Blog tentang hobi dan kreasi jadi rejeki

Rabu, 19 Juli 2023

Yaki, si Hitam Berpantat Merah Primata Endemik Sulawesi Utara yang Terancam Punah



Yaki (Macaca nigra), merupakan monyet hitam endemik Sulawesi. Hewan ini memiliki beberapa nama panggilan lainnya seperti monyet hitam dan Celebes Crested Macaque. Monyet ini tidak jarang cukup sulit dibedakan dengan macaca Gorontalo (Macaca nigrescens) karena keduanya memiliki warna tubuh hitam. Yaki merupakan satwa paling terancam dari 7 spesies endemik di Pulau Sulawesi

Yaki merupakan hewan diurnal (aktif di siang hari). Mereka memiliki badan yang besar dan berwarna hitam, wajahnya berwarna hitam tertutup oleh rambut, rambutnya membentuk jambul ke arah belakang dan ke atas. Yaki jantan memiliki panjang sekitar 520 – 570 mm dengan berat rata-rata 9,9 kg sedangkan yang betina memiliki panjang 445 – 570 mm dengan berat rata-rata 5,5 kg.

Cukup mudah mengenali keberadaan yaki karena seluruh tubuhnya hitam pekat, badannya besar dengan rambut berjambul di atas kepala, serta memiliki bokong berwarna merah muda. Dengan panjang rata-rata 50-an cm, berat yaki sekitar 9 kg untuk jantan dan betinanya sedikit lebih kecil.

Yaki dengan tubuh hitam legamnya dan berjambul
 

Yaki sering salah dideskripsikan sebagai monyet hitam Gorontalo, pada dasarnya karena sama-sama memiliki tubuh berwarna hitam. Namun, secara fisik monyet Gorontalo warnanya sedikit kemerahan dan jambulnya tidak terlalu mencolok tinggi. Bahkan, bantalan bokongnya pun tidak sebesar dan semerah yaki.

Baca juga : Binturong, Hewan Asli Indonesia Berperawakan seperti Perpaduan Kucing dan Beruang

Bantalan bokong pada betina bisa membesar dan berkelir merah. Perubahan itu tanda sang betina sedang berahi atau menstruasi. Pada yaki jantan bantalan bokong tidak membesar. Sejatinya bantalan bokong itu adalah kulit yang menebal dan disebut ischial callosities.

Yaki mempunyai pantat berwarna merah
 

Yaki mempunyai ekor yang sangat pendek hampir tidak tampak sehingga sering dianggap kera. Padahal, yaki termasuk monyet karena berekor. Menurut penelitian, rata-rata panjang ekor yaki hanya 0,2 cm. Bandingkan dengan buntut monyet ekor panjang Macaca fascicularis yang mencapai 50—60 cm.

Hewan ini merupakan poligini, setiap individunya (jantan dan betina) dapat memiliki banyak pasangan dalam satu waktu. Yaki betina memiliki panjang siklus menstruasi kurang lebih 32 hari dan dapat melahirkan 1 anak setiap 18 bulan dengan rata-rata masa kehamilan selama 5,5 bulan. Puncak kelahiran monyet hitam Sulawesi di antara bulan Januari dan Mei.

Yaki menghabiskan 60% waktunya di atas tanah, khususnya saat cuaca ekstrem yang kemungkinan sebagai bentuk adaptasi terhadap panas. Hewan ini menghabiskan 59% waktunya untuk mencari makan, melakukan pembibitan, dan bergerak. Pada pagi hari, mereka bersosialisasi, istirahat pada siang hari, dan tidur di atas pohon.

Dalam satu kelompok monyet hitam Sulawesi (jantan dan betina) dapat berjumlah 60 sampai 80 individu dan dapat bertambah hingga 100 individu. Lama hidup hewan endemik ini dapat mencapai 34 tahun di penangkaran dan 18 tahun di alam liar.

Yaki hidup berkelompok dan menghabiskan waktunya di atas tanah
 

Habitat utama monyet hitam Sulawesi yaitu di dataran rendah dan tinggi hutan hujan tropis dengan ketinggian berkisar antara 200 – 1200 mdpl. Selain itu, mereka juga dapat hidup di hutan primer dataran rendah dan pegunungan, hutan sekunder dan bekas tebangan, padang rumput dan lahan budidaya yang dikelilingi oleh hutan.

Baca juga : Hamster, Hewan Pengerat Imut yang Lucu

Yaki merupakan hewan terestrial, dalam sehari dapat melakukan perjalanan rata-rata sejauh 2,4 km. Walaupun waktu dan jarak tempuh yang dilakukan per hari dapat berubah di hutan primer di mana buah melimpah sehingga tidak perlu melakukan perjalanan jauh.

Yaki tengah menikmati buah-buahan yang didapatkannya
 

Keberadaan monyet hitam Sulawesi terbatas di daerah Sulawesi bagian utara dan pulau-pulau terdekat yaitu Pulau Manado Tua dan Pulau Talise. Di Sulawesi, persebaran yaki juga ditemukan di dekat Sungai Ongkag Dumoga dan Gunung Padang hingga ke ujung semenanjung.

Selain itu, terdapat introduced population (populasi spesies yang diperkenalkan oleh manusia di luar kisaran distribusi alami asli spesies tersebut) setidaknya sekitar 100.000 individu yang tinggal di Pulau Bacan, Kepulauan Maluku.

Sebagian besar yaki merupakan frugivora atau hewan pemakan buah. Sekitar 66% makanan yaki berupa buah-buahan. Namun, ketika buah-buahan mulai langka, mereka akan memakan serangga, daun muda, pucuk daun, dan batang dari tanaman berbunga.

Selain itu, mereka juga memiliki makanan yang beragam seperti invertebrata dan vertebrata kecil (kelelawar, katak, kadal, dan ular). Terkadang, yaki juga memasuki lahan perkebunan dan pertanian untuk memakan kelapa, jagung, gula aren, dan tanaman lainnya.

Anak yaki dalam gendongan induknya hingga benar-benar bisa mandiri
 

Yaki atau monyet hitam Sulawesi masuk ke dalam daftar Red List IUCN dengan status Critically Endangered atau kritis yang dapat terjadi kepunahan dalam waktu dekat dengan tren populasi yang terus menurun. Dalam 3 generasi terakhir (kurang lebih 33 tahun) diperkirakan populasi yaki berkurang hingga >80% akibat dari perburuan liar, tekanan, dan kehilangan habitat.

Baca juga : Ferret, Predator Kuat Mirip Musang yang Penampilannya Lucu

Satwa ini juga masuk ke dalam apendiks II CITES yang berarti keberadaannya sekarang belum tentu terancam kepunahannya tetapi akan terancam punah apabila perdagangan tidak dikontrol dengan ketat. Di indonesia, satwa ini merupakan satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Yaki di habitat aslinya di Cagar Alam Batu Putih Sulawesi
 

Pada umumnya, monyet hutan Sulawesi tidak memiliki predator. Namun, populasinya semakin berkurang akibat diburu oleh manusia. Adanya permintaan konsumsi daging yaki di Sulawesi Utara untuk disajikan pada perayaan khusus, termasuk acara besar dan acara keagamaan, membuatnya seringkali diburu oleh manusia.

Selain itu, kehilangan habitat akibat industri pertanian, ladang berpindah, pertambangan, dan kebakaran hutan juga merupakan ancaman bagi keberadaan yaki. Beberapa bahkan ditangkap untuk perdagangan hewan peliharaan.

Masa depan banyak spesies primata bergantung pada kemampuan mereka dalam menghadapi ancaman-ancaman ini dan adaptasi pada kondisi yang berubah. Menjadikan yaki, yang mana merupakan hewan liar, sebagai hewan peliharaan dapat meningkatkan risiko penularan penyakit dari hewan ke manusia (anthropozoonosis). (Ramlee)


Sumber : remen.id

Yaki, Monyet Hitam Berjambul Endemik Sulawesi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latber Malam Road to Margo Trophy, Jaladri dan Maha Raja Raih Bendera Enam Warna, Bimo Juara

Setelah sukses pada penyelenggaraan latber sebelumnya, Latber Road to Margo Trophy kembali digelar pada Sabtu, 14 September 2024 di Gantanga...