Blog Hobi dan Informasi

Senin, 26 Juni 2023

Kambing Hutan, Satwa Endemik Sumatera yang Suka Menyendiri dan Bermain di Atas Tebing




Lebatnya hutan hujan tropis di bentang alam Bukit Barisan Sumatera menyimpan aneka satwa eksotis yang jarang diketahui. Ada satu satu jenis satwa yang suka bermain di tebing terjal serta bersembunyi di goa. Si penyendiri itu memiliki langkah pasti ketika menuruni lereng curam berkarang. Bila siang, ia hanya berdiam dan bersembunyi di semak yang lebat, atau daerah berbatu kapur.

Biasanya, di sekitar tebing curam yang menghadap ke lembah atau jurang. Ketika malam, ia istirahat di goa yang tidak jauh dari tebing-tebing di puncak bukit. Urusan makan, hanya ada dua waktu, yaitu pagi dan sore. Untuk kawin, hanya dilakukan saat musimnya saja, yakni pada bulan Oktober dan November. Selebihnya, ia bakal sembunyi dan menyendiri lagi. Satwa itu adalah kambing hutan Sumatera.

Kambing Hutan Sumatera (Capricornis sumatraensis sumatraensis) merupakan hewan yang jarang terpublikasi karena sulit ditemui sehingga sangat minim penelitian terhadap hewan tersebut. Hewan ini merupakan subspesies dari mainland serow (Capricornis sumatraensis). Kambing ini memiliki beberapa nama panggilan lain seperti kambing gurun dan sumatran serow.

Kambing hutan Sumatera sembunyi di lebatnya hutan Sumatera

Kambing ini hanya menyukai belantara hutan primer di ketinggian 200 meter hingga 3.000 meter di atas permukaan laut. Kambing hutan Sumatera adalah pendaki berkaki kokoh yang dapat mendaki tebing-tebing curam. Kambing hutan ini biasanya berlindung di semak belukar lebat pada siang hari, dan keluar mencari makan ke daerah yang lebih terbuka pada pagi-pagi sekali.

Baca juga : Kucing Emas, Fauna Menawan dari Sumatera yang Misterius yang Hampir Punah 

Hewan endemik Pulau Sumatera ini memakan hampir setiap tumbuhan, namun kesukaannya adalah daun-daun muda dan pucuk-pucuk daun, khususnya dari tumbuhan beraroma tertentu. Misalnya, daun talas, ketela pohon, lidah-lidah, balik angin, daun rigo-rigo, dan yang lainnya.

Kambing hutan Sumatera sedang beristirahat di gua

Kambing ini berbeda dengan jenis kambing lainnya karena memiliki perpaduan antara kambing dan antelop. Subspesies ini merupakan satu-satunya Caprinae yang memiliki jangkauan hanya di dalam hutan hujan tropis.

Selain di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), populasi kambing hutan berada di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), dan juga Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Dahulu, persebaran kambing hutan sumatera hampir di seluruh pegunungan dan dataran tinggi Sumatera.

Sayangnya, walau habitat kambing hutan ini sudah terpetakan, tetapi masih sangat sedikit penelitian terkait hewan ini. Hingga sekarang, belum diketahui berapa jumlah pasti populasi di habitatnya. Salah satu alasannya, karena individunya yang sulit dijumpai, dan habitatnya yang susah dijangkau.

Sulit untuk diamati karena penciuman, pendengaran, dan penglihatannya tajam. Ditambah kebiasaannya menyendiri serta habitatnya yang sulit. Kambing hutan Sumatera ini ketika tiba-tiba berhadapan dengan manusia, ia akan segera berdiri diam-diam dan memandang beberapa saat.

Kambing hutan Sumatera keberadaannya kian langka

Kemudian, bergegas pergi menuruni bukit ke vegetasi yang lebat. Tanda bahayanya bermacam, seperti antara embikan dan raungan, siulan melengking yang aneh. Tubuhnya sekilas mirip anak kerbau, mempunyai bulu lebat dan kasar dengan warna hitam keabuan. Memiliki fisik kekar dan berotot.

