Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) merupakan sejenis burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 78 cm, dari suku Phasianidae. Suku Phasianidae, adalah kelompok burung berbadan besar yang banyak menghabiskan waktunya di permukaan tanah.
Ayam hutan merah tersebar luas di hutan tropis dan dataran rendah di benua Asia, dari Himalaya, Cina, Asia Tenggara, hingga ke Sumatra, Jawa, dan Bali. Selain itu juga diintroduksi ke Sulawesi, Nusa Tenggara, Filipina, dan Australia.
Berdasarkan hasil penelitian DNA yang dilakukan oleh LIPI, menemukan bahwa ayam domestik (ayam peliharaan) berasal dari satu nenek moyang, yaitu ayam hutan merah (Red jungle fowl). Jadi ayam hutan merah adalah nenek moyang dari berbagai jenis ayam lokal, yang banyak tersebar di pelosok tanah air.
Seekor ayam hutan merah betina |
Misalnya ayam kampung, ayam pelung, ayam sentul, ayam balenggek, dan masih banyak lagi. Karena itu ayam kampung yang selama ini telah dipelihara secara luas oleh masyarakat diberi nama ilmiah Gallus gallus domesticus.
Baca juga : Ayam Hutan, Ayam Liar yang Hidup di Hutan Leluhur Ayam Kampung Masa Kini
Ayam hutan merah adalah satu dari dua spesies ayam hutan yang dipunyai Indonesia, yang lainnya yakni ayam hutan hijau (Gallus varius). Dari hasil penelitian itu juga menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu dari tiga wilayah yang dinyatakan sebagai pusat domestikasi ayam pertama kali di dunia selain di Cina dan India.
Sekelompok ayam hutan merah |
Sejak kapan ayam hutan ini didomestikasi tidak jelas, tetapi ayam hutan sudah diternakkan sejak peradaban Lembah Indus sekitar 5.000 tahun yang lalu. Seperti kebanyakan unggas dari famili phasianidae, ayam hutan dan keturunannya merupakan jenis unggas yang mempunyuai kemampuan terbang yang buruk.
Ukurannya yang besar dan badannya yang berat membuat ayam hutan tidak mampu terbang tinggi layaknya burung. Ayam hutan jantan dan betina, mempunyai bentuk tubuh yang sangat berbeda (sexual dimorfism). Ayam jantan hutan berbulu sangat indah.
Ayam hutan merah juga mampu terbang meskipun tidak bisa tinggi
Ayam hutan merah mempunyai panjang tubuh sekitar 70 cm (jantan) dan 45 cm (betina). Ayam hutan merah jantan memiliki bulu-bulu leher, tengkuk dan mantel yang panjang meruncing berwarna kuning coklat keemasan dengan kulit muka merah, iris coklat, bulu punggung hijau gelap dan sisi bawah tubuh berwarna hitam mengilap.
Pada kepalanya terdapat jengger bergerigi dan gelambir berwarna merah. Ekornya terdiri dari 14 sampai 16 bulu berwarna hitam hijau metalik, dengan bulu tengah ekor yang panjang dan melengkung ke bawah. Kaki berwarna kelabu dengan sebuah taji.
Ayam hutan merah tengah bertengger di atas pohon |
Sebaliknya, ayam hutan betina berwarna suram. Bulu ekornya pendek, sekujur bulu di tubuhnya didominasi warna coklat tua kekuningan dengan sedikit campuran warna hitam dan putih di sekujur tubuh. Ayam hutan merah betina memiliki kaki yang tidak bertaji.
Baca juga : Ayam Hutan Hijau, Ayam Endemik Indonesia yang Diambang Kepunahan
Untuk memikat betina saat musim berbiak, jantan dilengkapi warna bulu dan ornamen tubuh yang sangat indah. Saat musim berbiak, pejantan akan sibuk berlenggak-lenggok, memperlihatkan keelokan bulunya dengan gerakan tertentu, untuk memikat sang betina.
Sekelompok ayam hutan merah sedang mencari makan |
Selain bulunya mempunyai warna yang indah, ayam hutan merah juga sering mengeluarkan suara yang nyaring dan merdu. Kakinya dilengkapi taji yang runcing untuk mengais permukaan tanah dan bertarung dengan ayam hutan merah jantan lainnya untuk memperebutkan betina.
Ayam hutan merah menyenangi daerah/tempat yang banyak menyediakan fasilitas untuk melakukan kegiatan rutin, terutama untuk mengais, mencari makanan, berjemur, kawin, dan mengasuh anak-anaknya. Juga bertengger di atas pohon untuk beristirahat. Seperti hutan sekunder, hutan bambu, perkebunan kelapa sawit, karet, teh, dan kopi sampai ketinggian 1100 mdpl.
Sarang ayam hutan merah |
Ayam hutan merah biasa hidup berkelompok. Satu kelompok biasanya terdiri dari 1-2 ekor ayam hutan merah jantan dan beberapa ayam betina serta dengan anak-anaknya. Di pagi dan sore hari, ayam hutan merah akan keluar mencari makanan di atas permukaan tanah.
Makanan ayam hutan merah terdiri dari aneka biji-bijian, pucuk rumput, dan dedaunan. Selain itu, ayam hutan merah ini juga mengkonsumsi serangga serta berbagai jenis hewan kecil lainnya. Pada saat tidak sedang mencari makanan, ayam hutan merah lebih sering terlihat sedang bertengger di pepohonan.
Induk ayam hutan merah dengan anak-anaknya |
Ayam hutan merah membuat sarang berupa gundukan kasar pada semak-semak yang lebat. Sarang dibangun dari ranting dan daun-daun kering di atas tanah. Saat senja, ayam hutan merah jantan dan betina yang tidak sedang mengeram, akan terbang ke atas pohon untuk tidur sekaligus menghindari pemangsa.
Baca juga : Bekisar, Ayam Hasil Persilangan Ayam Hutan dengan Ayam Kampung, Ikon Jawa Timur
Tidak banyak data yang menyebutkan tingkat produktivitas ayam hutan merah. Hanya disebutkan kira-kira bobot ayam hutan merah jantan dan betina 1,5 dan 1 kg pada umur sekitar 1,5 tahun , dengan demikian ayam ini termasuk lambat tumbuh.
Ayam hutan merah sedang bertarung |
Produksi telurnya sedikit 5-6 butir per periode bertelur. Dengan ciri telurnya berwarna putih dan mempunyai kerabang yang halus. Lamanya telur menetas di habitat alaminya sekitar 19,5 hari dengan daya tetas 90%. Musim kawin terjadi pada bulan Pebruari hingga Agustus.
Sebagaimana ayam lainnya, bangsa aves ini mampu berbiak sepanjang waktu dengan jumlah telur sebanyak 4-5 butir dalam sekali berbiak. Kerabat dekat ayam hutan dalam suku ini meliputi burung puyuh, sempidan, kuau, dan merak. Ayam hutan merah di habitatnya sangat pemalu dan menghindari kehadiran manusia sehingga saat ditangkap, ayam hutan merah ini bisa mati karena stres berat. (Ramlee)
Sumber : remen.id
Ayam Hutan Merah, Diyakini Merupakan Nenek Moyang Ayam Domestik