Tuatara (Sphenodon punctatus) adalah reptil yang mirip dengan kadal, namun berbeda ordo. Hewan bergenus Sphenodon ini adalah satu-satunya anggota yang masih hidup dari ordo Rhynchocephalia, yakni bangsa reptil yang berkembang 200 juta tahun yang lalu.
Semua spesies dalam ordo ini (kecuali tuatara) mengalami penurunan populasi dan akhirnya punah sekitar 60 juta tahun yang lalu. Tuatara dapat disebut sebagai fosil hidup karena merupakan jenis terakhir dari kelompok reptil yang hidup sejak zaman dinosaurus.
Tuatara diperkirakan telah berada di bumi selama 225 juta tahun, mendahului dinosaurus. Tuatara merupakan binatang endemik Selandia Baru dan hanya terdapat di beberapa pulau kecil di sana. Dalam bahasa Maori, kata “Tuatara” merujuk pada pola berbentuk paruh atau jambul duri pada bagian atas kepalanya.
Tuatara hidup sejak jaman sebelum dinosaurus |
Tuatara adalah reptil terbesar di Selandia Baru. Tuatara dewasa mencapai panjang hingga 80 cm dengan berat hingga 1,3 kg. Tubuh tuatara biasanya berwarna kelabu kehijauan atau kelabu kecokelatan dan warnanya bisa berubah.
Baca juga : Biawak, Kadal Berukuran Menengah dan Besar yang Suka Berjemur
Membedakan jenis kelamin tuatara bisa dilakukan dengan melihat fisiknya. Tuatara jantan memiliki lambang duri khas yang membentang di sepanjang leher dan punggung. Duri ini dapat dikembangkan untuk menarik perhatian betina atau saat berkelahi dengan jantan lain.
Tuatara di depan lubang persembunyiannya |
Tuatara mempunyai penglihatan warna yang baik, bahkan pada tingkat cahaya yang rendah. Tengkorak tuatara berbeda secara nyata dengan kadal. Bagian tengkorak premaksila berada di depan-bawah nasal. Bagian tulang maksila terletak di bawah mata.
Tulang postorbital bersinggungan dengan pariental. Susunan giginya juga tidak sama dengan kadal. Gigi tuatara terdiri dari 2 baris di bagian depan dan baris gigi terbanyak berada di rahang bagian belakang, baik rahang atas maupun rahang bawah.
Keistimewaan yang dimiliki tuatara adalah pola yang menyerupai mata di bagian atas tengkorak kepalanya, tepatnya di wilayah kelenjar pineal. Susunan dari organ ini mirip mata dan diduga merupakan evolusi dari bagian mata.
Ada banyak spekulasi terhadap manfaat mata ketiga tuatara. Fungsi alat indra yang disebut “mata ketiga” tersebut adalah untuk mengukur dan mengatur intensitas cahaya yang diperlukan oleh reptil ini untuk berjemur atau beraktivitas.
Tuatara sedang memangsa seekor burung |
Tuatara adalah hewan pemalu, aktif pada malam hari, dan menghabiskan waktu sendirian. Makanan utamanya adalah burung, kadal, katak, serangga, dan laba-laba. Hewan ini hanya bertelur satu butir dalam satu kali berkembang biak.
Baca juga : Soa Soa Layar, Kadal Purba Eksotis Endemik Indonesia Timur
Pertumbuhan tuatara sangat lama, paling lama diantara hewan reptil. Tuatara tidak mencapai kematangan seksual hingga mereka berusia 10-20 tahun. Tuatara terus tumbuh hingga mencapai usia 35 tahun. Masa hidup tuatara biasanya mencapai rentang hidup 60 tahun atau lebih di alam liar dan bisa hidup hingga 100 tahun di penangkaran.
Seekor tuatara tampak sedang tidur di siang hari |
Tuatara banyak memakan serangga, cacing tanah, jangkrik, dan laba-laba. Jika mangsa yang menjadi makanannya tersebut tidak tersedia, tuatara memakan siput, katak, telur burung, kadal ,dan bahkan anaknya sendiri.
Kecepatan tertinggi tuatara saat berlari diperkirakan mencapai 15 mil per jam. Tuatara dewasa adalah hewan yang hidup di tanah. Meskipun hewan nokturnal, mereka sering berjemur di siang hari untuk menghangatkan tubuh.
Sementara itu, anak tuatara cenderung diurnal dan bersembunyi di bawah batang kayu dan bebatuan. Hewan reptil ini bisa hidup dengan baik di suhu yang jauh lebih rendah dari reptil lainnya. Tuatara bisa tetap aktif di suhu 5 derajat celcius.
Suhu optimal mereka sekitar 16-21 derajat celcius dan umumnya berakibat fatal jika hidup di atas suhu 28 derajat celcius. Suhu tubuhnya 5,2-11,2 derajat celcius. Berbeda dengan reptil lainnya yang suhu tubuhnya 20 derajat celcius.
Telur tuatara |
Ada 2 jenis hewan reptil tuatara yang masih hidup, yakni Tuatara Pulau Brother (Sphenodon guntheri) menyebar terbatas di pulau-pulau kecil di Selat Cook antara Pulau Utara dan Pulau Selatan. Dan Tuatara Selat Cook (Sphenodon punctatus) menyebar di semua pulau di Selat Cook dan beberapa pulau kecil di sebelah utara Pulau Utara.
Baca juga : Bearded Dragon, si Kadal Gurun Australia
Status populasi tuatara sudah benar-benar mengkhawatirkan. Dahulu, reptil ini tersebar di seluruh wilayah Selandia Baru. Namun, sekarang hanya terbatas di kepulauan Selat Cook dan beberapa pulau di sebelah timur laut Pulau Utara.
Bayi tuatara yang baru saja menetas |
Tuatara menyebar di 32 pulau lepas pantai yang bebas mamalia. Hewan ini menghuni pulau yang dibatasi tebing dengan berbagai tumbuhan, semak belukar, dan hutan beriklim sedang. Mereka juga bisa ditemui di padang rumput dan sering berlindung di lubang-lubang.
Lambatnya perkembangbiakan tuatara menjadi salah satu alasan kelangkaannya. Selain itu perburuan yang dilakukan manusia dan tikus yang suka mencuri telur-telur tuatara juga mempengaruhi kelangkaan tuatara. (Ramlee)
Sumber : remen.id
Tuatara, Reptil Endemik Selandia Baru yang Selamat dari Kepunahan Sejak 60 Juta Tahun Lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar