Blog Hobi dan Informasi

Rabu, 29 November 2023

Pak Rebo Wayang dan Abisa Juara di Liga DMS Putaran 5, Hobi Semakin Semarak



Liga DMS telah memasuki putaran ke-5. Digelar pada Minggu, 5 November 2023 di Lapangan Gawanan – Colomadu Karanganyar. Agenda milik PPDSI Solo itu berlangsung seru dan meriah. Ada tiga partai yang dilombakan yakni kelas Senior, Yunior, dan kelas Pemula berhasil terlaksana tanpa hambatan.

Event liga derkuku itu mampu membuat dekoe mania di sekitaran Solo Raya begitu antusias untuk meramaikan dan menyemarakkan agenda tersebut. Bahkan ada yang datang jauh dari luar Solo yakni Semarang, Salatiga, dan Kebumen.

Bandi selalu bersemangat hadiri kegiatan DMS
 

“Hari ini kami kembali menggelar Liga DMS Putaran 5 dengan lancar dan aman,” terang Agung Cahyanto, selaku Ketua PPDSI Solo. Lebih lanjut disampaikan bahwa kegiatan ini memang menjadi agenda penting bagi perkembangan hobi derkuku di Solo.

“PPDSI Solo akan selalu berusaha untuk ikut membangun hobi derkuku, utamanya di Solo. Biar semakin semarak dan bermutu.” ungkap Agung. Kedepan PPDSI Solo telah siap dengan program-program unggulannya untuk menunjang keinginan para penggemar derkuku, biar hobi derkuku ini jauh lebih bermutu, utamanya para peternak.

Para pengadil
 

PPDSI Solo selalu mengedepankan kejujuran dan yang terpenting juga dalam kegiatan kali ini adalah untuk selalu menjunjung tinggi sportifitas, kekompakan, dan kebersamaan demi menuju kemajuan derkuku di Solo. Terselenggaranya Liga DMS tersebut menjadi bukti kuat kolaborasi dan kerjasama yang terjalin erat dan dinamis.

Dengan begitu menciptakan sebuah kebersamaan dan kekompakan yang akan menjadi sebuah kekuatan besar untuk merealisasikan keinginan dan harapan antara komunitas hobi derkuku dengan pihak lain yang ada di Solo.

Jatmiko dan Darto dari Kebumen yang selalu hadir
 

“Dengan adanya kegiatan Liga DMS diharapkan dapat juga menarik minat pemula atau masyarakat yang selama ini tidak mengenal derkuku untuk bisa menggemari,” harap Agung Cahyanto. Geliat hobi derkuku itu harus ditampakkan dan ditunjukkan kepada masyarakat luas.

Tujuannya tentu saja agar masyarakat bisa mengenal, tertarik, dan akhirnya mau bergabung dalam hobi tersebut. Langkah seperti ini dipandang perlu, karena proses menarik minat masyarakat untuk menyenangi derkuku butuh kerja keras dan kesabaran.

Para dekoe mania Solo
 

Semakin seringnya adanya kegiatan lomba derkuku secara tidak langsung juga akan meningkatkan mutu dan kualitas dari penghobi itu sendiri. Para penghobi yang kerap hadir di lapangan akan meningkat pemahamannya seputar hobi derkuku yang ditekuninya.

Sehingga apa yang dilakukan tidak asal dan memenuhi unsur sebagai dekoe mania yang memiliki tingkat pemahaman derkuku yang mumpuni. Jika sudah semakin paham maka secara otomatis para mania ini akan melakukan peningkatan mutu dan kualitas orbitannya. Mereka akan mencari derkuku yang lebih baik dari yang dimiliki sebelumnya.

Agus Sadut BF Ketua PPDSI Semarang juga tampak hadir
 

Sementara itu PPDSI Solo juga menggembleng juri-juri mudanya. Mereka diberikan jam terbang yang cukup sehingga dapat memberikan penilaian yang baik. Siswo yang selalu mendampingi juri-juri ini tidak bosan-bosannya mengingatkan untuk menjuri dan melakukan penilaian sesuai dengan kualitas burung.

“Jangan sekali-kali menilai burung karena melihat pemiliknya. Kalian harus profesional dalam menilai burung,” sambung Siswo. Fair play harus menjadi misi bersama dalam menegakkan aturan. Sesuai dengan harapan Ketua PPDSI Solo bahwa juri-juri nasional yang ditugaskan pada saat itu, bisa membimbing jur-juri yunior.

Memantau andalannya masing-masing sampai miring-miring
 

“Senior itu buat tempat untuk konsultasi dan bertanya. Jika juri yunior ada yang kurang dipahami, jangan sungkan-sungkan untuk bertanya pada yang lebih senior,” jelas Dalip Kumar, juri senior Solo. Dalip berharap ada koordinasi antara juri penilai dan koordinator.

“Biasanya diawal penjurian, koordinator belum ada tugas, maka diharapkan bisa membantu juri penilai untuk memantau burung yang bunyi, sehingga peserta tidak sampai teriak karena burungnya tidak segera mendapatkan bendera,” jelas Dalip. Hal ini dilakukan untuk meredam teriakan peserta.

Ayub sambil ngeyub (berteduh) dipohon talok sambil mengamati jagoannya
 

Selama acara berlangsung, hampir tidak ada teriakan yang mengganggu jalannya penjurian. Semua peserta begitu menikmati proses penjurian dengan cara ngopi di pinggir lapangan. Seperti apa yang dikatakan oleh Bandi yang selalu berusaha hadir meskipun usia sudah tidak muda lagi.

“Pokoke iso nggantang,” ujar Bandi dengan bersemangat. “Juara bagiku gak seberapa penting, ketemu dulur-dulur iso nggo ngrabuk nyowo,” tambahnya sambil tertawa renyah. Sesekali pandangannya ke arah atas melihat tingkah polah gacoannya.

Pak Rebo burung asuhan Irul Pak Tani BF mampu tampil luar biasa di kelas Senior


Para juara di kelas Senior
 

Nuansa yang begitu menyejukkan diperlihatkan oleh gelaran Liga DMS 5. Para dekoe mania mendengarkan suara merdu derkuku yang ada ujung tiang kerekan. Cuaca cerah yang menyapa sepanjang perjalanan penjurian semakin membuat suasana bertambah gayeng.

Sampai akhirnya, perekap menentukan posisi daftar kejuaraan di masing-masing kelas yang dibuka. Untuk podium pertama di kelas Senior, berhasil menjadi milik Pak Rebo debutan Pak Tani Solo. Kemenangan derkuku ternakan New Ags 355 yang dikerek pada nomor 32 berkat raihan bendera 5 warna pada babak pertama, kedua, dan ketiga. Serta bendera empat warna pada babak keempat.

Agung menerima bendera koncer dari H. Nur Ali S di kelas Junior berkat prestasi apik Wayang


Para juara di kelas Yunior
 

“Koyo digrujuk banyu es mas, jian seger tenan,” kata Irul Pak Tani BF mengomentari kemenangan burung derkukunya. “Merupakan kepuasan tersendiri mas.” Sebelumnya burung andalan Irul ini hanya diternak saja.

“Ngrumat Pak Rebo sudah sekitar satu setengah tahun. Burung ini di rumah cuma saya ternak. Ndak taunya malah keluarin suara bagus di lapangan. Jujur saya sempet kaget, semu ora percoyo mas,” cerita Irul berbunga-bunga.

 

Wagiman serahkan bendera kejuaraan pada burung ABISA wakil pemilik Candra Semarang

Juara di kelas Pemula
 

Disusul kemudian oleh Bimo, andalan Sunaryanto Solo. Derkuku ternakan JNG 201 yang dikerek pada nomor 30 sebenarnya mempunyai nilai yang sama dengan sang juara hanya kalah aduan di suara tengah.

Sedangkan tempat ketiga diraih oleh Ilusi gaco Kanjeng Prabu. Sukses derkuku ternakan LMS 368 itu berkat raihan bendera empat warna pada babak pertama dan keempat serta lima pada babak kedua dan ketiga.

Tim Pedes (Wawan, Dorrick, Aries, dan Hdk) mulai moncer di lapangan
 

Di kelas Yunior, Wayang andalan King Kevin Solo berhasil menjadi yang terdepan. Keberhasilan derkuku ternakan Wayang 063 yang dikerek pada nomor 19 berkat raihan bendera empat warna pada babak pertama dan empat, serta bendera lima warna pada babak kedua dan ketiga dengan total nilai 87 ½ jauh meninggalkan lawan-lawannya.

Di tempat kedua ada Setyaki gaco Kanjeng Prabu Solo ring Tresno 489 yang dikerek pada nomor 16 dengan raihan bendera empat warna rata dari babak pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Ditempat ketiga ada Liontin rawatan Wagiman bergelang GSM 1750 yang dikerek pada nomor 4.

Team dari Purworejo semangat pantang kendor
 

Di kelas Pemula, juara pertama berhasil menjadi milik Abisa ring Yiz 106 yang menempati nomor kerekan 73. Disusul kemudian di posisi kedua ada Kuda Hitam ring GSM 1761 amunisi Roni Salatiga yang dikerek pada nomor 67. Dan ditempat ketiga ada Arya Jagad orbitan Ars Solo ring FM 17 yang dikerek pada nomor 62. (Ramlee/Jat)

 

 


 



Kereta Malam dan Bang Junet Terdepan di Gelaran Latbernil Kopi Hitam Bersama Pengcab Situbondo

 



Komunitas penghobi puter pelung Kopi Hitam Situbondo, terus bergerak mengembangkan hobi puter pelung di wilayahnya. Agenda yang mereka lakukan adalah dengan menggalang masyarakat yang ingin menekuni hobi bekerjasama dengan Pengcab PPPPSI Situbondo.

Salah satu kegiatan yang mereka lakukan adalah dengan menggelar kegiatan Latbernil di Gantangan Kopi Hitam yang berada di Kp.Rambutan Kesambirampak, Kec. Kapongan – Situbondo pada Minggu, 5 November 2023. Para penghobi dari Bondowoso, Banyuwangi, dan Situbondo pun ramai hadir.

Mereka datang bukan sekedar hanya nggantang burung dan latihan semata, tetapi kehadiran para mania ini dalam rangka meramaikan dan mendukung gelaran Latbernil Kopi Hitam. Kkegiatan itupun berjalan dengan sukses dan meriah tanpa suatu kendala apapun.

Semangat para anggota Kopi Hitam terjaga dengan baik
 

“Hari ini Kopi Hitam kembali adakan kegiatan latbernil. Saya senang dan bangga karena dengan kegiatan seperti ini, maka kami bisa terus melakukan silaturahmi dengan sesama kwok mania yang ada di Situbondo dan daerah sekitarnya,” jelas Ach Yani selaku Ketua komunitas puter pelung Kopi Hitam.

Agenda kali ini membuka dua partai yakni kelas Madya dan Pemula. Antusias penghobi puter pelung sepertinya masih tetap tinggi dengan pencapaian peserta yang sangat baik. Penuh sesaknya peserta yang menurunkan puter pelung orbitannya di dua kelas tersebut terasa membanggakan.

Ketua Pengcab Bondowoso H. Ichwanto ikut hadir
 

“Alhamdulillah kegiatan kami masih didukung oleh rekan-rekan penghobi, mudah-mudahan hal ini bisa menjadi kebiasaan setiap kali ada agenda,” harap Ach Yani. Kopi Hitam yang selama ini rutin menjadikan kegiatan latbernil puter pelung sebagai agenda tetap, tampaknya mulai jadi tujuan penghobi menakar kemampuan burungnya.

Diharapkan dengan kegiatan seperti ini bisa semakin memacu semangat puter pelung mania di Situbondo dan khususnya di wilayah sekitar Kec. Kapongan untuk lebih eksis menekuni hobi. Setidaknya dengan adanya kegiatan seperti ini bisa menjadi wadah bagi pecinta puter pelung yang ingin menyemarakkan hobinya.

Sehingga bisa menarik minat masyarakat untuk ikut meramaikan kegiatan puter pelung dan memancing bermunculannya pendatang baru. “Kita kemarin kedatangan tamu yang bisa dikatakan masih pemula yang baru ikutan gantang, yakni teman-teman dari Team Rengginang Lemmak dari Ds Gelung Kec Penarukan,” kata Ach Yani bangga.

Selain itu juga dihadiri sejumlah tokoh senior puter pelung dari Bondowoso dan Situbondo sendiri. Gelaran yang dikemas oleh Kopi Hitam ini menjadi salah satu bukti geliat perkembangan komunitas puter pelung di Situbondo dan sekitarnya semakin meningkat.

Para jawara sedang dipersiapkan sebelum berlaga
 

“Kegiatan latbernil Kopi Hitam yang bekerjasama dengan Pengcab Situbondo terkesan berbeda dari gelaran sebelum-sebelumnya,” ungkap Ach Yani. “Selain dihadiri anggota Kopi Hitam sendiri juga hadir para penggantang senior Situbondo dan Bondowoso.”

“Bahkan yang lebih mengesankan lagi yakni ikutnya penggantang jauh dari luar wilayah Tapal Kuda yaitu Sya Sya BF yang datang dari Bangkalan Madura. Sya Sya BF sengaja hadir bergabung untuk ikut memeriahkan event ini,’ jelas pemilik Y2N BF.

Panitia sedang menyiapkan arena lomba
 

“Tempatnya memang sangat sederhana disesuaikan dengan kebutuhan anggota Kopi Hitam sendiri yang secara rutin selalu mengadakan kegiatan. Jadi meskipun gantangannya relatif masih terbatas namun yang paling penting keberadaannya dapat memberikan harapan dan semangat baru bagi puter pelung anggota Kopi Hitam,” jelas Yayan begitu pria ini biasa disapa.

“Semoga dapat meggairahkan perkembangan puter pelung mania di Situbondo yang semakin semarak. Begitu juga dengan daerah-daerah di sekitarnya, karena para anggota Kopi Hitam tidak hanya datang dari Situbondo saja, paling tidak ikut meramaikan hobi puter pelung di Tapal Kuda.”

Suasana Latbernil Kopi Hitam
 

Tepat pkl 08.30 WIB, kelas Pemula dimulai dengan kondisi cuaca yang cukup cerah, nyaris tidak ada angin yang berhembus. Para kontestan diberikan waktu selama empat babak untuk menampilkan pesona anggungnya. Tidak sedikit yang langsung unjuk performa terbaik.

Sampai akhirnya ditetapkan posisi sang juara. Untuk kelas Pemula, juara pertama dimenangkan oleh Bang Junet debutan H. Ichwanto Bondowoso, puter pelung ternakan TM 457 yang digantang pada nomor 10. “Alhamdulillah Bang Junet mau tampil dan meraih juara pertama, mudah-mudahan kedepan bisa tampil sesuai harapan,” harap H. Ichwanto.

Menyusul diurutan kedua Tawon besutan Woko dari Bondowoso, burung ternakan TM 470 yang berada di nomor gantangan 22. Dan Sri Rahayu bergelang Arjuna 18 milik Selamet yang berada di gantangan nomor 24 sebagai peraih juara ketiga.

Di sesi ke-2 yaitu kelas Madya, berlangsung saat cuaca mulai terasa sangat panas. Namun kondisi itu tidak mengurangi semangat para penggantang dan burung yang digantang. Karena rata-rata burung di gantangan banyak yang bekerja/manggung saat tampil di kelas Pemula.

Para mania begitu menikmati pertarungan di Latbernil Kopi Hitam
 

Itu yang membuat minat pemain yang awalnya tidak mendaftar di kelas Madya jadi memenuhi kapasitas gantangan yang tersedia. Pertarungan seru pun tak terelakkan. Saling kejar perolehan nilai terjadi begitu ketat, hingga akhirnya para juara diumumkan.

Juara pertama dimenangkan oleh Kereta Malam bergelang PKJ 232 orbitan Jhonny Situbondo yang ada di gantangan 23. Dilanjutkan kemudian oleh Dewa Panji andalan Selamet, produk ternak RGR 52 yang menempati nomor gantangan 15 di posisi runner up dan tempat ketiga dimenangkan Si Dayu milik Sya Sya BF Bangkalan ring Hanaya 675 yang berada di nomor gantangan 4.