Baca juga : Kakatua Raja, Burung Kakatua Terbesar di Dunia dari Tanah Papua

Tanduknya ramping, pendek, dan lurus ke belakang dengan panjang ± 27,9 cm sentimeter. Kambing hutan Sumatera dewasa memiliki panjang tubuh 1,4 m – 1,5 m, tinggi sekitar 0,8 m – 0,9 m, dan berat sekitar 85 – 140 kg.

Kambing hutan Sumatera memiliki perawakan perpaduan antara kambing dan antelop

Perkembangbiakannya tergolong lambat. Anaknya 1 hingga 2 ekor setiap kelahiran. Dalam 1 masa kehamilan selama 210 hari. Umur maksimum hewan langka ini sekitar 20 hingga 21 tahun untuk jantan, dan 21 hingga 22 tahun untuk betina.

Mereka memiliki cara unik untuk menandai daerah teritorialnya yaitu dengan menempatkan tumpukan kotoran dan menggosokkan kelenjar aroma (memposisikan kaki dan kepalanya) pada dedaunan. Induk dan anak kambing hutan sumatera dapat mengenali satu sama lain melalui suara mereka. Mereka dapat hidup di daerah bebatuan, semak belukar, arboreal (pepohonan), dan hutan. 

Hewan ini merupakan pemanjat yang tangkas, tak heran mereka juga ditemukan di daerah tebing dan pegunungan. Kondisi kemiringan yang terjal akan membuatnya semakin sulit untuk digapai sehingga mereka memanfaatkannya untuk bersembunyi dan menghindar dari predator.

Sesuai dengan kebiasaannya, mereka menghabiskan waktunya untuk bersembunyi di balik semak-semak yang lebat dan beristirahat di dalam goa sembari mengunyah kembali makanannya. Hewan ini beristirahat di hutan yang bervegetasi lebat.

Seekor kambing hutan sumatera masuk ke pemukiman warga Dusun Perteguhan, Desa Telagah. Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara dalam kondisi sakit


Harimau dan macan tutul merupakan predator utama dari kambing hutan sumatera. Namun, bukan mereka yang menyebabkan turunnya populasi kambing hutan sumatera, melainkan kegiatan manusia yang merusak habitatnya. Penyebab utama kerusakan habitat yaitu praktik tebang dan bakar lahan untuk kegiatan pertanian, ladang berpindah, serta pengambilan kayu secara sembarangan untuk kegiatan ekspor.

Baca juga : Kambing Etawa, Salah Satu Jenis Ternak Unggul yang Bisa Menghasilkan Keuntungan Besar 

Selain itu, perburuan liar untuk menjual bagian tubuh (terutama tanduknya), memakan dagingnya, hingga dijadikan sebagai obat tradisional merupakan ancaman bagi keberadaan hewan ini. Perburuan liar dapat terjadi di dalam maupun di luar kawasan lindung. Adanya jerat atau jebakan yang dipasang oleh pemburu dan kecelakaan seperti tertabrak kendaraan, juga merupakan ancaman akan penurunan populasi dari kambing hutan sumatera.

Kepala satwa dilindungi hasil sitaan BKSDA Sumbar


Dilihat dari pengurangan jumlah populasi mamalia ini dari tahun ke tahun, kemungkinan kepunahan di habitatnya bisa terjadi. Butuh penyuluhan (sosialisasi) kepada masyarakat, dan juga harus dibuat penangkaran untuk konservasi, baik in situ maupun ex situ sesegera mungkin.

Di Indonesia sendiri belum dapat dipastikan berapa jumlah yang ada, namun hewan ini memiliki tren populasi yang menurun. Selain itu, keberadaan kambing hutan sumatera juga dilindungi di Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. (Ramlee)



Sumber : remen.id


Kambing Hutan Sumatera, si Pemalu yang Kian Langka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayam Hutan Merah, Nenek Moyang Ayam Peliharaan Ternyata sangat Pemalu

Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) merupakan sejenis burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 78 cm, dari suku Phasianidae. Suku Phasi...