Blog Hobi dan Informasi

Jumat, 10 Maret 2023

TGR Cup IV Liga Derkuku Indonesia Putaran I jadi Saksi Superioritas Narasoma, Basudewa dan Soleh Juarai Kelas Junior dan Pemula



bertajuk TGR Cup IV pada Minggu, 26 Februari 2023 di Lapangan TGR Ds Samir, Ngunut – Tulungagung. Gelaran ini juga sekaligus merupakan Liga Derkuku Indonesia (LDI) 2023 putaran pertama.

Dekoe mania dari Jawa dan Bali memenuhi undangan panitia TGR Cup IV. Panitia menyediakan 5 blok untuk memuaskan keinginan para mania melombakan burungnya masing-masing. Peserta berasal dari Jakarta, Bogor, Karawang, Yogyakarta, Solo, Madiun, Nganjuk, Kediri, Blitar, Surabaya, Sidoarjo, Malang, Bondowoso, dan Bali.

Bahkan terselip peserta (burung) dari Malaysia yang ikut serta memeriahkan gelaran lomba tersebut. Agus New Ags memang berhasil menjalin kerjasama nan erat dengan penghobi dari negeri jiran tersebut. Bahkan beberapa waktu sebelumnya juga sukses digelar lomba TGR Kelantan.

Deretan trophy elegan TGR Cup IV Liga Derkuku Indonesia Putaran I

“Alhamdulillah, gantangan 5 blok hampir penuh terisi,” ungkap Cak Hari yang selama ini aktif mengawal gelaran besar TGR. “Hanya teman-teman dari Situbondo dan Bondowoso yang mengundurkan diri, “ tambah pemilik Nyunggi Wakul BF tersebut.

Panitia berhasil menambah kapasitas gantangan dari empat blok jadi lima blok. “Nantinya akan kita tambah satu blok lagi di sebelah blok yang baru saja terpasang tiang kerekan,” ujar Slamet pemilik Guyub Rukun (Guru) BF. “Jadi nantinya gelaran event besar di TGR akan ada enam blok.”

Luar biasa, panitia menyediakana sarapan pagi untuk semua yang hadir

TGR Cup IV ini sendiri merupakan rangkaian perayaan hari jadi TGR yang ke-7. TGR dibentuk pada 28 Januari 2016 lalu oleh Agus New Ags bersama beberapa tokoh derkuku pada waktu itu. Dengan semangat untuk memajukan dunia hobi anggungan derkuku di tanah air.

Selain itu, TGR Cup IV juga dinyatakan sebagai putaran pertama gelaran Liga Derkuku Indonesia 2023 yang sebelumnya sempat terhenti hampir tiga tahun lamanya akibat hantaman pandemi Covid-19. M. Makrus yang kembali terpilih Ketua PPDSI menyatakan bahwa gelaran LDI menunggu situasi aman.

Peserta mulai mengerek burung derkukunya masing-masing

M. Makrus juga bertekad tahun 2023 dijadikan momentum kebangkitan hobi derkuku. “Hampir sepanjang tiga tahun tidak ada lagi gelaran lomba besar derkuku, LDI kita stop karena situasi yang sangat tidak memungkinkan.”

“Kita juga akan menghadirkan tambahan kelas baru, serta aturan penilaian yang baru sesuai dengan AD/ART PPDSI hasil Munas tahun 2023,” tambah Makrus. “Tetapi untuk TGR Cup IV belum bisa kita terapkan, nanti di putaran berikutnya, karena aturan baru tersebut harus disosialisasikan terlebih dahulu ke Pengda-Pengda dan Pengcab-Pengcab.”

Hendro Dragon BF dan Dalip Kumar

Penyelenggaraan TGR Cup IV dibayangi cuaca yang kurang ideal. Di sekitar arena lomba sudah empat hari selalu diguyur hujan dari sore hingga malam hari. Banyak para mania Tulungagung yang kesulitan mengkondisikan burungnya untuk siap tempur karena cuaca yang tidak mendukung.

Sejak pagi awan hitam menghiasi langit di atas Ds Samir. Namun demikian para peserta tetap bersemangat mengerek burungnya. Beberapa peserta mengaku hanya berniat meramaikan saja, “Ya ikut meramaikan saja karena burungnya mabung, ndak siap.”

Slamet Guru BF dengan gayanya yang renyah mengarahkan acara

“Yang namanya hobi ya seperti ini, yang penting bisa ketemu dengan yang lain,” ungkap Widi Hadi dari Blitar. Bahkan ada yang pasrah karena burung gacoannya tidak mau bekerja seperti saat di rumah. “Ini kalau di rumah gacor, lah kok disini malah diam,” tutur Bambang dari Nganjuk sambil tersenyum kecut.

Persaingan ketat antar jago, terjadi sejak peluit babak pertama dimulai. Tiga kelas yang dilombakan mampu menyajikan persaingan sengit dan ketat. Juga jadi tontonan dan pembelajaran, khususnya bagi dekoe mania pemula akan bunyi burung derkuku yang bagus. 

M. Makrus Ketua PPDSI Periode 2023-2026 membuka acara

Adu kualitas anggung merdu, terdengar silih berganti yang dilepas oleh masing-masing jago. Juri-juri yang bertugas dengan segera memberikan penilaian. Dibantu oleh penancap untuk memperlancar tugas penancapan bendera tanda perolehan nilai.

Perebutan nilai dari babak ke babak, terlihat sangat seru. Karena masing-masing jago sama-sama ngotot untuk bisa menjadi yang terbaik. Cuaca yang tidak begitu terik seringkali menyulitkan bagi burung-burung yang berlaga untuk tampil maksimal.

Pelepasan burung derkuku ke alam liar sebelum lomba dimulai

Di kelas Senior adu indah anggung terjadi antara gantangan 4 dan 8. Keduanya saling kejar perolehan nilai terbaik. Pun sukses mendapatkan ganjaran enam warna dari juri. Di akhir babak pertama ada tujuh burung yang berhasil mendapatkan bendera lima warna. Pertanda di kelas ini, burung-burung terbaik tampil.

Sementara di kelas Junior tidak kalah seru. Secara perlahan, selama 40 menit penjurian di babak pertama ini menghadirkan lima burung dengan capaian lima warna. Sedangkan di kelas Pemula yang menyiadakan tempat paling banyak, hanya ada 13 burung yang mendapatkan batas nilai tertinggi yakni empat warna.

Aneka rupa doorprize disediakan oleh panitia

Memasuki babak kedua cuaca panas dingin silih berganti mewarnai jalannya penjurian. Di kelas Senior masih menyajikan pertarungan ketat antara gantangan 4 dan 8. Seolah bertarung sendirian tanpa ada yang berusaha untuk menempel ketat, setelah berhasil mendapatkan enam warna.

Dari pinggir lapangan M Makrus menyatakan bahwa kedua burung di kelas Senior ini relatif berimbang dan hanya yang bekerja maksimal saja yang akan keluar sebagai pemenangnya. “Ini tinggal melihat siapa nanti yang ndak bunyi bakal kalah,” ujar Makrus di akhir babak kedua.

Penilaian oleh para juri sedang berlangsung

Untuk kelas Junior, gantangan 39 dan 73 memimpin rombongan setelah keduanya mendapatkan lima warna, sedang para pesaing justru mengendurkan tekanan. Kelas Pemula menyuguhkan persaingan yang relatif seimbang.

Sebelum babak kedua berakhir, hujan gerimis sempat membuat was-was para peserta dan panitia. Semuanya sesekali melihat keatas memperhatikan awan mendung yang silih berganti lewat memayungi area lomba.

Bintoro dari Blitar dan Joko SJ Tulungagung awasi kinerja gacoannya dari pinggir lapangan

Di babak ketiga, usai istirahat peta kekuatan sedikit berubah. Cuaca yang terus berubah-ubah dari panas ke dingin serta posisi gaco begitu mempengaruhi kinerjanya di lapangan. Beberapa gaco mulai terlihat kurang kerja.

Di kelas Senior, Narasoma yang ada di gantangan 8, akhirnya berhasil meninggalkan pesaing terdekatnya, karena Aryo Blitar di gantangan 4 tidak mampu lagi meraih enam warna. Di kelas Junior, praktis persaingan tinggal menyisakan dua burung saja, yakni gantangan 39 dan 73. 

Sigit B2W, Hariyanto YNT, Ir Agus Muldianto Semarang, dan Irul Pak Tani (belakang)

Sesekali terdengar teriakan dekoe mania untuk mensupport jagonya agar mendapat koncer, terdengar lantang dan ramai dari bibir lapangan. Mereka meminta juri untuk memperhatikan burungnya yang sedang berbunyi. Suasana lomba pun menjadi hidup dan lebih semarak.

Namun teriakan-teriakan lantang secara spontan oleh para mania, dinilai masih dalam batas wajar oleh panitia. “Itu masih dalam batas wajar dan tidak sampai mengganggu jalannya penilaian. Mereka hanya sekedar membantu juri untuk memperhatikan burung yang sedang bunyi,” kata Jazuli.

Juri diberikan waktu istirahat usai babak kedua

Sampai akhirnya, saat panitia mengumumkan hasil kejuaraan, Narasoma andalan B2W BF Yogyakarata bergelang B2W 1418 di gantangan 8 dinobatkan sebagai juara pertama, setelah kembali mendapatkan bendera enam warna. Kondisi lapangan tampak tidak mempengaruhi performanya.

Narasoma merupakan burung andalan B2W BF yang sudah teruji mental juaranya di berbagai event besar lomba derkuku tanah air. Sebelumnya burung ini diputuskan untuk masuk kandang dan digantikan oleh burung-buurng produk B2W lainnya yang lebih muda.

Narasoma masih yang terbaik di kelas Senior

Penyerahan trophy di kelas Senior

 “Narasoma terpaksa harus tampil lagi karena belum ada penerus yang bisa menyamai prestasinya,” ujar Sigit saat ditanya perihal tampilnya Narasoma. “Beberapa gaco yang sudah disiapkan ternyata belum bisa tampil maksimal, jadi ya ditampilkan lagi.”

Dilanjutkan oleh Aryo Blitar, amunisi Makrus Blitar, derkuku ring MKS 1003 yang digantang pada nomor 4 sebagai juara kedua. Dan Pangeran milik H. Anang dari Bali ring AMG 046 pada nomor gantangan 27 sebagai juara ketiga.

Basudewa juara di kelas Junior

Para juara di kelas Junior

Begitu juga yang terjadi di kelas Junior, lagi-lagi burung produk B2W berhasil menjadi yang terdepan. Basudewa derkuku produk B2W 1569 yang digantang pada nomor 39 ditetapkan sebagai juara pertama setelah melalui pertarungan hebat dengan lawan-lawannya. 

Diikuti oleh Fortuner andalan Sekretariat TGR ring Epy KK 009 pada gantangan 73 sebagai juara runner-up. Fortuner terus menempel Basudewa hingga empat babak penjurian berakhir. Burung produk dari farm Malaysia tersebut hanya kalah di gaya irama dengan sang juara. Diurutan ketiga ada Kuda Hitam milik Yusuf Haryanto Bantul ring YNT yang digantang pada nomor 45. 

Hartejo menerima bendera kejuaraan di kelas Pemula lewat penampilan Soleh

Penyerahan trophy dan uang pembinaan di kelas Pemula

Di kelas pemula, podium pertama berhasil diraih Soleh, andalan Hartejo Blitar, ternakan 391 Rajawali yang berada di tiang nomor 128. Urutan kedua dimenangkan Barokah besutan Dwi Yatmono Gresik, derkuku bergelang JBKRM. Dan di tempat ketiga ada Tumenggung, milik Tegar Blitar ring MKS 648 yang berada di gantangan nomor 123.

“Cuman pemain baru Mas, kebetulan Soleh mau kerja,” ucap Hartejo merendah. “Ada yang mencoba meminang Soleh, tapi Soleh itu senjata saya untuk bisa mengikuti orang-orang di derkuku, kalau dilepas terus bagaimana bisa ikut meramaikan hobi ini?” tambahnya sambil tertawa terkekeh.  

Yang beruntung mendapatkan doorprize sepeda

Ebin Sunaryo, ketua panitia pelaksana tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya tatkala event berlangsung dengan lancar dan sukses. Ucapan terima kasih disampaikannya kepada segenap peserta lomba yang sudah berpartisipasi dalam lomba TGR Cup IV dalam rangka LDI putaran ke-1.

“Terima kasih buat peserta yang dengan tertib dan menjunjung tinggi sportifitas sebagai peserta lomba. Terima kasih banyak kepada seluruh donatur yang sudah berpartisipasi menyukseskan gelaran lomba baik doorprize, finansial, bener, dll. Terima kasih juga kepada segenap tim juri yang sudah menjalankan tugas dengan baik, netral, dan sportif.”


“Alhamdulillah, gelaran TGR Cup IV Liga Derkuku Indonesia putaran 1  terselenggara sukses. Dari Sekretariat TGR dan juga panitia lomba mengucapkan banyak terima kasih ke semua sedulur-sedulur dekoemania Indonesia atas support dukungannya,” tutur Agus New Ags.

 “Kami mohon maaf bilamana sana sini masih ada kekurangan dan juga minta maaf bilamana ada hal-hal yang kurang berkenan. Semoga di event berikutnya kami bisa memberikan gelaran lomba yang lebih baik lagi, salam guyub rukun seduluran selawase.” (Ramlee)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayam Hutan Merah, Nenek Moyang Ayam Peliharaan Ternyata sangat Pemalu

Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) merupakan sejenis burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 78 cm, dari suku Phasianidae. Suku Phasi...