H. Ichwanto sukses di kelas Pemula
 

Mahendra sebagai tuan rumah sekaligus mewakili segenap panitia mengucapkan terima kasih. “Terima kasih kepada seluruh peserta, team juri, dan PPPPSI Situbondo yang telah mensukseskan acara latber seni suara puter pelung Team Kopi Hitam. Kami atas nama panitia mohon maaf jika ada kesalahan dan kekurangan. Semoga kedepannya lebih baik dan semarak lagi.” (Ramlee/YN)

 


 



Senin, 27 November 2023

Gandaria, Buah Langka Mirip Mangga yang Mempunyai Banyak Manfaat



Buah Gandaria (Bouea macrophylla) merupakan sejenis buah tropis yang tumbuh subur di Indonesia dan Malaysia. Gandaria banyak budidayakan di Sumatera dan Maluku, serta menjadi flora identitas bagi Provinsi Jawa Barat. Sepintas gandaria mirip dengan buah mangga.

Di beberapa daerah di Indonesia, gandaria memiliki beberapa penyebutan nama lokal yang berbeda. Contohnya pao gandari di Madura, gandaria di Sunda, remieu di Gayo, dandoriah di Minangkabau, dan wetes di Sulawesi Utara. Sedangkan di Malaysia disebut kundang , ma praang somprang di Thailand, marian-plum atau plum manggo di Inggris.

Tumbuhan gandaria memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan jenis tanaman lainnya. Namun bila dilihat sekilas, pohon gandaria mirip pohon mangga yang berkanopi dengan buah berbentuk bulat dan berukuran kecil.

Pembibitan gandaria secara vegetatif
 

Batang tanaman gandaria terkenal kuat dan dapat tumbuh tinggi. Tinggi pohon ini mencapai 27 meter dengan diameter batang 55 cm. Daun gandaria berjenis daun tinggal. Bentuknya lonjong memanjang dan pada bagian ujungnya berbentuk lancip. Warna daunnya berubah-ubah sesuai usia tanaman, yaitu dari putih, ungu tua, kemudian menjadi hijau tua. Permukaan daun gandaria halus serta warnya mengkilap.

Baca juga : Plum, Buah dengan Kandungan Nutrisi yang Melimpah

Pohon gandaria menghasilkan buah yang bentuknya seperti buah mangga namun dengan ukuran lebih kecil dan lebih membulat. Jika daging buah gandaria ditekan, maka akan mengeluarkan cairan berwarna putih dan tekturnya kental.

Gandaria sangat mirip dengan mangga
 

Untuk menentukan tingkat kematangan buah, bisa dilihat dari warna kulit buah. Kulit buah yang berwarna hijau adalah buah muda, sedangkan buah tua atau matang ditandai dengan warna kuning oranye.

Pohon gandaria mulai berbuah pada umur 6 hingga 10 tahun jika pohon ditanam dari biji. Namun jika ditanam secara vegetatif akan berbuah jauh lebih cepat, yakni ketika tanaman gandaria telah berumur 4 sampai 5 tahun.

Buah gandaria juga dinikmati selagi masih muda
 

Pohon gandaria ini bisa ditemukan di berbagai wilayah, seperti Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, dan Papua. Meski begitu, tanaman ini juga bisa ditemukan di wilayah Asia Tenggara lainnya, seperti Thailand, Malaysia hingga India. Secara umum, pohon ini dapat tumbuh di daerah dengan iklim tropis, terutama di wilayah dengan ketinggan hingga 850 mdpl.

Baca juga : Buah Kecapi, Buah Langka yang Punya Khasiat Alami

Gandaria juga tergolong buah langka. Hal tersebut disebabkan oleh pertumbuhannya yang lambat dan belum banyak masyarakat yang membudidayakan. Hingga saat ini status kelangkaan populasi pohon gandaria masih belum terdata oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature)

Gandaria yang telah matang pohon
 

Buah gandaria berasa asam seperti rasa buah jeruk. Namun dibalik rasanya yang kecut tersebut tersimpan berbagai manfaat. Buah gandaria sangat kaya akan kandungan nutrisi penting yang berguna bagi kesehatan tubuh.

Beberapa kandungan tersebut diantaranya air, serat, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, riboflavin, beta karoten, dan lain sebagainya. Apabila dikonsumsi secara teratur dan wajar, maka akan bermanfaat baik bagi tubuh, tidak terkecuali juga bagi ibu hamil. Kandungan utama seperti zat besi memberikan dampak baik untuk ibu hamil dan janin dalam kandungan.

Rujak buah gandaria
 

Mengkonsumsi buah gandaria juga dapat melancarkan buang besar. Khasiat tersebut diperoleh karena buahnya mengandung serta cukup tinggi dan kandungan air. Kandungan tersebut mampu membantu tubuh untuk melakukan proses penyerapan makanan lebih cepat dan lancar.

Baca juga : Manggis, The Queen of Tropical Fruit dengan Segudang Manfaat bagi Kesehatan

Kandungan air yang tinggi pada buah gandaria dapat membantu proses penyerapan zat besi di dalam tubuh menjadi lebih efektif. Manfaat dari metabolisme tersebut adalah meningkatnya daya tahan tubuh terhadap infeksi yang diakibatkan oleh serangan virus dan kuman.

Sajian jus buah gandaria yang menyegarkan
 

Buah gandaraia juga dipercaya mampu menjaga kelembapan kulit berkat kandungan yang ada di dalamnya. Contohnya adalah kandungan vitamin C yang mampu membantu proses pembentukan jaringan kolagen, sehingga kulit menjadi sehat dan nampak awet muda.

Beberapa khasiat lainnya yang dapat diperoleh dengan mengkonsumsi gandaria antara lain meningkatkan sistem imun, melancarkan peredaran darah, memenuhi kebutuhan gizi harian, membantu pertumbuhan gigi dan tulang serta melancarkan sistem pencernaan. (Ramlee)

 



Sumber : remen.id

Gandaria, Buah Eksotis yang Kaya Manfaat

Sabtu, 25 November 2023

Stigi, Pohon yang Kayunya Dikenal Mempunyai Kekuatan Magis




Pohon stigi (Phempis acidula) adalah salah satu tanaman perdu yang umumnya banyak ditemukan di daerah pesisir, baik yang berkarang ataupun yang terdapat banyak pasir. Jenis pohon ini juga mudah ditemukan di habitat hutan mangrove.

