Rusa Bawean (Axis kuhlii) merupakan satwa endemik Pulau Bawean. Pulau Bawean merupakan sebuah pulau kecil terletak di Kawasan laut Jawa kurang lebih 150 km sebelah Utara Surabaya. secara administratif berada di wilayah Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur.
Klasifikasi ilmiah rusa ini sempat menjadi pembicaraan karena memiliki ciri dan karakteristik yang khas. Rusa ini tidak memiliki gigi taring sehingga para ahli taksonomi berpendapat untuk mengelompokkannya ke dalam genus Axis. Akan tetapi, ada pula pendapat dari sebagian ahli satwa yang beropini untuk menggolongkannya ke dalam genus Cervus berdasarkan perbandingan kondisi tengkoraknya.
Selain perbedaan pendapat tersebut, ada pula ahli taksonomi yang berpendapat jika rusa ini sebaiknya dimasukkan ke dalam genus Axis pada sub Hyelaphus karena ada kesamaan bentuk morfologi dengan Rusa Hog dari Filipina. Dari berbagai perbedaan pendapat, akhirnya disepakati jika rusa bawean diberina nama latin Axis kuhlii. Alasan penentuan nama latin tersebut didasari karena rusa bawean tidak memilki gigi taring dan hanya memiliki gigi tengah dengan incisor membesar.
![]() |
Pulau Bawean, tempat terpencil di Laut Jawa |
Struktur tanduk mirip dengan Axis porcinus, bentuk tengkorak yang pendek dan tulang hidung yang lurus, mempunyai bulu pendek dan halus dengan tinggi gumba 165 cm, serta kelenjar metatarsal dan pedal yang cenderung mirip dengan rusa dari genus Axis.
Baca juga : Babi Batang, Satwa Unik dan Langka Hutan Sumatera yang Terancam Punah
Bentuk dan ciri tubuh rusa bawean dapat dibedakan dengan mudah dibandingkan jenis rusa lainnnya. Tubuh rusa endemik ini lebih kecil dengan tinggi sekitar 60 cm hingga 70 cm. Berat tubuh rusa asli bawean dewasa berkisar antara 50 kg hingga 60 kg. Sedangkan rusa yang baru lahir memiliki berat 1 kg hingga 1,5 untuk rusa betina dan 1,5 kg sampai 2 kg untuk rusa jantan.
![]() |
Rusa Bawean merupakan rusa terkecil diantara jenis rusa yang ada di Nusantara |
Panjang ekornya sekitar 20 cm dengan warna cokelat dan warna keputihan pada bagian lipatan dalam. Bulu tubuh rusa ini pendek dan berwarna cokelat kemerahan. Pada sektiar mulut eusa betina terdapat bulu-bulu yang warnanya lebih terang dibandingkan warna bulu bagian tubuh lainnya. Sedangkan pada rusa jantan warna bulunya cenderung cokelat kehitaman.
Warna bulu rusa bawean ketika muda dan dewasa memiliki perbedaan. Rusa muda mempunyai bulu dengan corak totol-totol dan seiring bertambahnya usia maka totol tersebut akar memudar dan menghilang. Pada bagian mata terdapat lekukan berukuran kecil sekitar 1 cm hingga 2 cm dan memiliki bulu sekitar mata yang agak kaku.
Lekukan tersebut adalah area kelenjar preorbital. Kemudian bulu-bulu disekitar maranya berwarna putih. Ukuran leher rusa bawean cukup panjang sehingga ketika menoleh maka kepalanya hampir sejajar dengan tubuh bagian belakang. Bentuk telinga rusa jantan agak meruncung berbeda dengan rusa betina yang sedikit membulat.
Postur tubuh rusa ini agak menunduk karena bagu bagian depan lebih rendah dibandingkan bahu bagian belakang. Bentuk ini menjadikan rusa bawean mirip dengan kijang. Rusa yang memiliki tanduk hanya jenis kelamin jantan dengan jumlah sepasang dan bercabang tiga pada rusa dewasa. Sedangkan pada rusa muda tanduknya belum tumbuh bercabang.
![]() |
Rusa Bawean mempunyai daya jelajah yang kuat |
Tanduk rusa muda hanya nampak seperti tonjolan yang ada disekitar dahi. Kemudian setelah rusa jantan berusia 20 bulan sampai 30 bulan maka tanduk akan tumbuh dengan 3 cabang. Selanjutnya pada usia 7 tahun, tanduk akan patah atau tanggal. Kemudian, tanduk ini akan digantikan oleh pertumbuhan tanduk baru yang tidak akan patah atau tanggal lagi selama hidupnya.
Baca juga : Musang Sulawesi, Mamalia Karnivora Pemalu Hidup Nokturnal Soliter di Hutan Sulawesi
Tanduk ini tidak hanya untuk melawan pemangsa atau berkelahi, melainkan juga berfungsi untuk menarik perhatian rusa betina ketika memasuki musim kawin. Musim kawin rusa bawean terjadi pada bulan September dan Oktober. Rusa bawean mempunyai masa kehamilan antara 225-230 hari dan akan melahirkan satu anak tunggal (jarang terjadi kelahiran kembar). Waktu lahir terjadi antara periode bulan Februari hingga Juni.
![]() |
Kawanan Rusa Bawean sedang mencari makan |
Tanduk rusa merupakan simbol kemuliaan bagi rusa jantan. Tanduk tersebut berevolusi sebagai senjata untuk memperebutkan rusa betina melalui pertarungan dengan rusa jantan lainnya. Tanduk rusa merupakan tanduk dengan pertumbuhan paling cepat diantara hewan bertanduk lainnya.
Tanduk ini rata-rata tumbuh 1 inci hingga 2 ini setiap minggu selama musim panas. Di alam liar seringkali dijumpai rusa sedang mengasah tanduknya pada podon atau bebatuan. Perilaku ini bertujuan untuk mengurangi laju pertumbuhan tanduknya.
Sesuai dengan namanya, rusa ini merupakan hewan endemik yang hidup secara alami di Pulau Bawean yang terletak di kawasan Laut Jawa dengan jarak 150 km utara Surabaya. Di pulau tersebut, rusa bawean hidup di lingkungan yang beragam, seperti sabana, hutan yang tidak terlalu rapat, serta semak-semak.
Biasanya daerah dengan ketinggian kurang dari 500 mdpl adalah kawasan rusa bawean untuk beraktivitas. Di habitat ini, rusa-rusa memanfaatkan vegetasi yang lebat untuk bernaung, beristirahat, kawin serta menghindari pemangsa. Sedangkan area savana merupakan kawasan untuk mendapatkan pakan berupa rumput, daun, kulit tumbuhan, dan buah-buahan yang terjatuh.
![]() |
Rusa Bawean jantan mempunya tanduk tetap setelah berumur 7 tahun |
Rusa bawean adalah hewan nocturnal yang aktif pada malam hati dan beristirahat pada siang hari. Rusa ini termasuk spesies yang memiliki daya jelajah yang kuat. Hal tersebut dibuktikan dengan kemampuan berjalannya yang sangat lama. Seekor anak rusa mampu berjalan selama 7 jam tanpa henti dan tanpa merasa kelelahan. Kemampuan ini berasal dari faktor alami agar para rusa terhindar dari pemangsa.
Baca juga : Walabi, Kanguru Mini Khas Papua yang Semakin Langka
Rusa bawean termasuk hewan yang pemalu dan menghindari kontak dengan manusia. Namun, rusa Bawean tidak agresif ketika merasa terancam. Rusa bawean lebih sering bersembunyi dan bergerak lambat agar tidak ketahuan oleh bahaya yang dihadapi.
![]() |
Induk Rusa Bawean bersama anaknya yang masih muda |
Hal unik dari hewan ini adalah caranya berkomunikasi dengan vokal dan bau. Rusa bawean akan menandai wilayahnya dan mengusir pemangsa. Jika ada rusa yang tersesat, rusa yang lain akan membuat suara seperti gonggongan untuk memanggil yang hilang. Rusa jantan juga menggonggong dan menghentakkan kaki di tanah ketika menantang rusa lain.
Status kelangkaan spesies rusa ini juga telah ditetapkan oleh IUCN ke dalam Critically Endangered atau berstatus kritis. Spesies endemik ini memiliki kerentanan terhadap kepunahan tinggi dalam waktu dekat. Sedangkan menurut CITES atau Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora, rusa ini dinyatakan ke dalam kategori Appendix 1, artinya jumlah rusa bawean di alam sangat sedikit dan tidak boleh diperdagangkan atau diperjualbelikan. (Ramlee)
Sumber : remen.id
Rusa Bawean, Satwa Endemik Pulau Bawean yang Tidak Suka Kehadiran Manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar