersifat jinak dan mudah untuk dijinakan. Leopard gecko tidak gampang mengigit dan biasanya bergerak lambat. Gecko ini dikenal sangat vokal, terutama ketiak dia lapar, gecko ini akan mengeluarkan suara kicauan dan mencicit.

Eclipse Enigma Leopard Gecko


Leopard gecko merupakan makhluk nokturnal, artinya tidur pada siang hari dan aktif pada malam hari. Oleh karena itu leopard gecko adalah hewan yang membutuhkan tempat tinggal yang jauh dari paparan sinar matahari langsung ataupun lampu terang karena hal tersebut hanya akan membuat leopard gecko menjadi lebih penakut.

Baca juga : Bearded Dragon, si Kadal Gurun Australia 

Leopard gecko adalah pemakan serangga, seperti jangkrik, ulat hongkong, dan kecoa dubia. Gecko dewasa makan sekitar 7-10 ekor jangkrik per hari. Leopard gecko yang berusia di bawah 6 bulan harus diberi makan setiap hari, berusia 6-12 bulan setiap 2 hari sekali, dan yang berumur lebih dari 1 tahun bisa diberi makan setiap 3 hingga 4 hari sekali.

Mack Snow Leopard Gecko



Sebagian besar reptil jenis ini memiliki moncong bersudut sehingga memberikan ilusi bahwa bibir gecko melengkung membentuk senyuman sangat lebar dan sedikit melengkung ke atas di kedua sisinya. Ini memberikan kesan terlihat seolah-olah tersenyum malu pendiam sehingga dijuluki reptil yang lucu, ramah dan sopan. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Leopard Gecko, Tokek Cantik yang Lucu dan Menggemaskan


Rabu, 26 Maret 2025

Saga Rambat, Tanaman Gulma yang Dimanfaatkan untuk Pengobatan Tradisional



Saga Rambat (Abrus precatorius L.) merupakan jenis tumbuhan perdu yang daunnya sering dijadikan obat. Seluruh bagian tanaman ini bisa dimanfaatkan sebagai obat tradisional, terutama daunnya. Tanaman saga rambat sejak beberapa puluh tahun lalu telah dikenal oleh masyarakat di sejumlah daerah di tanah air.

Nama saga bermacam-macam sesuai dengan penyebutan di daerahnya masing-masing. Seperti thaga (Aceh), seugeu (Gayo), hasebo (Batak), kendari, kundari (Lampung dan Minangkabau). Sedangkan di Jawa disebut sebagai saga telik atau saga manis. Di Kalimantan, saga diketahui bernama taning bajang (dayak) dan di Gorontalo (Sulawesi) dijuluki sebagai walipopo.

Tanaman herbal ini berasal dari India, yang kemudian menyebar ke wilayah tropis dan subtropis di seluruh dunia termasuk Indonesia. Jika dilihat sekilas, daun saga tampak mirip dengan daun kelor. Namun, bentuk daun saga lebih lonjong dan panjang.

Saga Rambat tumbuh cepat, sehingga ada yang anggap tanaman gulma


Tanaman ini mampu berkembang di berbagai topografi dan kondisi tanah yang kurang subur, subur, dan yang tergenang air laut atau asin. Tumbuhan saga tumbuh secara merambat ke atas, dengan panjang bisa mencapai 6-9 m dengan diameter batang hingga 1,5 cm. Tumbuhan ini membelit-belit ke arah kiri.

Baca juga : Jengkol, Tumbuhan Asli Indonesia yang Memiliki Banyak Manfaat

Saga rambat berakar sangat kuat, yang membuatnya sulit dicabut. Karena sifat tumbuhnya yang cepat itu membuatnya berkembang menjadi tumbuhan gulma yang sangat invasif di banyak negara. Pada akhir abad ke-20, saga rambat dideklaraskan sebagai gulma di beberapa negara.

Bentuk bunga Saga Rambat


Tumbuhan saga rambat berdaun majemuk, dan bersirip ganjil, berbentuk bulat telur, dan berukuran kecil. Dengan anak daun 8-15 pasang, pangkal membundar, tepi rata. Jumlah daunnya bersirip ganjil dan terasa agak manis. Bunganya berwarna ungu muda dengan bentuk menyerupai kupu-kupu dalam tandan bunga. Perbungaan muncul di ketiak atau di ujung daun dengan 5-7 bunga setiap tandan.

Saga mempunyai buah berbentuk polong, lonjong, agak pipih, berukuran sekitar 2,5 × 1,2 cm. Berisi biji-biji yang berwarna merah mengkilat dan licin. Dengan titik warna hitam di bagian pangkal biji. Bijinya berbentuk sedikit lonjong agak pipih, panjang 6-8 mm, bertekstur keras.

Kandungan kimia yang terkandung berupa saponin dan flavonoid berada pada daun, batang, dan biji tanaman saga rambat. Sementara pada batangnya terdapat polifenol. Biji saga mengandung tanin dan pada akarnya menyimpan alkaloid, saponin, dan polifenol.

Masyarakat Indonesia mengenal saga rambat sebagai obat rematik, sakit kepala dan sakit perut. Daun saga dapat menyembuhkan sakit sariawan dan sakit gigi. Untuk mengobati sariawan, penderita cukup mengunyah daun saga rambat sebanyak dua kali sehari.

Buah Saga Rambat berbentuk polong


Kandungan glycyrrhizin di dalamnya mempunyai kemampuan antiinflamasi atau pencegah radang. Selain itu daun saga rambat juga dapat menjadi obat pencuci mata. Daun dari saga rambat sudah dikenal berkhasiat sebagai obat sariawan. Untuk mendapatkan manfaatnya, daun saga biasanya dikonsumsi sebagai teh herbal atau diolah menjadi suplemen.

Baca juga : Kedelai, Tanaman Pangan yang Memiliki Kandungan Protein Tinggi

Zaman dulu, biji saga yang mungil dan berwarna unik sering dipakai bermain oleh anak-anak. Namun, sebaiknya berhati-hati terhadap biji saga yang berwarna merah dengan bintik hitam. Jika biji saga termakan dapat menimbulkan gejala keracunan seperti mual, muntah, kejang-kejang, gagal hati, bahkan kematian.

Biji Saga Rambat


Uniknya ternyata ada dua jenis tumbuhan saga yang berbeda, yang satu tumbuh merambat sedangkan satu lainnya tumbuh berbentuk pohon. Selain bentuknya, saga rambat dan saga pohon juga memiliki banyak perbedaan.

Saga Pohon (Adenanthera pavonina) bisa tumbuh mencapai hingga tinggi 20-30 m. Buahnya menyerupai petai (tipe polong) dengan bijinya kecil berwarna merah. Tumbuhan ini sebenarnya berasal dari Asia Selatan namun sekarang telah tersebar di seluruh daerah beriklim tropis.

Saga pohon umum dipakai sebagai pohon peneduh di jalan-jalan besar. Tumbuhan ini juga mudah ditemui di daerah pantai. Daunnya menyirip ganda, seperti kebanyakan anggota suku polong-polongan lainnya. Dahulu kabarnya biji saga pohon ini dipakai sebagai penimbang emas karena beratnya yang selalu konstan.

Daunnya dapat dimakan dan mengandung alkaloid yang berkhasiat bagi penyembuhan reumatik. Kayunya keras sehingga banyak dipakai sebagai bahan bangunan serta mebel. Dahulu sering kali terdengar ungkapan “matanya merah seperti biji saga” dikatakan kepada orang yang sangat marah sehingga matanya sangat merah.

Saga Pohon tumbuh tinggi sebagai naungan


Biji saga pohon ini memang berwarna merah menyala. Meski kecil, biji buah saga mengandung sejumlah nutrisi penting. Termasuk protein, lemak, serat, dan sejumlah vitamin dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan magnesium.

Baca juga : Buncis, Sayuran Hijau yang Kaya Nutrisi dan Manfaat untuk Kesehatan

Kandungan nutrisi ini membuatnya menjadi tambahan yang berharga dalam pola makan sehat. Selain manfaat kesehatan, biji buah saga pohon juga memiliki potensi penggunaan lain, yakni sebagai pewarna alami. Biji saga pohon telah digunakan secara tradisional sebagai pewarna alami untuk kain dan makanan. Biji saga pohon sering digunakan dalam perhiasan dan kerajinan tangan.

Biji Saga Pohon


Kini para ahli sudah melakukan penelitian untuk memanfaatkan kedua jenis saga ini. Karena beberapa kandungan kimiawinya yang bisa dimanfaatkan, baik sebagai obat juga sebagai bahan bakar alternatif. Untuk daun saga rambat sendiri kini lebih populer di kalangan pecinta burung anggungan (burung perkutut, derkuku, dan puter). Daunnya digunakan untuk menjernihkan atau mengobati suara serak pada burung kesayangan mereka. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Saga, Tanaman Herba yang Telah Lama Dimanfaatkan untuk Pengobatan Tradisional



Meninting Besar, Burung Mirip Kacer yang Suka Mandi



Meninting Besar (Enicurus leschenaulti) merupakan burung berkicau pesolek dengan gemar sekali mandi. Spesies burung satu ini biasanya beraktivitas di dekat lingkungan berair di tengah hutan. Burung ini cukup populer di kalangan kicau mania, dengan sebutan kacer air, karena penampilan fisiknya mirip sekali dengan burung kacer.

Burung meninting besar atau di dunia internasional disebut dengan white-crowned forktail adalah salah satu anggota keluarga Muscicapidae dari genus Enicurus. Burung meninting sendiri terdiri atas beberapa spesies, tiga di antaranya banyak dijumpai di Indonesia.

Penampilan fisik Meninting Besar mirip burung Kacer


Yaitu, Meninting kecil/sunda forktail (Enicurus velatus), wilayah persebaran di Jawa dan Sumatera. Meninting Cegar/chestnut-naped forktail (Enicurus ruficapillus), wilayah persebaran Sumatera dan Kalimantan, dan Meninting besar sendiri yang wilayah persebaran di Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan.

Baca juga : Kacer, Jenis Burung Berkicau yang Disukai Para Kicau Mania  

Meninting besar memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan dengan dua spesies meninting lainnya. Panjang tubuhnya sekitar 25 cm, dengan tubuh didominasi warna hitam dan putih. Bagian dahi dan mahkota depan berwarna putih, yang terkadang membentuk jambul.

Meninting Besar gemar sekali mandi di sungai-sungai hutan yang dangkal


Adapun sisi kepala, tengkuk, dan dada meninting besar berwarna hitam. Bagian perut, punggung bawah, dan tunggir berwarna putih. Dan sayapnya berwarna hitam bergaris putih. Bulu-bulu ekornya menggarpu, dengan ujung berwarna putih.

Paruh spesies ini berwarna hitam, sedangkan kakinya berwarna merah muda. Individu remaja memiliki bagian atas, dada, dan tenggorokan hitam kecoklatan, panggul coklat, dan bintik-bintik coklat di perut, dan juga tidak memiliki mahkota putih yang menonjol.

Burung meninting besar tidak hanya bisa ditemukan di Indonesia saja, tetapi juga memiliki penyebaran global / luas yang meliputi Myanmar, China, Thailand, dan Indonesia. Terdapat 6 subspesies/ras meninting besar. Di Indonesia, meninting besar merupakan burung yang tidak umum ditemukan di sembarang habitat.

Aktivitas burung meninting besar terbatas hanya di sekitar sungai-sungai dataran rendah hingga perbukitan dengan ketinggian 1.400 meter. Di Jawa dan Bali, burung meninting besar ini sering terlihat di sepanjang aliran sungai dangkal dan berbatu di semua ketinggian.

Meninting Besar sedang mencari makanan di sekitar aliran sungai


Meninting besar, maupun spesies meninting lainnya, dikenal sebagai burung yang aktif dan lincah. Burung ini tidak pernah terlihat istirahat dan begitu lincah bergerak di sungai-sungai yang memiliki aliran deras. Burung ini sering berdiri di atas bebatuan sungai.

Baca juga : Decu, Burung Kacer Mini Dengan Kicauan Khas Nyaring Melengking

Lalu berlompatan, atau berjalan di sepanjang bebatuan tepi sungai dangkal, sambil mencari pakan. Selama beraktivitas, mereka kerap mengembangkan ekornya yang panjang. Pakan utama burung ini adalah serangga yang biasa ditemukan di dalam air.

Meninting Besar tengah membawa lumut untuk membuat sarang


Sewaktu mencari makanan biasanya burung meninting besar terbang secara sendirian atau berpasangan. Tempatnya mencari makanan tentu tidak jauh dari aliran sungai dengan mematuk tanah untuk mencari jangkrik, ulat, larva, dan siput. Namun ada juga yang menyukai serangga lain seperti ulat atau jangkrik.

Musim kawin burung meninting besar berlangsung pada bulan April hingga Juni. Sarang terbuat dari akar-akaran, daun, dan lumut yang dibangun di antara bebatuan tersembunyi di dekat sungai dangkal, atau terselip di antara akar-akar pohon.

Musim berkembang biak meninting besar antara bulan Maret dan September, dan mungkin sampai Oktober, dengan musim kawin sedikit bervariasi di seluruh wilayahnya. Sarangnya terbuat dari lumut, tumbuhan, daun, dan serat kayu berbentuk cawan besar.

Sarang terbuat dibangun pada lubang di tepi sungai atau tebing, atau di antara akar pohon, atau di belakang air terjun, dengan kondisi sekitar yang lembab. Biasanya bertelur antara dua sampai lima butir. Telurnya berwarna krem, merah muda, atau putih keabu-abuan, dan ditutupi bintik-bintik merah-coklat, salmon, dan ungu.

Induk Meninting Besar sedang meloloh anakannya yang sudah remaja


Di Kalimantan tercatat bahwa ditemukan telur pada bulan Maret, dan juga pada suatu kesempatan ditemukan induk dengan anakan pada bulan Februari. Telurnya akan dierami selama 17 – 19 hari. Setelah menetas, anak burung sudah bisa mandiri pada umur 15 – 17 hari.

Baca juga : Murai Batu Rajanya Burung Ocehan, Favorit Kicau Mania

Suara kicauan burung meninting besar terdengar tidak kalah merdu dibandingkan dengan jenis burung lainnya dari keluarga Turdidae. Suara kicauannya tergolong nyaring dengan adanya siulan ganda yang bergetar. Volume kicauannya juga tidak terlalu tinggi.

Kicauan Meninting Besar terdengar cukup lantang dan tajam


Kicauannya yang terdengar tidak sampai melengking memekakkan telinga. Hanya saja, irama kicauanya cenderung kurang stabil dengan suara yang agak monoton atau diulang-ulang. Walaupun demikian, secara umum suara kicauannya tetap terdengar cukup lantang dan tajam. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Meninting Besar, Burung Berkicau Pesolek yang Mirip Burung Kacer


Cattleya, Anggrek Korsase yang Mempesona dengan Nilai Komersil Sangat Tinggi

Cattleya (Cattleya sp.) merupakan salah satu jenis anggrek epifit yang terkenal dengan keindahan bunganya. Anggrek cattleya adalah salah sa...