Stigi memiliki tinggi 4 – 10 meter. Batangnya berkelok dengan percabangan yang tidak teratur. Kulit batang berwarna abu-abu hingga cokelat tua dan bersisik. Daun tunggal dan tumbuh bersilangan. Berwarna hijau pucat, berdaging tebal, berbentuk elips atau lonjong bulat telur dengan panjang 1-3 cm dan lebar 0,3-1 cm. Pohon stigi juga memiliki bunga, hanya saja bunga dari pohon ini sangat jarang dan umumnya tumbuh di ketiak daun.

Bunga stigi berwarna putih atau merah muda keputihan dengan diameter antara 0,7 – 1,0 cm yang tumbuh di ketiak daun. Bagian mahkota bunga terdiri atas 6 kuntum sedangkan kelopak bunga terdiri atas 12 helai.

Pohon stigi darat
 

Selain bunga, stigi juga memiliki buah yang berwarna kehijauan dengan permukaan buah berambut, memiliki diameter sekitar 0,3 – 0,5 cm dengan mengandung banyak biji yang sangat kecil.. Biji yang ada di dalam buah stigi sangat banyak, dan umumnya lebih sering dikonsumsi dan dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit.

Baca juga : Kelor si Tanaman Superfood dengan Segudang Manfaat Untuk Kesehatan

Tedapat dua jenis tumbuhan setigi, yaitu stigi darat dan stigi laut. Masing-masing spesies memiliki karakter yang berbeda. Stigi darat tumbuh di tanah padat, tandus, berkapur di pegunungan maupun rawa yang jauh dari pantai. Kayu setigi darat memiliki batang kayu lebih tua dan berwarna merah kecoklatan, cokelat tua.

Pohon stigi laut
 

Bahkan juga ditemukan kayu stigi darat berwarna hitam yang tertimbun tanah selama beberapa tahun atau beberapa ratus tahun yang disebut fosil stigi. Kayu stigi darat memiliki massa atau bobot yang lebih berat dibanding stigi laut.

Berbeda dengan stigi darat, setigi laut hanya tumbuh di pesisir pantai dengan tanah berpasir. Batang kayunya juga lebih lunak dan ringan. Warna kayu stigi lau cenderun lebih cerah, yakni kuning atau cokelat muda, serta jarang sekali berwarna cokelat tua.

Stigi dipercaya dapat membantu menjaga keseimbangan alam dan lingkungan. Diantaranya menjaga udara di sekitar pohon tetap segar, karena kemampuan pohon ini dalam menyerap karbondioksida dan menghasilkan sejumlah oksigen yang bermanfaat.

Kayu stigi laut memiliki keunikan, yaitu setiap kayu ini jika diseantuh dengan tangan, warna kayunya akan semakin tua dan menghitam. Kayu stigi yang masih muda mempunyai warna kayu putih kekuningan, namun seiring bertambahnya usia stigi maka akan berubah menjadi cokelat tua.

Bunga pohon stigi
 

Kayu ini dihargai dan digunakan secara tradisional dalam banyak budaya karena sifatnya yang keras, berat, dan tahan terhadap busuk atau melengkung. Biasanya, kayu santigi karang dibuat menjadi tongkat, tiang, pagar, gagang perkakas, dan jangkar.

Baca juga : Pohon Salam, Daunnya untuk Pengharum Masakan yang Punya Segudang Manfaat

Di Maladewa kayu keras pohon ini digunakan dalam pembuatan kapal tradisional dan untuk membuat “nails”, yaitu kayu khusus yang digunakan dalam sihir lokal. Di Pulau Marovo, Tonga, Tahiti, dan pulau-pulau Pasifik Selatan lainnya, kayu pohon santigi digunakan untuk membuat alu, senjata, dan sisir.

Kayu stigi sering dimanfaatkan untuk kerajinan tasbih
 

Pohon stigi dapat membantu untuk mencegah risiko terjadinya bencana alam terutama karena banjir rob dan abrasi pantai. Inilah mengapa tanaman stigi sering kali ditemukan di area hutan mangrove. Tanaman stigi dapat menahan efek air laut pasang dan bekerja menyerupai tanggul alami untuk menghindari terjadinya banjir yang berasal dari air laut.

Pohon stigi juga dapat bermanfaat sebagai peneduh, terutama dari sinar matahari yang menyengat. Daun dari pohon ini yang cukup rindang membuat siapa saja yang berada di bawah pohon tersebut akan merasa sejuk dan segar.

Tidak hanya baik untuk lingkungan, tanaman stigi juga memberikan banyak manfaat untuk kesehatan. Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang ingin mendapatkan kayu stigi untuk kepentingan pengobatan. Kayu pohon stigi dipercaya dapat meredakan diabetes maupun rematik. Sehingga beberapa orang mencari dan mengolahnya untuk dijadikan obat alternatif.

Membantu untuk menjaga kekebalan tubuh dari berbagai macam sakit penyakit. Oleh sebab itu ramuan dari pohon tersebut dipercaya dapat membantu untuk meningkatkan daya tahan tubuh dalam menghadapi penyakit seperti flu atau batuk pilek. Beberapa orang juga percaya bahwa kayu stigi berkhasiat untuk menyembuhkan sel kanker. Namun hal ini masih membutuhkan bukti serta penelitian yang lebih mendalam.

Bonsai stigi
 

Bagi penggemar tanaman kerdil, pohon stigi menjadi salah satu tanaman yang dapat dijadikan bonsai terutama stigi laut. Karakteristik tumbuhan, mulai dari akar, batang, percabangan, daun, bunganya yang khas, ditambah dengan daya tahan tumbuhan dan pertumbuhannya yang lambat menjadikan pohon ini sebagai tumbuhan favorit di kalangan pencinta bonsai, bahkan memiliki harga yang sangat mahal.

Baca juga : Serut, Tanaman Hias yang Juga Kaya Manfaat

Ancaman terbesar tumbuhan ini adalah meningkatnya konversi lahan, polusi, dan bencana alam. Selain itu penebangan liar juga membuat keberadaan pohon ini semakin susah dijumpai di habitat alaminya. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat mencari pohon stigi karena pohon ini dipercaya dapat menjadi obat herbal alternatif.

Pembibitan stigi untuk menjaga kelestariannya
 

Dengan manfaat seperti meredakan rasa sakit, menyembuhkan reumatik, dan diabetes, serta meringankan penyakit kanker. Namun manfaat-manfaat klinis ini masih memerlukan kajian yang mendalam. Selain itu, bagi sekelompok orang, batang pohon stigi dipercaya memiliki kekuatan magis.

Saat ini pohon stigi masuk dalam kategori salah satu jenis pohon yang langka dan terancam punah. Keberadaannya yang makin minim dan tidak banyak dibudidayakan orang turun menambah ancaman pada keberlangsungan jenis pohon tersebut. Daerah pesisir yang menjadi habitat alami stigi saat ini juga semakin berkurang. Oleh sebab itu, upaya melestarikan jenis pohon stigi ini cukup penting agar keberadaan pohon tersebut masih tetap lestari. (Ramlee)



Sumber : remen.id

Pohon Stigi, Diyakini Bertuah yang Banyak Manfaatnya

Jumat, 24 November 2023

Bunga Lawang, Rempah Eksotis Penyedap Masakan juga Bermanfaat untuk Pengobatan



Bunga Lawang atau Kembang Lawang (Illicium verum) bukan seperti jenis bunga pada umumnya. Tumbuhan ini dikenal sebagai salah satu jenis rempah-rempah yang menghasilkan aroma khas. Bentuknya yang unik menjadi karakteristik bunga ini sehingga mudah dikenali. Bentuk unik tersebut juga membuat bunga lawang sering dimanfaatkan sebagai hiasan dekoratif.

Banyak orang Indonesia yang telah mengonsumsi bunga yang satu ini tanpa disadari. Sebab, bunga lawang merupakan bumbu rempah yang umum dipakai untuk masakan rendang Padang. Rasa bunga ini mirip dengan adas manis. Bunga ini berwarna cokelat gelap dan terdiri atas delapan sisi dengan rasa manis.

Bunga lawang memiliki bau khas yang kuat dan banyak digunakan di dalam masakan negara-negara di Asia. Dari asalnya di Tiongkok, tanaman rempah ini mulai diperkenalkan ke benua Eropa pada awal abad ke-17 dan terkenal dengan nama Star Anise. Sejak saat itu mulai meraih popularitas.

Tanaman bunga lawang tumbuh dengan baik di dataran tinggi
 

Nama bunga ini dalam Bahasa Tionghoa adalah ba jiao atau bat gok yang memiliki arti “delapan tanduk”, sesuai dengan bentuknya yang memiliki delapan kelopak. Saat ini, sudah menyebar ke Indonesia, Laos, Korea, Jepang, Taiwan, Hainan, hingga Filipina.

Baca juga : Kluwak, Rempah Khas Kuliner Rawon yang Mengandung Asam Sianida

Pada umumnya bunga lawang ditemukan tumbuh secara liar di kawasan hutan, namun saat ini pertumbuhan tanaman bunga lawang banyak dilakukan secara budidaya. Selama kadar air lingkungan tumbuhnya maksimal, bunga lawang dapat tumbuh dengan baik. Oleh sebab itu tanaman ini cocok ditanam di daerah dataran tinggi.

Tanaman bunga lawang yang tengah berbunga
 

Bunga lawang tumbuh di daerah tropik serta subtropik pada ketinggian 2000 mdpl, dengan curah hujan 1500–2200 mm, suhu 12-18 derajat celcius, dan pH 4 – 5. Tanaman rempah ini termasuk dalam golongan pohon-pohonan atau perdu. Tingginya mencapai 4–6 m dan memiliki warna cokelat sedikit kemerah-merahan.

Tanaman ini memiliki daun tunggal, berbintik dengan ujung runcing. Bunganya berwarna kuning kehijau-hijauan. Bunga lawang berkembang-biak melalui biji. Buahnya dipetik sebelum ranum dan dikeringkan dengan bantuan cahaya matahari.

Musim berbunga biasanya pada Maret hingga Mei. Bunga ini nantinya akan berbentuk bintang. Buahnya berdaging, namun saat dikeringkan menjadi berkayu dan keriput. Buahnya terdiri atas 6-8 folikel, masing-masing folikel berisi 1 biji. Minyak yang dihasilkan dijadikan bahan perasa dalam minuman. Ekstrak dari bunga lawang mempunyai efek farmokologi yang luas sehingga bisa menjadi antimikrobia, antioksidan, dan insektisida.

Bunga lawang dijadikan rempah untuk menjadi penyedap rasa untuk makanan, sama seperti kulit kayu manis dan bunga cengkih. Bunga ini adalah salah satu bumbu tradisional masakan China, yaitu ngo hiong. Bunga lawang juga banyak dipakai dalam masakan India yang kaya rempah misalnya untuk kari.

Buah kembang lawang
 

Bangsa Thailand, Vietnam, dan Indonesia juga banyak memakai bunga lawang untuk penyedap masakan. Di Indonesia, bumbu ini digunakan di beberapa daerah yang memiliki ciri khas masakan berbumbu tajam. Misalnya saja gulai Aceh, Rendang Minang, masakan Jawa, dan Bali.

Baca juga : Asam Jawa, Pohon Besar Penghasil Bumbu Masakan dan Jamu Asli dari Benua Afrika

Bunga ini juga sering dimanfaatkan untuk minuman tradisional seperti jamu dan campuran minum teh, diantaranya adalah minuman teh khas Thailand yang merupakan campuran teh hitam dan bubuk bunga lawang, juga “wedang pekak”, minuman tradisional khas Kabupaten Demak.

Kembang lawang yang baru saja dipanen
 

Bunga lawang memiliki kandungan gizi yang cukup banyak, yaitu lemak, karbohidrat, serat, zat besi, kalsium, magnesium, sodium, potasium, protein, vitamin A, vitamin B-6, vitamin B-12, dan vitamin C. Selain menyedapkan masakan, berdasarkan kandungannya tersebut, bunga lawang memiliki khasiat kesehatan.

Bunga ini baik untuk mengatasi gangguan pencernaan dan memiliki fungsi diuretik atau melancarkan saluran kencing. Selain itu, digunakan juga untuk pengobatan tradisional di Asia, contohnya untuk sakit persendian.

Teh dari bunga ini juga bisa dijadikan obat batuk. Minyaknya juga bisa mengurangi gejala mual-mual bagi ibu yang sedang mengandung. Kandungan asam shikimat dalam bunga lawang membuat rempah ini dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuat obat anti flu burung dan influenza, tamiflu.

Bunga ini juga berguna untuk antibakteri dan antijamur yang mampu berguna untuk pengobatan penyakit asma, bronkitis, serta batuk kering. Aroma dari bunga ini juga bisa dijadikan sebagai aroma terapi agar tidur menjadi lebih nyenyak karena adanya kandungan aktioksidan dan magnesium yang melepaskan neotransmiter untuk relaksasi.

Wedang kembang lawang
 

Selain itu, minyak yang dihasilkan dari rempah ini bisa mengobati nyeri punggung pada bagian bawah serta rematik. Bunga ini juga bermanfaat untuk menangkal radikal bebas, meminimalisir keriput dan menjaga elastisitas kulit karena mengandung antioksidan.

Baca juga : Serai, Tanaman Obat dan Bumbu dari Negeri Tropis

Bunga ini bisa menjadi alternatif untuk melakukan diet karena dapat mengurangi penumpukan racun bisa mengatasi gangguan pada pencernaan. Tanaman ini mampu memperlancar buang air besar sehingga tidak membuat perut menjadi mudah buncit.

Minyak kembang lawang
 

Bunga ini juga digunakan sebagai bahan kosmetik. Sebab, mengandung senyawa linalool yang merupakan zat alkali yang bersifat stabil, senyawa minyak atsiri, mudah menguap. Oleh karena itu, zat ini dipergunakan untuk pewangi sabun dan minyak wangi.

Aroma ini juga tidak digemari oleh nyamuk. Selain itu, kandungan linalool juga dapat menyebabkan iritasi pada bagian tubuh nyamuk. Sehingga sistem sarafnya menjadi rusak. Oleh karena itu, bunga ini mampu memberi perlindungan dari gigitan nyamuk. (Ramlee)


Sumber : remen.id


Bunga Lawang, Tanaman Rempah asal Tiongkok yang Kaya Manfaat

Kamis, 23 November 2023

Kecombrang, Tumbuhan Rempah Khas Indonesia Punya Banyak Manfaat



Kecombrang (Etlingera elatior) adalah tanaman yang tumbuh secara tahunan. Berbentuk terna yang menghasilkan bunga, buah, dan biji, serta bermanfaat sebagai bahan sayuran. Kecombrang sering digunakan sebagai bumbu dapur,untuk mengurangi bau amis pada ikan,bumbu penyedap berbagai macam masakan dan berguna untuk dunia kesehatan.

Kecombrang merupakan bagian dari suku Zingiberaceae. Spesies ini tersebar di kawasan tropis. Kecombrang dapat tumbuh di area terbuka, dataran rendah, dan pinggiran hutan primer dan sekunder. Spesies ini tumbuh subur pada tanah kaya akan humus, tanah dengan pH asam, tempat yang teduh, dan tanaman ini hidup secara bergerombol.

Kecombrang tumbuh dengan baik di ketinggian antara 0-1700 mdpl. Tanaman semak ini hampir dapat ditemukan diseluruh wilayah di Indonesia dengan nama yang beragam. Beberapa daerah di Indonesia mengenal bunga kecombrang dengan berbagai nama lokal.

Kecombrang seringkali ditemukan tumbuh liar
 

Seperti kincung di Medan, bunga rias di Tapanuli Utara, asam cekala di Tanah Karo, kumbang sekala di Lampung, sambuang di Minangkabau, lucu di Banyuwangi, kecicang di Bali (batang muda disebut bongkot).

Baca juga : Genjer, Gulma Pertanian yang Nikmat dan Berkhasiat

Tanaman ini seperti jenis pisang-pisangan Tinggi kecombrang dapat mencapai 5 m dan termasuk ke dalam tanaman herba besar. Pangkal batang berbentuk bulat dan besar. Jika batangnya menua, bentuk tanamannya mirip jahe atau lengkuas.

Daun kecombrang juga kerap dimanfaatkan untuk olahan masakan
 

Tanaman ini tumbuh tegak, dan banyak, berdekatan. Tumbuh membentuk rumpun jarang, keluar dari rimpang yang menjalar di bawah tanah. Rimpangnya tebal, berwarna krem, merah jambu ketika muda. Rimpang/rhizoma berada di dalam tanah dengan diameter 3-4 cm.

Daun kecombrang merupakan daun tunggal, lanset, pada ujung dan pangkal runcing namun rata, panjang daun sekitar 20 sampai 30 cm dan lebarnya 5 hingga 15 cm dengan pertulangan daun menyirip dan berwarna hijau. Umumnya daun kecombrang berjumlah 15 hingga 30 helai yang tersusun dalam dua baris, tumbuh berseling pada batang semu.

Bunga kecombrang merupakan bunga majemuk berbentuk bonggol, berbentuk gasing dengan panjang tangkai antara 40 sampai 80 cm. Panjang benang sari sekitar 7,5 cm dengan warna kuning. Putik kecombrang berukuran kecil dan berwarna putih. Mahkota bunga bertaju, berbulu jarang dengan warna merah jambu.

Bunga kecombrang berwarna merah, merah muda, atau merah muda keputih-putihan. Bunga ini terdiri dari tangkai yang bulat dan panjang dengan ukuran 0,5-2,5 cm, kelopak bunga berbentuk seperti tabung dengan panjang 3-3,5 cm.

Bunga kecombrang tampak cantik dipandang
 

Bunga kecombrang tampilannya cantik, bagai obor berwarna merah. Orang barat menyebut tanaman ini torch ginger atau torch lily karena warna bunganya yang merah mempesona. Beberapa orang juga menyebutnya porcelein rose mengacu pada keindahannya.

Baca juga : Semanggi, Gulma Tanaman Padi yang Mempunyai Sederet Manfaat

Tumbuhan kecombrang menghasilkan biji berbentuk kotak atau bulat telur dengan warna putih atau merah jambu. Buahnya berukuran kecil, tumbuh berjejalan, berwarna hijau ketika muda dan berubah menjadi merah kecokelatan saat masak serta rasanya masam. Sedangkan sistem perakaran kecombrang berbentuk serabut dengan warna kuning gelap.

Rimpang kecombrang mirip rimpang jahe atau lengkuas
 

Dalam tradisi masyarakat Nusantara, bunga honje atau kecombrang menjadi bahan campuran atau penyedap berbagai masakan. Hampir seluruh daerah di Indonesia menggunakan bunga combrang sebagai pelengkap makanan khas masing-masing daerah.

Di Jawa Barat bunga kecombrang muda menjadi menu lalapan segar atau dapat pula direbus dan dimakan bersama sambal khas Sunda. Di Banyumas kecombrang digunakan untuk sayuran pecel, sedangkan di Pekalongan kecombrang disajikan dalam menu urap dicampur nangka muda.

Di Bali, batang muda kecombrang yang disebut bongkot biasanya diiris kasar, dan dicincang sebagai campuran sambal matah. Kuliner Tanah Karo menggunakan kecombrang untuk bahan sayuran dan bunganya yang wangi dimanfaatkan untuk menghilangkan bau amis ikan. Sedangkan di Sulawesi Selatan, kecombrang yang disebut bunga patikala dihidangkan dengan masakan ikan.

Menurut hasil penelitian, tanaman kecombrang mengandung senyawa bioaktif seperti polifenol, alkaloid, flavonoid, steroid, dan saponin. Di dalamnya juga terdapat minyak atsiri yang diduga memiliki potensi sebagai antioksidan dan dapat mengurangi radikal bebas, menetralisir racun, hingga melindungi tubuh dari penyakit genetik.

Bunga kecombrang yang masih kuncup digunakan sebagai bahan olahan masakan
 

Selain itu, kandungan senyawa flavonoid hampir terdapat pada semua bagian tumbuhan ini termasuk buah, akar, daun dan kulit luar batang, yang khasiatnya sebagai antioksidan, antibakteri, antivirus, antiradang, antialergi, dan antikanker.

Baca juga : Mahkota Dewa, Buah Simalakama yang Bermanfaat bagi Kesehatan

Bunga tumbuhan kecombrang mengandung mineral penting bagi tubuh, yaitu magnesium, kalsium, zat fosfor, zat besi, potassium, dan zinc. Serta mengandung nutrisi gizi dan non gizi meliputi protein,lemak, karbohidrat, energi, dan serat. Selain itu, bunga honje juga mengandung senyawa saponin, flavonida, tannin, polifenol, dan triterpenoid.

Kuliner sambal cumi kecombrang
 

Tunas muda kecombrang juga bermanfaat untuk kesehatan, karena dapat menjadi obat pereda masuk angin dan penurun panas. Selain itu, buah kecombrang dapat pula dimanfaatkan untuk campuran masakan. Bunga kecombrang dapat mudah dibeli di pasar tradisional. Di pedesaan bunga ini masih banyak tumbuh liar atau sengaja ditanam di kebun atau halaman rumah.

Selain sebagai bumbu masakan, masyarakat tradisional juga memanfaatkan buahnya untuk mengobati sakit telinga dan daunnya untuk membersihkan luka. Daun kecombrang yang dikombinasikan dengan tanaman aromatik dapat dimanfaatkan sebagai penghilang bau badan. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Kecombrang, Tanaman Khas Indonesia yang Kaya Manfaat

Ayam Hutan Merah, Nenek Moyang Ayam Peliharaan Ternyata sangat Pemalu

Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) merupakan sejenis burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 78 cm, dari suku Phasianidae. Suku Phasi...