Blog tentang hobi dan kreasi jadi rejeki

Jumat, 08 Desember 2023

Anggrek Tebu, Raksasa Cantik yang Semakin Langka




Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) disebut juga ratu anggrek, anggrek raksasa, ataupun anggrek macan. Spesies ini merupakan yang terbesar di dunia. Anggrek ini tercatat dalam Guinness Book of World Records sebagai anggrek tertinggi di dunia, dengan spesimen setinggi 7,62 meter.

Anggrek adalah sejenis tanaman hias yang populer di Masyarakat. Di Indonesia, terdapat 5 ribu spesies anggrek. Dengan rincian, 986 spesies tersebar di hutan Pulau Jawa, 971 spesies di hutan Sumatera, 113 spesies di Kepulauan Maluku, sisanya di Sulawesi, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua.

Tidak cuma menghasilkan bunga-bunga yang indah, beberapa jenis anggrek juga memiliki ukuran yang cukup besar, itulah anggrek tebu. Genus Grammatophyllum sendiri merupakan kelompok tanaman epifit yang hidup di area hutan hujan. Mereka tersebar ke berbagai daerah, mulai dari Indo-China sampai ke pulau-pulau Pasifik Barat Daya.

Anggrek tebu di habitat alaminya
 

Spesies G. speciosum misalnya, jenis anggrek terbesar di dunia itu dapat kita temukan di negara-negara Asia Tenggara. Meskipun menyebar luas, sayangnya populasi mereka kini sudah semakin terancam. Batangnya mempunyai ukuran yang besar, sepintas mempunyai kemiripan dengan tanaman tebu sehingga disebut anggrek tebu.

Baca juga : Paphiopedilum, Anggrek Kantung yang Terancam Punah di Indonesia

Anggrek tebu merupakan tanaman epifit dan juga litofit (tumbuh pada batu-batuan dan tahan terhadap cahaya matahari penuh), akarnya berbentuk bundel tebal. Pseudobulbs silindernya dapat tumbuh hingga sepanjang 2,5 m dan berkembang menjadi kelompok raksasa dengan berat mulai dari ratusan kilogram hingga lebih dari satu ton.

Anggrek tebu memiliki batang semu yang sangat panjang
 

Seperti namanya, anggrek tebu memiliki batang yang panjang dan menjuntai sehingga mirip seperti batang tebu. Jika diperhatikan, bunga-bunga anggrek tersebut pun tumbuh dengan penampilan yang gigantik. Anggrek tebu umumnya tumbuh dengan baik di wilayah dataran rendah yang dinaungi sinar matahari langsung.

Biasanya muncul dari selah-selah atau bagian pangkal pohon besar, anggrek ini sejatinya dapat hidup secara mandiri. Namun mereka juga bisa menjadi penghalau sinar matahari bagi inangnya, jika ukurannya sudah besar.

Anggrek tebu terdistribusi mulai dari Myanmar, Thailand, Vietnam, Laos, Malaysia, Indonesia dan New Guinea. Di tanah air, populasinya ditemukan di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua. Melihat peta persebarannya, dapat dipastikan bahwa spesies G. speciosum tumbuh di daerah beriklim tropis.

Daunnya seperti linear, berbentuk persegi empat sempit yang tersusun dua baris. Panjang daun 50-100 cm dengan lebar 3 cm. Berdasarkan tipe pertumbuhannya, jenis ini termasuk tipe simpodial. Artinya, tidak memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak tanaman yang tumbuh. Batang semu dan daunnya akan terkulai dari pangkal saat tua.

Daun anggrek tebu berbentuk persegi empat yang tersusun dua baris
 

Dalam pertumbuhannya anggrek tebu memerlukan waktu yang relatif lama untuk tumbuh dan berbunga, semakin tua masa hidup anggrek tebu maka semakin banyak juga bunga yang dihasilkan. Bunganya anggrek tebu mekar hanya sekali setiap dua hingga empat tahun.

Baca juga : Karena Perawatannya Mudah Membuat Anggrek Vanda Jadi Idola Penghobi

Bunga anggrek ini dapat tetap mekar hingga dua bulan. Setiap bunga dapat tetap segar selama enam minggu. . Setiap raceme (tandan) dapat tumbuh setinggi 3 m, menghasilkan hingga delapan puluh bunga, masing-masing selebar 10 cm.

Setiap tandan bunga menghasilkan hingga delapan puluh bunga
 

Tangkai bunganya keluar dari pangkal tangkai rumpun. Bunga terendah tidak memiliki bibir dan bunga-bunga ini berfungsi sebagai osmofor (kelenjar aroma) untuk seluruh perbungaan dan terus mengeluarkan aroma kimiawi untuk menarik penyerbuk saat bunga terbuka secara berurutan.

Anggrek ini menghasilkan bunga berwarna kuning dengan totol-totol kemerahan. sehingga terlihat sangat mirip dengan motif kulit macan. Motif inilah yang membuat sebagian orang menyebutnya dengan anggrek macan.

Satu pohon anggrek tebu yang dibawa oleh Frederick K. Sander & Co pada tahun 1893 di dekat Pulau Penang di Malaysia memiliki berat mencapai 0,984 ton. Pada tahun 2000, ahli biologi Tim Laman dan Phil Atkinson menemukan anggrek ini di Kalimantan dengan lebar 7,6 meter dan berbunga antara 2.500 dan 5.000 bunga.

Tanaman itu benar-benar mengelilingi pohon inangnya hingga 46 meter di atas tanah. Tumbuhan anggrek tebu tertua ditanam di Singapore Botanic Garden pada tahun 1861 oleh Garden Director Lawrence Niven dan stafnya. Tanaman ini memiliki lebar lima meter. Anggrek tebu paling besar pernah tercatat dalam pameran tahun 1851 di Hyde Park di London. Beratnya dua ton dalam satu rumpun.

Motif bunga anggrek tebu seperti motif kulit macan
 

Dengan alasan bunganya yang cantik, anggrek tebu kini menjadi jenis yang banyak diminati masyarakat. Dalam sebuah pameran Flora dan Fauna di Jakarta tahun 2023 ini, anggrek tebu ini laku dijual seharga Rp 60 juta. Namun sayang, anggrek tebu saat sangat sulit ditemukan di habitat aslinya.

Baca juga : Anggrek Tanah, Merupakan Salah Satu Tumbuhan dari Famili Orchidaceae yang Banyak Digemari

Hal ini dipengaruhi perubahan atau rusaknya habitat, akibat penebangan hutan dan alih guna lahan. Karena anggrek liar sangat bergantung pada pohon tempat hidupnya. Jika pohon tumpangan ditebang atau mati, maka anggrek itupun ikut mati.

Anggrek tebu semakin diminati para pecinta anggrek tanah air
 

Bila pun hidup, tidak bertahan lama. Termasuk anggrek tebu, yang sebagian besar sangat mengantungkan hidupnya di pohon. Eksploitasi anggrek tebu di alam akan mengakibatkan kepunahan. Anggrek Tebu juga merupakan tanaman yang dilindungi berdasarkan PP Republik Indonesia No. 7 tahun 1999, pada 27 Januari tahun 1999. (Ramlee)



Sumber : remen.id

Anggrek Tebu, Spesies Anggrek Terbesar di Dunia yang Semakin Sulit Ditemui di Habitatnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latber Malam Road to Margo Trophy, Jaladri dan Maha Raja Raih Bendera Enam Warna, Bimo Juara

Setelah sukses pada penyelenggaraan latber sebelumnya, Latber Road to Margo Trophy kembali digelar pada Sabtu, 14 September 2024 di Gantanga...