Blog tentang hobi dan kreasi jadi rejeki

Kamis, 08 Februari 2024

Ayam Hutan, Ayam Liar yang Hidup di Hutan Leluhur Ayam Kampung Masa Kini



Ayam hutan adalah sebutan umum bagi jenis-jenis ayam liar yang hidup di hutan. Ayam yang hidup di dalam hutan ini adalah leluhur atau nenek moyang ayam kampung. Ayam hutan memiliki bentuk fisik dan perilaku yang serupa dengan ayam peliharaan.

Ayam jantan dan betina memiliki perbedaan yang dapat dilihat dari bentuk tubuh, warna, dan ukurannya. Pada ayam hutan jantan, warna-warna bulunya beraneka ragam dan sangat indah. Sedangkan pada betinanya, cenderung berwarna kusam dan monoton. Keindahan bulu ayam jantan tersebut berguna untuk memikat betina saat masa kawin.

Ukuran tubuh ayam hutan cenderung lebih kecil dibandingkan dengan ayam lainnya, gerakannya lebih gesit dibanding ayam pada umumnya. Hal itu dikarenakan keunikan sifat ayam hutan yang masih asli, sesuai dengan habitat hidupnya di alam liar.

Terdapat empat spesies ayam hutan yang tersebar di India, Sri Lanka, hingga Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Diantaranya ayam hutan merah, ayam hutan hijau, ayam hutan kelabu, dan ayam hutan srilangka.

Sepasang ayam hutan di habitatnya


Ayam Hutan Merah (Gallus gallus)

Muka ayam ini berwarna merah dengan iris mata berwarna cokelat. Jengger di kepala ayam hutan merah bergerigi dan bergelambir dengan warna yang juga merah. Ayam jantannya memiliki ukuran panjang badan sekitar 78 centimeter. Ayam betinanya mempunyai badan yang lebih kecil, sekitar 46 centimeter panjangnya

Baca juga : Ayam Kampung, Salah Satu Jenis Ayam Paling Populer di Masyarakat

Bulu-bulu ayam hutan merah pada bagian leher, tengkuk, serta mantel berbentuk panjang meruncing dengan warna kuning cokelat keemasan. Bulu pada punggung bercorak hijau hitam, dan warna bulu pada bagian dasar gelap mengkilap. Jumlah bulu ekor antara 14 sampai 16 helai, warnanya hijau metalik. Pada bulu ekor bagian tengah ukurannya lebih panjang serta melengkung ke bawah.

Kaki ayam hutan merah bercorak kelabu dan mempunyai satu taji pada tiap-tiap kaki ayam jantan. Sebaliknya, pada ayam betina kakinya tidak mempunyai taji, warna bulunya dominan cokelat tua kekuningan dengan garis serta bintik hitam.

Ayam hutan mempunyai kemampuan untuk terbang

Ayam hutan merah tersebar luas di hutan tropis serta hutan dataran rendah daratan Asia, mulai dari Himalaya, Cina selatan, Asia Tenggara, termasuk Sumatera dan Jawa. Ayam hutan merah menyukai bagian hutan yang relatif tertutup.

Ayam yang hidup secara berkelompok ini biasanya terdiri dari satu jantan dan beberapa betina. Di pagi dan sore hari, mereka berkeliaran mencari makan di hutan, semacam biji- bijian, pucuk rumput, dedaunan, serangga, serta hewan-hewan kecil lainnya.

Ayam betina bertelur sebanyak 5 sampai 6 butir dengan warna cokelat muda pucat ataupun kemerahan. Telur menetas sehabis menempuh masa pengeraman kurang lebih 21 hari. Ayam hutan merah diyakini sebagai leluhur ayam yang banyak dipelihara saat ini. Riset dari LIPI menunjang dugaan tersebut.

Bersumber pada riset DNA, ayam yang ada di dalam negeri ialah generasi dari ayam hutan merah. Ditemukan pula fakta bahwa Indonesia merupakan satu dari tiga wilayah pusat domestikasi ayam pertama kali di dunia, selain di Tiongkok dan India.


Ayam Hutan Hijau (Gallus varius)

Ayam ini diyakini pula sebagai nenek moyang ayam peliharaan di masa ini. Di Indonesia, ayam ini mempunyai banyak istilah, seperti canghegar di Sunda, ayam alas di Jawa, ajem allas atau tarattah di Madura. Dalam bahasa Inggris, ayam ini diketahui dengan nama Green Junglefowl, Javan Junglefowl, Forktail, ataupun Green Javanese Junglefowl.

Panjang tubuh ayam hutan hijau jantan 60 centimeter, sedangkan ayam betina 42 cm. berbeda dengan ayam hutan merah, ayam hutan hijau mempunyai jengger yang tidak bergerigi. Jenggernya membulat pada bagian tepi, bercorak merah serta kebiruan di bagian tengah.

Ayam hutan merah

Bulu pada leher, tengkuk, dan mantel bercorak hijau mengkilap dengan tepi kehitaman seperti sisik ikan. Pinggul tertutupi oleh bulu- bulu panjang meruncing kuning keemasan, dan pada bagian tengahnya berwarna hitam.

Baca juga : Ayam Hutan Hijau, Ayam Endemik Indonesia yang Diambang Kepunahan

Bulu bagian dasar berwarna gelap dan ekornya berwarna hitam kehijauan mengkilap. Ayam hutan hijau betina badannya berdimensi lebih kecil, bulunya berwarna kuning kecokelatan, bergaris, serta berbintik gelap.

Ayam hutan hijau menyukai habitat terbuka, semacam padang rumput, tepi hutan serta wilayah perbukitan rendah dekat tepi laut. Ayam ini tersebar secara terbatas di wilayah Jawa, Bali, serta Nusa Tenggara.

Ayam hutan hijau

Di wilayah Jawa Barat, ayam hutan hijau hidup di daerah dengan ketinggian 1. 500 mdpl, di Jawa Timur sampai ketinggian 3. 000 mdpl, dan di Lombok sampai 2. 400 mdpl. Ayam ini hidup berkelompok, yang terdiri dari 2 sampai 7 ekor.

Ayam hutan hijau mempunyai keahlian terbang vertikal sampai 7 m yang tidak dipunyai tipe ayam kampung. Kemampuan terbang lurusnya bisa menempuh jarak hingga ratusan meter. Ayam ini mempunyai karakteristik khas suara yang unik.

Suara kokoknya pendek, tetapi nyaring. Suara kokokan ayam akan disambut oleh ayam lain yang mendenganrya. Sedangkan kotekan ayam hutan hijau betina sama dengan kotekan ayam kampung betina.


Ayam Hutan Kelabu (Gallus sonneratii)

Ayam ini tersebar secara endemik di hutan tropis India bagian tengan, barat, dan selatan. Ayam hutan kelabu jantan panjangnya sekitar 80 cm. Ayam betinanya berukuran sekitar 38 cm. Mukanya berwarna merah dengan bercak putih pada bagian kuping. Paruhnya kuning kecokelatan dan iris matanya kuning.

Bulu pada bagian leher, tengkuk, serta mantel bercorak kelabu berbintik gelap putih. Bulu ekornya gelap keunguan dengan bulu tengah panjang dan melengkung ke bawah. Kaki ayam hutan kelabu berwarna kuning kemerahan dengan satu taji pada tiap kaki ayam jantan.

Ayam betinanya tidak mempunyai taji, bulunya lebih pendek, bercorak cokelat tua dengan bulu semacam sisik putih kecokelatan pada bagian dasar. Ayam hutan kelabu mempunyai kebiasaan seperti ayam hutan merah.

Yaitu hidup secara berkelompok dan bersarang di atas pohon. Pada pagi dan sore hari, ayam ini keluar buat mencari makan berupa biji-bijian, pucuk daun, rerumputan, serta serangga, dan hewan-hewan kecil lainnya.

Ayam hutan kelabu

Ayam hutan kelabu betina biasanya menghasilkan 3 sampai 5 telur. Waktu pengeraman sama dengan ayam pada umumnya, yaitu sepanjang 3 pekan. Setelah menetas, anak-anak ayam ini diasuh oleh induknya hingga kuat dan dapat mencari makan sendiri.


Ayam Hutan Sailan/Sri Lanka (Gallus lafayetii)

Ayam hutan sailan/sri lanka ialah ayam endemik yang banyak tersebar di kawasan Sri Lanka. Panjang badan ayam jantan sekitar 72 cm, sedangkan ayam betina panjangnya sekitar 35 cm. Berat ayam jantan antara 790–1140 g.

Baca juga : Ayam Ketawa, Ayam Asli Sulawesi yang Memiliki Suara Kokok Khas

Sedangkan pada ayam betinanya mempunyai berat sekitar 510–645 g. Kulit muka dan pial ayam ini berwarna merah terang. Keunikan ayam hutan ini jenggernya berwarna merah dengan bagian tengahnya berwarna kuning.

Ayam hutan srilangka

Ayam jantannya memiliki bulu tubuh berwarna merah atau jingga, sementara sayap dan ekornya berwarna dari ungu ke hitam. Bulu surainya berwarna keemasan dan memanjang turun dari kepala ke tulang belakang.

Betinanya berbulu kusam berwarna cokelat dengan corak putih di bagian dada serta perut bagian bawah. Ini salah satu keunikan ayam hutan sailan betina, yang berguna untuk membantu kamuflase saat bersarang.

Tingginya minat beberapa kolektor penghobi menjadikan nilai ekonomis ayam hutan cenderung meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut juga didukung oleh keunikan, kelangkaan serta tidak sembarang orang dapat membudidayakan ayam liar ini. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Ayam Hutan, Leluhur Ayam Kampung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latber Malam Road to Margo Trophy, Jaladri dan Maha Raja Raih Bendera Enam Warna, Bimo Juara

Setelah sukses pada penyelenggaraan latber sebelumnya, Latber Road to Margo Trophy kembali digelar pada Sabtu, 14 September 2024 di Gantanga...