Blog tentang hobi dan kreasi jadi rejeki

Kamis, 22 Juni 2023

Kucing Emas, Fauna Menawan dari Sumatera yang Misterius yang Hampir Punah

 



Kucing emas (Catopuma temminckii) merupakan bagian dari spesies kucing liar. Sebagaimana halnya harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), macan dahan (Neofelis diardii), kucing batu (Pardofelis marmorata), dan kucing hutan (Prionailurus bengalensis).

Nama latinnya diambil dari seorang zoologis asal Belanda bernama Coenraad Jacob Temminck yang pertama kali mendeskripsikannya pada tahun 1827. Hewan ini memiliki dua subspesies, yaitu Catopuma temminckii temminckii (Pulau Sumatra dan Semenanjung Melayu) dan Catopuma temminckii moormensis (dari Nepal sampai Myanmar bagian Utara, Cina, Tibet, dan Asia Tenggara).

Kucing ini tersebar di Tibet, Nepal, China, Myanmar, Laos, Vietnam, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Khusus di Indonesia, kucing emas hanya ditemukan di Sumatera, terutama di wilayah Taman Nasional Gunung Leuser (Aceh), Taman Nasional Kerinci Seblat (Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Bengkulu, Lampung) dan Taman Nasional Way Kambas (Lampung).

Kucing emas di habitatnya
 

Kucing ini memiliki ukuran tubuh sedang dengan kaki yang relatif panjang. Pada awalnya, bentuk fisik dari hewan ini mirip dengan kucing emas Afrika (Caracal aurata). Ternyata analisis genetik terbaru menunjukkan kemiripan yang lebih dekat dengan Borneo bay cat (Catopuma badia) dan Marbled cat (Pardofelis marmorata).

Baca juga : Kakatua Raja, Burung Kakatua Terbesar di Dunia dari Tanah Papua

Walaupun dinamakan kucing emas, warna bulu kucing ini pada umumnya coklat merah, bisa juga coklat tua dan bahkan abu-abu. Ciri-ciri yang paling mudah dikenali adalah adanya garis putih dengan warna coklat tua bahkan hitam di pinggirannya, memanjang di sepanjang pipi, lalu dari lubang hidung ke pipi, di sudut dalam mata, dan di atas kepala.

Kucing emas terekam kamera sedang memangsa tupai
 

Kucing ini memiliki telinga bulat. Biasanya punggungnya berwarna coklat tua atau hitam dengan bintik abu-abu. Bagian dada, perut, kaki atas bagian dalam berwarna putih dengan bintik-bintik tipis. Kaki dan ekornya juga berwarna gelap, seperti abu-abu sampai hitam di bagian paling ujung.

Kucing emas biasanya hidup di ketinggian 1.100 hingga 3.738 meter di atas permukaan laut (mdpl), menempati padang rumput dan kebun. Kucing ini bisa tumbuh dengan panjang 116 hingga 161 sentimeter. Ukuran tubuh betina lebih kecil ketimbang jantan. Ekornya setengah atau sepertiga dari panjang tubuhnya. Bobot kucing berkisar antara 12 sampai 15 kilogram.

Induk kucing emas sedang menggendong anaknya di Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Sumatera
 

Kematangan seksual kucing betina saat berumur 18-24 bulan, sedangkan kucing jantan di umur 2 tahun. Hewan jenis betina ini akan mengandung anaknya selama 90 hari. Biasanya seekor kucing emas betina bisa melahirkan 1-3 anak, dengan masing-masing anak seberat 250 gram.

Seekor betina mengandung anaknya selama 90 hari dengan proses perkawinan selama 70 hari. Di alam liar, betina akan melahirkan di sebuah lubang pohon. Selama enam bulan, makanan utama anak kucing adalah air susu sang induk. Setelah 12 bulan hidup di bawah pengawasan induk, anak-anak kucing akan hidup mandiri dengan berburu makanan sendiri.

Habitat kucing emas adalah hutan tropis dan subtropis, seperti yang banyak ditemukan di Asia Tenggara. Terkadang hewan ini dilaporkan terlihat di habitat terbuka seperti padang rumput dan daerah berbatu. Kucing ini juga tidak takut ketinggian. Soalnya, hewan ini sering ditemukan di tempat yang relatif tinggi.

Rekor penemuan hewan ini di tempat tertinggi adalah 3.960 meter di Cagar Biosfer Khangchendzonga Sikkim, India. Meskipun hewan ini juga sempat terlihat di hutan daratan rendah, seperti yang terekam kamera perangkap (camera trap) di Taman Nasional Kerinci Seblat di Sumatera pada 2015 silam.

Kucing emas menyukai lubang di pokok pohon
 

Kucing emas Asia adalah hewan pemburu terestrial karena aktivitasnya dilakukan di permukaan tanah walaupun mereka juga pintar memanjat pepohonan tinggi. Hewan ini diketahui memangsa hewan amfibi, reptil kecil, serangga, tupai, dan burung.

Baca juga :  Kucing Bakau, Si Perenang Ulung yang Terancam Punah

Di Indonesia tepatnya di Pulau Sumatera, masyarakat setempat pernah melaporkan penemuan hewan tersebut yang ternyata memangsa unggas mereka. Indonesia sendiri jadi rumah bagi beberapa spesies kucing liar eksotis, mulai dari yang ukurannya kecil sampai yang besar.

Kucing emas terjerat perangkat babi di hutan Agam, Sumbar. Meskipun bisa diselamatkan tetapi akhirnya mati
 

Lebatnya hutan Sumatera di lanskap Bukit Barisan, menjadi habitat dari kucing emas. Sifatnya yang pemalu dan tidak suka didekati manusia membuatnya terkesan misterius karena sangat sulit dilihat dan dijumpai.

Sistem kawin mereka juga masih misterius karena sangat sulit diamati. Kucing emas juga dikenal sebagai hewan pemalu, apalagi bertemu dengan manusia. Kucing emas yang ada di penangkaran atau kebun binatang banyak yang dilaporkan mati.

Seekor kucing emas liar berada di salah satu garasi rumah warga di Ds. Masjid, Kecamatan Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh
 

Karena sangat langka, kucing emas termasuk salah satu hewan yang ikut dikampanyekan untuk dicegah kepunahannya. Lembaga internasional untuk konservaasi alam (IUCN) menyatakan kucing emas statusnya Near Threatened atau rentan punah.

Kucing ini sangat menghindari manusia. Mereka mendiami area hutan yang sangat lebat untuk mengurangi gangguan. Karena itu, kucing emas jarang sekali terlihat di area yang terbuka sehingga sulit untuk diamati dan dipelajari perilaku serta kebiasaannya.

Di kawasan lindung di Sumatera, kucing ini dilaporkan cuma terlihat di hutan dataran rendah. Menurut International Society for Endangered Cats atau ISEC, mereka sangat jarang terlihat di area hutan pegunungan yang ditinggali oleh kucing batu (marbled cat) dan macan dahan atau (clouded leopard) yang ukurannya jauh lebih besar.

Awalnya, kucing emas asia sempat dikira bersifat nokturnal atau aktif pada malam hari seperti jenis kucing liar lainnya. Namun, berdasarkan pengamatan, ternyata mereka lebih suka aktif pada pagi dan sore hari.

Kucing emas di suatu kebun binatang
 

Kucing ini jenis predator yang oportunistis. Mereka akan memangsa berbagai jenis hewan, mulai dari bajing, ular, reptil, burung, sampai kijang. Bahkan, menurut Animal Diversity, kucing emas Asia yang hidup di India suka berburu hewan berukuran besar, seperti babi liar, anak kerbau, sampai rusa sambar. Kalau pemukiman manusia masuk dalam wilayah jelajahnya, kucing ini juga akan memangsa hewan ternak.

Baca juga : Soa Soa Layar, Kadal Purba Eksotis Endemik Indonesia Timur

Karena sifatnya yang penyendiri, sulit untuk memperkirakan berapa tepatnya jumlah kucing emas asia yang ada di habitatnya. Populasinya semakin memprihatinkan, ancaman terbesar datang dari penggundulan hutan. Tidak hanya melenyapkan rumah bagi kucing emas asia, penggundulan hutan juga mengusir satwa-satwa yang jadi makanannya.

Proses pelepasliaran kucing emas di TNBBS
 

Selain itu, ancaman besar juga datang dari perdagangan satwa liar dan perburuan yang masih marak terjadi. Kasus perburuan paling menyita perhatian publik terjadi pada Juni 2020 lalu, saat kucing emas terjerat di perkebunan warga di kawasan hutan Sungai Dareh, Nagari Pauh, Kecamatan Kamang Magek, Agam, Sumatera Barat.

Ketika ditemukan, kucing tersebut masih hidup namun kondisinya sangat lemah. Kaki kiri depannya terlilit tali (jerat babi) dengan kondisi membusuk, dikerubuti lalat. Kucing malang tersebut sempat dibawa ke klinik TMSBK (Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan) Bukittinggi untuk menjalani perawatan, namun keesokan harinya ditemukan mati di kandangnya.

Pelepasliaran kucing emas
 

Kucing emas merupakan satu dari banyaknya keindahan alam Indonesia yang wajib dijaga. Tidak hanya macan emas, hutan-hutan Indonesia juga menjadi rumah bagi berbagai jenis kucing liar kecil, mulai dari kucing batu, kucing bakau, kucing merah, sampai macan dahan. Semoga keberadaan satwa-satwa eksotik ini dapat tetap terjaga. (Ramlee)




Sumber : remen.id


Kucing Emas, Predator Misterius Lebatnya Hutan Sumatera yang Terancam Punah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latber Malam Road to Margo Trophy, Jaladri dan Maha Raja Raih Bendera Enam Warna, Bimo Juara

Setelah sukses pada penyelenggaraan latber sebelumnya, Latber Road to Margo Trophy kembali digelar pada Sabtu, 14 September 2024 di Gantanga...