Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb) merupakan tanaman herba yang banyak tumbuh di pulau Jawa, Kalimantan, dan Maluku. Temulawak kerap digunakan sebagai bahan utama ramuan obat tradisonal, pemberi warna, hingga penambah aroma. Ia digunakan tunggal atau bersama bahan lain.
Curcuma xanthorrhiza Roxb. berasal dari bahasa Arab yaitu kurkum yang berarti kuning. Sedangkan Xanthoriza berasal dari kata Yunani, xanthos bermakna kuning, dan rhiza artinya umbi akar.Dalam bahasa Indonesia, ia juga dikenal sebagai akar kuning. Sementara dalam bahasa Belanda disebut geelwortel dan Javanischer gelbwurzel dalam bahasa Jerman.
Temulawak berasal dari satu famili bersama anggota temu lainnya yakni, temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestika Val), Kencur (Kaempferia galangal), lengkuas (Lengkuas galaga), dan jahe (Zingiber officanale Rosc).
Tanaman temulawak |
Sulit membedakan anggota famili Zingiberaceae satu sama lainnya. Diperlukan ketelitian dan kecermatan dalam mengidentifikasi masing-masing anggotanya termasuk temulawak. Secara morfologi, temulawak hampir serupa dengan temu putih (Curcuma zedoaria [Berg] Rose.), tetapi warna bunga dan rimpangnya berbeda.
Baca juga : Lengkuas, Tanaman Obat Populer di Asia Tenggara dan India
Rimpang merupakan bagian batang yang terletak di bawah tanah. Ukurannya paling besar di antara semua rimpang genus Curcuma. Rimpang ini lah yang dikenal berkhasiat untuk kesehatan. Di Indonesia, tanaman tersebut acap kali diolah menjadi minuman jamu.
Tanaman temulawak yang tengah berbunga |
Awal mulanya, temulawak banyak tumbuh di hutan, terutama di hutan jati bersama jenis temu-temuan lainnya. Temulawak juga banyak ditemukan di daerah padang alang-alang dan tanah-tanah kering. Namun kini, jamu ini telah banyak dibudidayakan di dataran tinggi berbagai daerah.
Sekilas jika dilihat, bentuk jamu ini sangat mirip dengan kunyit, dengan bentuk silinder dan berukuran kecil sekitar diameter 6 cm. Tumbuhan yang memiliki bentuk sebagai semak tanpa batang ini memiliki tinggi antara 2 meter sampai dengan 2,5 meter.
Daerah tumbuhnya selain di dataran rendah juga dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian tanah 1500 meter di atas permukaan laut. Temulawak berbatang semu, berwarna hijau, dan cokelat gelap. Tingginya antara 1,5 sampai 2 sentimeter dan termasuk tertinggi dibanding kerabat semarganya.
Batang tersusun atas upih-upih seperti halnya pelepah daun pada pisang yang tumbuh tegak lurus dan berumpun. Daunnya panjang bundar seperti daun pisang berbentuk seperti mata lembing jorong agak melonjong (oblong elliptic). Pelepah daunnya saling menutup membentuk batang.
Rimpang temulawak |
Temulawak mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol) dan berwarna kuning tua. Umbinya akan tumbuh di pangkal batang berwarna kuning gelap atau coklat muda dengan diameter panjang 15 cm dan 6 cm, baunya harum dan sedikit pahit agak pedas.
Baca juga : Budidaya Jahe Merah
Pada daunnya berbentuk seperti mata lembing jorong agak melonjong (oblong elliptic). Telapak daun berwarna hijau tua, bergaris-garis cokelat, lebar antara 1 sampai 2,5 sentimeter, dan berbintik jernih hijau muda. Sekilas pada sisi kiri kanan tulang daun terdapat tanda semacam pita memanjang berwarna merah keunguan.
Bagian rimpang temulawak ini yang banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional |
Bunga temulawak berukuran pendek, lebar, dan berkembang secara teratur. Warnanya terdiri dari putih kuning atau kuning muda bercampur merah di puncaknya. Biasanya bunga temulawak mulai mekar setelah pukul 03.00 dini hari dan semua kuncupnya merekah sebelum jam 07.00 pagi.
Bunga itu mengembang selama beberapa jam, kemudian berangsur layu pada sore hari. Umumnya, tanaman ini memiliki kulit yang berwarna kuning muda. Sebagai tanaman monokotil, tanaman ini tidak memiliki akar tunggang.
Tetapi tanaman ini memiliki akar yang dinamakan akar rimpang. Rimpang temulawak terdiri dari rimpang induk dan anakan. Rimpang induknya berbentuk bulat seperti telur dan berwarna kuning tua, sementara bagian dalamnya berwarna jingga kecokelatan.
Dalam jamu ini terkandung banyak senyawa baik seperti kurkuminoid, minyak atsiri, pati, protein, lemak, selulosa, serat, karbohidrat, kurkumin, kalium, natrium, kalsium, magnesium, zat besi, mangan, dan juga mineral. Pati sendiri merupakan komponen terbesar dalam rimpang, yang mengandung kurkuminoid. Zat inilah yang membuat jamu ini berwarna kuning-kuningan.
Jamu temulawak |
Berdasarkan pengamatan di berbagai daerah di Indonesia, temulawak umumnya mulai berbunga sekitar 2-4 bulan setelah musim hujan tiba. Seperti di Bogor, Jawa Barat, ia hampir berbunga sepanjang tahun. Sebab di sana tidak ada musim kemarau yang jelas dan curah hujan cukup tinggi yakni, sekitar 4000 mm per tahun.
Baca juga : Serai, Tanaman Obat dan Bumbu dari Negeri Tropis
Temulawak termasuk tanaman prospektif yang baik untuk dikembangkan. Semua bagiannya juga dapat dimanfaatkan. Rimpang merupakan bagian yang paling banyak dimanfaatkan untuk beberapa macam keperluan. Rimpang temulawak memiliki memiliki bau yang khas dengan cita rasa pahit.
Beberapa contoh produk kecantikan olahan temulawak yang banyak dijual di pasaran |
Herbalis memanfaatkan temulawak sebagai herba utama untuk menyembuhkan lever. Temulawak berfungsi untuk detoksifikasi di hati, melindungi lever, sekresi cairan empedu. Zat curcumin yang memberi warna kuning pada temulawak merangsang produksi cairan empedu. Efeknya proses pencernaan lebih lancar. Fungsi lain sebagai antibakteri dan antiradang untuk memperbaiki organ hati yang rusak. Bila organ hati membaik, kadar SGPT/SGOT darah turun.
Selain itu, khasiat alami temulawak mampu mengatasi beberapa penyakit berat lainnya. Seperti radang empedu, radang ginjal dan batu empedu, serta kanker. Temulawak juga mempunyai sifat fungistatik atau anti jamur, khususnya terhadap beberapa jamur golongan dermatophyta. Temulawak biasa diolah menjadi minuman berkhasiat seperti jamu maupun bahan dasar kosmetik. (Ramlee)
Sumber : remen.id
Temulawak, Tanaman Rimpang yang Berkhasiat untuk Kesehatan dan Kecantikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar