Blog tentang hobi dan kreasi jadi rejeki

Senin, 29 Januari 2024

Kamajaya Bagusan dan Bintang Shorea Tancap Gas di TGR Cup V Perang Bintang, Liga Derkuku Indonesia 2024 Putaran Pertama



Liga Derkuku Indonesia 2024 resmi dimulai. TGR Cup V bertajuk Perang Bintang menjadi agenda perdana, yang dilaksanakan pada Minggu 14 Januari 2024. Menempati lokasi di Lapangan TGR Desa Samir Kecamatan Ngunut Tulungagung. Kegiatan ini berjalan sukses dan lancar.

Hadir dalam kegiatan tersebut Ketua PPDSI Pusat M. Makrus dan beberapa pengurus PPDSI. Dalam kesempatan tersebut M. Makrus berharap dekoe mania tetap bersemangat meramaikan hobi dengan selalu menghadiri setiap putaran Liga Derkuku Indonesia 2024 yang rencananya akan berlangsung selama 7 putaran.

Ada tiga kelas yang dilombakan, yakni kelas Senior, Yunior, dan Pemula. Dan gelaran yang diadakan oleh Team Guyub Rukun setiap tahunnya inipun sukses mendulang peserta dalam hitungan besar. Panitia menyediakan 84 lembar tiket untuk kelas Pemula, 78 lenbar untuk Yunior, dan 42 untuk kelas Senior. Nyaris seluruh tiket yang disediakan oleh panitia habis.

Suasana regristasi peserta
 

Hari Imawan selaku Ketua Panitia mengatakan bahwa kegiatan ini mendapatkan dukungan luar biasa dari peserta. “Alhamdulillah TGR Cup V, Laga Bintang Liga Derkuku Indonesia Putaran 1 berjalan lancar sesuai harapan, dan peserta yang hadir hampir dari seluruh Pengda,” terang Cak Hari, begitu panggilan akrab hari Imawan.

Lebih lanjut disampaikan bahwa dengan kegiatan seperti ini diharapkan bisa lebih memberikan semangat kepada dekoe mania untuk bisa eksis menekuni hobi derkuku. Dan TGR CUP V itu adalah event berkelanjutan yang digelar setiap tahun dan waktunya bertepatan dengan hari jadi TGR.

Para juri yang bertugas di TGR Cup V 2024


Tujuan inti dari TGR CUP yaitu ingin menggelar event perlombaan dengan nuansa penuh kekeluargaan meski sebuah ajang adu burung terbaik akan tetapi dikemas dengan apik. “Ya, agar pemilik burung atau peserta lomba pada saat mengikuti perlombaan itu tidak tegang.hatinya, santai, dan damai bertemu dengan kontestan lain,” jelas Agus New Ags, pendiri TGR.

“Itu ibarat ketemu sedulur yang lama tidak jumpa pastinya full senyum dan gembira,” tambah Agus penuh semangat. Setidaknya dengan semakin banyak agenda, maka akan memberikan ruang sangat terbuka bagi dekoe mania untuk menyalurkan hobinya.

Para peserta sedang menyiapkan burungnya


Totok Arisandi, salah satu panitia acara mengatakan bahwa kegiatan ini sukses karena banyaknya dukungan yang diberikan oleh peserta, baik yang hadir dari tuan rumah ditambah dekoe mania dari berbagai daerah di DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali. Ini membuktikan bahwa kerjasama yang selalu terjalin dengan baik antar dekoe mania.

Sementara itu dari arena kegiatan bisa diinformasikan bahwa cuaca cerah pagi itu memberikan kesempatan kepada para peserta yang berada di atas kerekan untuk beradu kemampuan mengeluarkan suara terindah, sehingga juri bisa memberikan nilai paling tinggi.

Cuaca terasa panas terkadang agak redup karena matahari tertutup mendung. Suara derkuku yang ada di puncak tertinggi tiang kerekan terdengar dengan jelas. Banyak burung-burung yang tidak mau kerja maksimal. Sebagian besar burung yang tampil pagi itu medoki (kondisi birahi) sampai babak 4 lomba berakhir.

“Wah penak jurine,” gumam peserta dari pinggir lapangan. Karena dengan kurang bahkan tidak kerjanya burung kontestan, jadi juri-juri juga tidak sibuk memberikan penilainnya. Kesempatan seperti ini dimanfaatkan oleh burung-burung yang tidak dijagokan untuk melaju.

Ketua Umum PPDSI M. Makrus memberikan sambutan sebelum lomba dimulai
 

Empat babak penjurian juga tidak mengalami kendala, semua berjalan sesuai harapan dan keinginan semua pihak, yakni panitia dan peserta. Seperti terungkap dari komentar para peserta yang hadir. “Alhamdulillah, gelaran lomba yang bagus dan sukses. Patut untuk contoh di lomba-lomba lainnya,” tutur Sigit Irianto, pemilik B2W BF.

Senada dengan yang diutarakan oleh Imam Hariadi, peserta dari Bali. “Sangat menyenangkan lomba di Tulungagung, meriah sekali dan sangat mengesankan bisa ketemu teman-teman di Tulungagung. Mestinya di Tulungagung ada 2 kali event dalam setahun,” harap pemilik Elha BF ini.

Suasana penjurian TGR Cup V
 

Ada pemandangana yang membanggakan, yakni banyaknya banner dekoe mania yang terpasang utamanya dari negeri Jiran Malaysia. Mereka ikut berpartisipasi memeriahkan gelaran TGR Cup V. “Terbaik TGR Indonesia,” ujar Bang Azrin Bukit Marak BF Kelantan kepada Agus New Ags. ‘Semua rakan-rakan TGR Kelantan mengucapkan terima kasih untuk rakan-rakan TGR Indonesia.”

Selama ini memang telah terjalin kerjasama yang baik antara TGR Indonesia dengan dekoe mania dari Kelantan Malaysia dengan ditandai berdirinya TGR Kelantan. “Nantinya diharapkan burung-burung terbaik dari Kelantan datang untuk persahabatan,” harap Agus New Ags.

Sawali berikan bendera koncer kelas Senior kepada Sigit Irianto usai Kamajaya juara

Juara kelas Senior
 

Setelah penjurian usai, untuk kelas Senior, podium pertama diraih Kamajaya debutan B2W Yogyakarata. Derkuku bergelang B2W 3688 yang berada pada kerekan nomor 90 mampu mempertahankan performa apiknya dengan raihan bendera enam dua kali pada babak pertama dan kedua.

Meskipun penampilannya pada babak berikutnya menurun hanya raih bendera lima warna namun capaian itu sulit untuk dikalahkan lawan. Disusul oleh pemenang Liga Derkuku Indonesia 2023, yakni Narasoma andalan B2W Yogyakarta yang juga merupakan produk ternak B2W 1418 pada kerekan nomor 101 sebagai peraih juara kedua.

Tidak seperti biasanya pagi itu Narasoma hanya mampu mengeluarkan suara magisnya pada babak keempat saja. Tempat ketiga ada Lendir Joget orbitan Miasa Bali ring OMG 047 yang ada di tiang kerekan nomor 109.

Di kelas Yunior, podium pertama menjadi milik Bagusan amunisi Imam Hariadi dari Bali, produk B2W 3553 yang berada pada tiang kerekan nomor 178. Seperti penampilannya pada rangkaian putaran LDI 2023 lalu, Bagusan terkesan selalu terlambat panas.

Imam hariadi terima bendera koncer kelas Yunior dari M. Makrus berkat prestasi Bagusan

Juara di kelas Madya
 

Pada babak pertama hanya mampu raih nilai 43 ¼ Bagusan pun sempat tercecer jauh. Namun perlahan tapi pasti Bagusan, mampu memperbaiki penampilannya dengan raihan bendera lima warna. Performa impresif tersebut terus terjaga hingga akhir.

Dilanjutkan kemudian Sumantri gaco Gaguk Tulungagung ternakan PN 798 yang menempati nomor kerekan 204 dengan raihan bendera lima warna pada babak pertama dan kedua. Sayang penampilan terus merosot selepas jeda babak kedua dengan hanya mendapatkan dua kali empat warna.

Bintang Shorea terbaik di kelas Pemula

Para juara di kelas Pemula
 

Tempat ketiga dimenangkan Asmara orbitan Miasa dari Bali. Burung ternakan Rimba 277 yang menggunakan tiang kerekan bernomor 199. Asmara sebenarnya tampil cukup bagus meskipun jauh-jauh datang dari Pulau Dewata Bali, namun Asmara tetap harus mengakui keunggulan peraih tempat kedua dengan beda nilai tipis sekali.

Di kelas Pemula, posisi pertama berhasil diraih Bintang Shorea amunisi Shorea BF dari Sleman. Derkuku ternakan Subali 389 yang menempati nomor kerekan 31 berhasil meraih bendera lima warna dan mampu mengalahkan pesaing terdekatnya.

Doorprize sepeda gunung terbang ke Bali

 

Disusul kemudian Cheng Ho andalan Adi Kumboro dari Semarang, produk ternak YNT 212 yang berada di atas kerekan bernomor 70. Cheng Ho sebenarnya juga mampu memamerkan kualitas anggungnya di hadapan para juri, sayang pada babak kedua sedikit terpeleset dengan hanya meraih bendera empat warna.

Dan ditempat ketiga diraih oleh Soleh besutan hartejo dari Blitar. Burung bergelang Rajawali 391 yang menempati nomor kerekan 34 ini adalah peraih juara di gelaran TGR Cup IV tahun kemarin. Raihan bendera lima warna pada babak pertama tidak berlanjut pada babak kedua dan ketiga dengan hanya meraup nilai 43 ½ baru pada babak keempat kembali meriah nilai 43 ¾.


 

Diakhir acara, segenap panitia mengucapkan banyak terima kasih. Permintaan ma’af juga disampaikan jika selama acara, ada hal-hal yang kurang berkenan dihati peserta yang telah datang meramaikan acara. “Puji syukur Alhamdulillah gelaran lomba TGR CUP V dapat terlaksana dengan sukses,” ucap Agus New Ags.

“Selamat buat team panitia, team juri, dan sukses buat para juaranya. Terima kasih buat semua sedulur-sedulur dekoemania Nusantara yang telah mensupport gelaran ini dan mohon maaf bilamana masih banyak kekurangan dan juga kesalahan-kesalahan dari kami team panitia. Semoga di event berikutnya bisa menyajikan gelaran lomba yang lebih baik lagi, Aamiin” (Ramlee/Elh)

Sabtu, 27 Januari 2024

Mentok Rimba, Spesies Burung Air Paling Langka di Dunia




Mentok rimba (Asarcornis scutulata) merupakan jenis burung dari keluarga bebek atau dari suku Anatidae. Mentok rimba bukanlah mentok seperti yang sering dijumpai. Mentok rimba juga tidak memiliki lingkaran merah di sekeliling mata layaknya mentok biasa.

Mentok rimba merupakan jenis itik hutan dengan ukuran besar sekitar 66 – 81 cm yang yang kerap dijumpai di hutan rawa. Dalam bahasa inggris spesies ini dikenal sebagai White-winged Wood Duck. Sedangkan di Indonesia mentok rimba dikenal dengan beberapa nama seperti Serati, Mentok Hutan, Bebek Hutan atau Angsa Hutan.

Semula jenis ini dimasukkan kedalam marga Cairina karena kemiripan sosoknya dengan Muscovy Duck alias mentok. Namun, berdasarkan hasil analisis gen serta pola sebaran mentok rimba secara biogeografis, jenis ini ternyata bukan kerabat dekat mentok.

Mentok rimba hidup di perairan dangkal


Karena itu, pada 2014 ini mentok rimba resmi ditempatkan dalam marga baru yaitu Asarcornis dan merupakan satu-satunya jenis dari marga ini. Mentok rimba berbulu gelap dengan penutup sayap tengah abu-abu kebiruan dan kepala serta leher bagian atas putih.

Baca juga : Jagal Papua, Predator Yang Pandai Menirukan Suara Burung Lain

Di Sumatera, mentok rimba jantan memiliki kepala dan leher lebih putih dibanding jenis serupa di daratan Asia. Pada mentok rimba di Asia, jantan memiliki bercak-bercak hitam pada kepala dan lehernya, sementara pada betina bercak hitam lebih rapat.

Mentok rimba bersarang di lubang-lubang pohon

Burung ini termasuk hewan crepuscular, yaitu cenderung lebih aktif saat fajar dan senja. Mentok rimba kerap mencari makan di perairan dangkal atau rawa-rawa. Makanan kegemarannya termasuk biji-bijian, tumbuhan air, ikan, dan hewan air yang berukuran kecil.

Mentok Rimba merupakan salah satu spesies itik terbesar, dengan panjang mencapai 66 s.d. 81 cm. Mentok jantan berbobot antara 2,9 kg dan 3,9 kg. Sedangkan untuk mentok betina berbobot antara 1,95 sampai dengan 3,05 kg.

Mentok Rimba memiliki tubuh gelap dan biasanya berwarna coklat buram, dengan kepala dan leher berwarna putih. Sayapnya berwarna putih saat membentang terbuka, dan bila sedang menutup sayapnya hanya memperlihatkan sedikit warna putih saja. Mentok Rimba yang berusia muda biasanya berwarna lebih buram dibandingkan mentok dewasa.

Mentok Rimba tinggal di hutan tropis yang lebat dan hijau sepanjang tahun, dekat dengan sungai dan rawa. Hewan ini menghuni lahan basah dengan aliran air alami dan buatan yang stagnan atau mengalir lambat, meliputi kanal yang tenang di dalam perkebunan dengan pohon besar.

Mentok rimba sedang mengeram


Unggas ini cenderung bersarang di lubang-lubang di pepohonan dan juga bertelur di tempat yang sama. Mentok betina bisa bertelur hingga 16 butir pada sarang yang ia bangun di lubang pohon, percabangan pohon, atau celuk pohon, biasanya pada ketinggian 3 s.d. 12 meter di atas permukaan tanah.

Baca juga : Wambi, Burung Berkicau yang Menawan dan Sangat Gacor Saat Berkicau

Telur Mentok Rimba akan menetas setelah masa inkubasi selama 33 hari, dan telur akan menetas seiring dengan datangnya musim hujan. Anak Mentok Rimba menjadi dewasa setelah sekitar 14 minggu. Bayi mentok rimba akan terus dijaga oleh sang induk hingga masuk fase dewasa.

Anakan mentok rimba baru saja menetas


Mentok rimba mencari makanan secara individu, berpasangan, maupun berkelompok sebanyak 6 hingga 8 ekor di rawa-rawa. Mentok Rimba adalah spesies omnivora yang memakan biji buah, tanaman air, biji-bijian, beras, keong, ikan kecil, dan serangga.

Satwa ini adalah spesies yang tidak suka menampakkan diri, dan diketahui cenderung mencari makan di malam hari. Suara nyaring mentok rimba yang berseru-seru di malam hari bisa terdengar seperti suara hantu dari kejauhan.

Karena itulah mentok rimba ini di India dikenal dengan nama ‘Deo Hans’. Itu adalah sebutan dalam bahasa Assam, yang artinya ‘Bebek Gaib’. Bahasa setempat yang digunakan sehari-hari orang Assam di timur laut India.

Di Indonesia burung ini semula dapat dijumpai di Sumatera dan Jawa. Namun, mentok rimba diduga telah punah di Jawa. Sementara di Sumatera dan daratan Asia wilayah sebarannya kini terfragmentasi karena makin berkurangnya lahan basah yang dekat hutan dataran rendah.

Induk mentok rimba sedang mengasuh anak-anaknya

Di Indonesia, hanya ada sekitar 150 ekor Mentok Rimba yang diperkirakan ada di Sumatera. Salah satu habitatnya yang masih tersisa di Sumatera yaitu pesisir timur lahan basah Sumatera, termasuk di Taman Way Kambas, di Kabupaten Lampung Timur.

Baca juga : Kedasih, Burung Licik dengan Mitos Menyeramkan

Kelangkaan yang terjadi kepada mentok rimba disebabkan oleh semakin berkurangnya lahan basah yang merupakan habitat utama satwa ini. Akibatnya, mentok rimba kesulitan menemukan pepohonan untuk dijadikan sebagai tempat bersarang dan bertelur.

Kawanan mentok rimba sedang mencari makan

Sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap ancaman kepunahan mentok rimba, pemerintah menjadikan satwa ini sebagai seri perangko pada tahun 2009. Dan berdasarkan aturan hukum yang berlaku di Indonesia spesies ini termasuk satwa yang dilindungi.

Mentok Rimba juga masuk dalam daftar Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), suatu perjanjian internasional antarnegara yang mengatur perdagangan internasional spesies satwa dan tanaman liar. (Ramlee)



Sumber : remen.id


Mentok Rimba, Burung Air yang Mirip Mentok Peliharaan Itu Kini Semakin Sulit Ditemukan


Burung Hantu, si Burung Malam Predator Alami Tikus yang Menakjubkan



Burung hantu merupakan salah satu hewan pemangsa yang terkenal karena bentuknya yang indah, eksotis tetapi juga tampak gagah. Meski tidak berinteraksi secara langung, burung hantu merupakan salah satu binatang yang keberadaannya cukup dekat dengan kehidupan manusia.

Burung hantu termasuk hewan noktural, atau satwa yang menjalankan aktivitasnya di malam hari. Bagi para penggemar burung pemangsa atau birds of prey, popularitas burung ini mulai disejajarkan dengan burung falcon dan elang. Kelompok aves ini dikenal sebagai satwa buas yang tergolong dalam jenis karnivora atau pemakan daging.

Burung hantu memiliki jenis atau ragam yang cukup banyak. Jenis yang paling popular saat ini (termasuk dijadikan mitra petani dalam mengusir hama padi dan jagung) adalah barn owl (Tyto alba). Spesies inilah yang paling mudah dijinakkan, serta bisa dilatih untuk berbagai keperluan positif.

Burung hantu aktif di malam hari untuk mencari mangsa
 

Akan tetapi tidak jarang penghobi yang menjinakkan satwa ini untuk dijadikan hewan peliharaan. Burung ini seringkali dijadikan simbol tertentu di beberapa wilayah karena sifat dan karakteristiknya yang khas. Sebaran burung ini cukup luas di dunia dan terbagi menjadi beberapa jenis.

Tidak ada sumber pasti yang menyebutkan mengapa satwa dengan nama lain owl ini diberi nama burung hantu. Hanya saja sudah menjadi rahasia umum di masyarakat Indonesia jika binatang yang aktif pada malam hari dianggap sebagai pertanda maut. Alasan inilah yang paling banyak diyakini oleh masyarakat luas.

Burung hantu bersarang di dalam lubang batang pohon


Namun pada kenyataannya tidak semua wilayah di Indonesia menyebut satwa ini sebagai burung hantu. Contohnya, di Jawa burung pemakan daging ini dikenal sebagai dares dan manuk dares yang artinya tidak berkaitan sama sekali dengan maut. Bahkan di Indonesia wilayah barat justru dianggap sebagai simbol kebijaksanaan.

Satwa ini memiliki mata yang sangat unik dan berbeda dengan jenis burung lainnya. Jika kebanyakan kelompok aves memiliki mata menghadap ke samping, maka mata burung ini menghadap ke depan. Selain itu ukuran matanya juga sangat besar dengan warna kuning terang.

Baca juga : Burung-madu, Mempunyai Suara Panggilan Unik Itu Termasuk Burung Dilindungi

 

Induk burung hantu sedang mengerami telur-telurnya


Sebagai jenis karnivora, burung hantu mempunyai bentuk paruh mirip dengan burung elang jawa. Paruh tersebut berbentuk bengkok dan tajam menyesuaikan dengan jenis makanannya, yaitu daging. Hal unik juga terletak pada bagian leher burung ini, yakni dapat berputar hingga 180 derajat. Oleh karena itu jangan heran jika saat tubuhnya menghadap ke depan, namun wajahnya menghadap ke belakang.

Area wajah burung ini dikelilingi oleh bulu-bulu dan karakter wajahnya berbentuk love. Hal tersebut menjadi daya tarik dan keunikan tersendiri bagi binatang malam ini, namun sekaligus membuatnya tampak menyeramkan. Umumnya warna bulu satwa ini adalah cokelat dan abu-abu yang dipadukan dengan bercak hitam putih.

Anak-anak burung hantu di dalam sarangnya
 

Ekor burung hantu rata-rata berukuran pendek. Akan tetapi satwa dengan nama Latin Ketupa ketupu ini memiliki sayap yang luar biasa besar dan sangat lebar. Ketika burung ini merentangkan sayapnya, maka lebarnya bisa setara tiga kali dari panjang tubuhnya sendiri.

Selain itu kaki burung hantu juga dikenal sangat kuat dan cekatan, sehingga mampu mencengkeram sesuatu dengan begitu eratnya. Kekuatan cengkeraman dan paruh tajam inilah yang dimanfaatkan untuk berburu dan menangkap mangsa dengan cepat.

Burung hantu termasuk jenis satwa yang dapat hidup di berbagai kondisi lingkungan, kecuali gurun dan wilayah kutub. Akan tetapi binatang nokturnal ini sebenarnya lebih senang tinggal di habitat terbuka seperti tepi sungai, pekarangan, perkotaan, kebun, padang rumput, semak-semak, sawah, serta area atau pinggir hutan yang tidak begitu lebat.

Ketinggian habitat yang disukai oleh satwa ini adalah dataran rendah pada ketinggian 1.500 sampai 2.000 meter di atas permukaan laut. Meski berada di ketinggian tersebut, burung ini akan memilih wilayah yang tidak memiliki suhu rendah. Berdasarkan naluri, rata-rata burung hantu menghindari hutan karena tingkat perburuan di kawasan tersebut sangat tinggi.

Burung hantu merupakan pembasmi alami hama tikus
 

Meski menyukai habitat terbuka, faktanya burung hantu membangun sarang di wilayah yang jauh dari pemukiman penduduk. Sarang tersebut berada di atas ranting pohon-pohon yang sangat tinggi, di mana terdapat lubang atau celah, salah satunya jenis pohon suntuk sarang burung ini adalah pohon palem.

Sebagian burung hantu juga membuat sarang di atap bangunan atau bagian-bagian rumah yang jarang terjamah oleh manusia. Lokasi ini akan memudahkan untuk keluar setelah hari gelap. Satwa ini akan meninggalkan sarangnya pada waktu malam hari untuk beraktivitas mencari mangsa.

Kini banyak petani yang sudah memanfaatkan burung hantu sebagai pembasmi hama tikus
 

Area terbuka disenangi oleh burung ini karena memudahkan binatang malam ini untuk mencari mangsa, misalnya di sekitar sungai dan wilayah persawahan. Keberadaan burung hantu di persawahan memiliki manfaat besar bagi petani, sebab burung ini akan memangsa hama seperti tikus, kodok, dan serangga yang merusak tanaman. Oleh karena itu, burung ini juga disebut sahabat petani.

Burung hantu adalah pengintai yang sangat tajam dan cerdik. Satwa ini terkenal berperilaku diam dan tidak mengeluarkan bunyi bahkan pada saat terbang. Burung ini lebih sering dijumpai mematung serta tidak banyak melakukan gerakan. Hal tersebut menjadikan keberadaan satwa nokturnal ini sulit untuk dideteksi.

Baca juga : Ciblek, Jenis Burung Pengicau Bersuara Nyaring

 

Celepuk gunung
 

Ada beberapa spesies burung hantu dengan kemampuan mengukur jarak buruan serta posisi mangsanya secara akurat dalam kondisi gelap total. Kemampuan ini diperoleh dari pendengarannya yang tajam dan bulu-bulu wajah yang berfungsi seperti radar untuk mengarahkan pada sumber suara.

Rata-rata fauna ini melakukan perburuan mangsa di waktu malam. Akan tetapi ada juga yang berburu menjelang subuh atau ketika kondisi hari sudah mulai remang-remang. Ada hal yang juga menarik, yaitu ada beberapa spesies yang justru berburu pada sore hari atau krepuskular dan juga siang hari.

Celepuk raja
 

Pada siang hari burung hantu akan menghabiskan waktu dengan tidur di dalam sarangnya yang terlindungi oleh dedaunan. Kemudian pada saat malam tiba binatang ini akan mulai mengeluarkan suara dari dalam sarangnya dan hal ini terus berlangsung termasuk ketika satwa ini keluar dan mengelilingi sarangnya sambil terbang.

Binatang nokturnal ini juga memiliki kebiasaan untuk melindungi wilayah teritorialnya. Upaya menandai wilayah kekuasan ini jugalah yang membuat burung hantu akan mengeluarkan suara dan mengelilingi sarangnya pada waktu malam hari. Apabila ada musuh yang mendekat wilayah teritorinya, maka satwa ini akan bersiaga untuk melakukan perlawanan.

Ketupa ketupu atau burung hantu adalah kelompok ovipar, yaitu perkembangbiakannya dilakukan dengan cara bertelur. Jumlah telur yang dihasilkan pun tidak begitu banyak, yaitu hanya sekitar satu butir hingga empat butir saja. Namun jumlah telur tersebut bergantung pada spesies dari burung itu sendiri.

Kematangan reproduksi akan dimulai minimal setahun setelah menetas dari telurnya. Waktu yang cukup seimbang dengan jumlah telur yang dihasilkan. Umumnya setiap burung hantu yang memiliki telur akan merawat anaknya hingga usia dewasa dan baru melepaskan setelah dirasa mampu untuk mencari makan sendiri.

Celepuk
 

Masa perkembangbiakan burung hantu bergantung pada jenis spesiesnya, seperti pada musim semi di kawasan beriklim sedang. Kegiatan ini juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca di tempat tinggal, penyakit yang dimiliki, ketersediaan bahan makanan, tingkat persiangan dengan burung lain, serta kecocokan dengan pasangan.

Baca juga : Sogok Ontong, Burung yang Suka Manis-manis yang Kerap Dijadikan Masteran

Tidak jauh berbeda dengan binatang lainnya, burung hantu juga akan mengeluarkan suara tertentu ketika ingin kawin. Jantan akan melakukan usaha untuk menarik perhatian betina melalui beberapa cara tertentu. Selain bersuara, hewan ini akan mengubah perilaku seperti gaya terbang khusus dan memberi makanan. Usaha ini dianggap berhasil jika betina datang ke sarang jantan.

Burung hantu wowo wiwi
 

Burung hantu atau owl terbagi menjadi beberapa spesies yang sangat variatif. Apabila dikonversi jumlah yang sudah terverifikasi mencapai kurang lebih 222 jenis. Semua spesies tersebut menyebar di berbagai penjuru dunia dan masing-masing memiliki keunikan tersendiri.

Secara umum burung hantu dibagi menjadi dua, yaitu Strigidae atau burung hantu sejati dan Tytonidae atau burung hantu serak. Berikut ini adalah beberapa jenis burung hantu dari berbagai jenis yang ada di dunia, antara lain serak jawa, celepuk reban, burung hantu salju putih, ketupa, kelabu besar, pere david, dan elang Andaman.

Celepuk merah
 

Persebaran satwa ini nyaris terdapat di berbagai belahan bumi kecuali kutub dan gurun. Mulai dari Amerika Utara selain Kanada, Amerika Selatan, Amerika Tengah, sebagian besar Benua Eropa, kawasan sub-sahara di Benua Afrika, India, Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Timor Leste.

Spesies ini tidak masuk dalam satwa kategori terancam atau hampir punah. Kondisi ini tidak lepas dari fakta ada begitu banyak spesies yang tersebar di berbagai belahan dunia. Hanya saja status kelangkaan tersebut mungkin berbeda untuk spesies burung lainnya. (Ramlee)


Sumbe r : remen.id


Burung Hantu, Sang Pemburu Malam yang Punya Tampilan Eksotis

Mangga Kasturi, si Manis Legit Kalimantan Selatan yang Telah Punah di Alam Liar



Mangga kasturi (Mangifera casturi) merupakan flora identitas Kalimantan Selatan. Mangga ini telah ditetapkan oleh tim penilai dari World Conservation Monitoring Centre pada tahun 1998 dalam kategori extinct in the wild atau punah in situ yang artinya punah di habitat aslinya yaitu alam liar.

Buah ini pertama kali dideskripsikan oleh Kostermans pada tahun 1993. Kostermans saat itu meneliti spesimen mangga kasturi di Herbarium Bogor Rience, Pusat Penelitian Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Kabupaten Bogor.

Mengutip laman Lipi.go.id, saat ini mangga kasturi sudah tidak ditemukan lagi di habitat aslinya, juga di hutan-hutan wilayah lain. Bahkan, mangga ini tidak ada di negara lain sehingga dapat dikatakan sebagai jenis mangga asli Indonesia.

Mangga kasturi sudah tidak ditemukan tumbuh di habitat aslinya
 

Penyebaran mangga kasturi memang terbatas hanya di kebun campuran di Desa Mataraman, Kecamatan Mataraman, Kabupaten Banjar. Umumnya, kebun campuran ditumbuhi tanaman padi dan diselingi pohon mangga kasturi yang usianya sudah lebih dari 50 tahun, itupun sebenarnya tidak sengaja ditanam warga.

Baca juga : Srikaya, Buah Kaya Manfaat

Buah ini juga banyak ditemukan di Kabupaten Banjar dan hulu Sungai Selatan, serta dapat tumbuh di lahan kering dan lahan rawa pasang-surut. Mangga kasturi biasanya panen pada awal musim hujan dan melimpah pada bulan Januari. Namun, karena banyak pohonnya sudah tua maka produktivitas pun semakin menurun.

Rata-rata mangga kasturi yang ada di Kalimantan Selatan sudah berusia lebih dari 50 tahun

 

Marga mangifera yang ditemukan di Kalimantan sebanyak 31 jenis dan tiga di antaranya adalah flora endemik. Dalam keputusan Menteri Dalam Negeri No. 48 tahun 1989 tentang identitas flora masing-masing provinsi, mangga kasturi ditetapkan sebagai identitas flora Kalimantan Selatan.

Buah ini penampakannya mirip dengan buah mangga biasa, tetapi berukuran kecil. Berbentuk bulat sampai elips dengan ukuran panjang 5 – 6 cm, lebar 4 – 5 cm dan berat sekitar 65,6 gram. Kulit buah tipis dengan warna hijau terang dengan bintik-bintik berwarna gelap dan apabila masak maka kulit buah berubah menjadi kehitaman.

Daging buah berwarna oranye gelap, kandungan serat 1,06% dan memiliki rasa yang manis dan lezat. Sifat yang menonjol dari buah ini adalah aroma buah yang harum sehingga banyak disukai masyarakat Kalimantan Selatan.

Pohon mangga kasturi dapat berumur hingga berpuluh-puluh tahun, tumbuh di pekarangan atau di hutan. Pohon ini bisa mencapai tinggi 25 m dengan diameter batang sekitar 40–115 cm. Kulit kayunya berwarna putih keabu-abuan sampai cokelat terang, kadangkala terdapat retakan atau celah kecil sekitar 1 cm berupa kulit kayu mati.

Mangga kasturi mulai berbuah pada awal musim penghujan

 

Daun bertangkai, berbentuk lanset memanjang dengan ujung runcing. Pada kedua belah sisi tulang daun tengah terdapat 12 – 25 tulang daun samping. Daun muda menggantung lemas dan berwarna ungu tua.

Baca juga : Manggis, The Queen of Tropical Fruit dengan Segudang Manfaat bagi Kesehatan

Bunga mangga kasturi berkelamin ganda dengan kuntum bunga yang terangkai pada satu ibu tangkai bunga (bunga majemuk). Panjang tangkai bunga sekitar 28 cm dengan anak tangkai sepanjang dua sampai empat mm.

Mangga kasturi yang telah masak warnanya berubah kehitaman
 

Daun kelopaknya bulat telur memanjang dengan panjang 2 – 3 mm. Daun mahkotanya bulat telur memanjang. Benang sari sama panjang dengan mahkota, sedangkan staminodia sangat pendek, seperti benang sari yang tertancap pada tonjolan dasar bunga. Bunganya berbau harum.

Pohon mangga kasturi bisa ditemukan di Kabupaten Banjar dan hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Tanaman ini dapat tumbuh di lahan kering dan lahan rawa pasang-surut yang memang banyak terdapat di daerah kalimantan. Mangga ini berbuah pada awal musim hujan.

Ketika memasuki musim panen (sekitar November-Januari), buah kasturi akan terlihat sangat lebat. Hanya saja, masa panen mangga kasturi yang cukup singkat dan daging buahnya yang relatif sedikit dibanding bijinya, membuat tanaman ini kurang menarik untuk dibudidayakan sebagai mangga komersial.

Mangga kasturi umumnya dikonsumsi langsung dalam kondisi segar sebagai buah meja. Mangga kasturi juga dijadikan salah satu pelengkap dalam minuman es buah, maupun diolah menjadi sirup pada industri kecil rumah tangga.

Akhir tahun merupakan masa panen mangga kasturi

 

Mangga kasturi mengandung nutrisi yang berguna bagi tubuh manusia, misalnya terpenoid dan polifenol yang dapat bertindak sebagai zat antioksidan. Polifenol dikenal sebagai zat yang dapat menghadirkan berbagai manfaat bagi kesehatan manusia, seperti anti peradangan, mencegah penggumpalan darah, menyehatkan pencernaan, dan meningkatkan fungsi otak.

Baca juga :  Buah Kecapi, Buah Langka yang Punya Khasiat Alami

Akar dan batang dari tumbuhan kasturi mempunyai kandungan senyawa fitokimia, yakni mengandung saponin dan tanin. Saponin merupakan senyawa aktif yang menghambat penyerapan glukosa dan mencegah naiknya glukosa dalam darah sehingga dapat digunakan untuk mengobati diabetes.

Sari buah mangga kasturi

 

Saat ini mangga kasturi sebenarnya masih bisa ditemukan di perkebunan warga bahkan ditanam di pekarangan rumah karena masyarakat membudidayakan buah ini. Dan berharap ada banyak orang atau lembaga yang melestarikan mangga ini. Sebab, dengan rasanya yang sangat manis dan harum, mangga kasturi bisa dijadikan komoditi buah unggulan Indonesia dan agar jenis buah asli Indonesia tidak tinggal nama. (Ramlee)




Sumber : remen.id

Mangga Kasturi, si Manis Legit Flora Identitas Kalimantan Selatan

Jumat, 26 Januari 2024

Glofish, Ikan Hasil Rekayasa Genetika yang Kian Populer



Glofish merupakan jenis ikan hias yang dapat memancarkan cahaya saat gelap. Glofish terlihat menarik dan unik dengan warna cerah yang sangat menakjubkan. Ikan ini mudah dipelihara dan cocok untuk pemula maupun penggemar ikan yang lebih berpengalaman.

Ikan Glofish saat ini merupakan jenis ikan hias yang sangat populer di kalangan penggemar ikan. Ikan ini dikenal dengan warnanya yang cerah, terutama dalam warna neon seperti merah, hijau, kuning, oranye dan biru. Ikan ini bukan ikan alami sebenarnya.

Di balik keindahan warnanya, ternyata warna cerah ikan ini bukan tercipta secara alami, melainkan dari proses rekayasa genetik di laboratorium. Asal-usul ikan glofish dimulai dari ikan zebra (Danio rerio) yang mempunyai habitat asli di perairan India dan Bangladesh.

Starfire red glofish

 

Awalnya, Dr. Zhiyuan Gong dan rekan-rekannya di National University of Singapore (NUS) bermaksud untuk mengembangkan ikan yang dapat mendeteksi polusi lingkungan. Mereka pada tahun 1999, bekerja dengan gen yang mengkodekan Green Flourescent Protein (GFP) atau protein hijau berpendar yang awalnya diekstraksi dari ubur-ubur.

Mereka memasukkan gen tersebut ke dalam embrio ikan Zebra yang memungkinkan untuk diintegrasi ke dalam genom ikan Zebra. Setelah diuji, ternyataikan Zebra yang disisipi gen ubur-ubur tadi menjadi berpendar terang di bawah cahaya putih alami dan sinar ultraviolet.

Sunburst orange glofish

 

Ikan Zebra yang bisa berpendar inilah yang disebut dengan Glofish (ikan bercahaya). Hasil rekayasa genetika yang menghasilkan ikan zebra yang bisa berpendar hijau ini merupakan langkah awal dalam proses memodifikasi organisme.

Baca juga : Ikan Lemon, Ikan Hias Air Tawar Galak yang Mudah Dibudidayakan

Selanjutnya, National University of Singapore (NUS) mengajukan permohonan paten pada pekerjaan ini sehingga tidak lama kemudian didapatkan ikan zebra yang tidak hanya berpendar hijau namun juga berpendar merah dari penambahan gen karang laut, dan orange-kuning dengan penambahan varian gen ubur-ubur.

Green electric glofish

 

Setelah ditemukan banyak variasi warna dari ikan yang bisa berpendar, para ilmuan dari NUS, pengusaha Alan Blake dan Richard Crockett dari Yorktown Technologies, sebuah perusahaan di Austin Texas bertemu dan menyepakati dengan ditandatangani suatu perjanjian dimana yorktown memperoleh hak di seluruh dunia untuk memasarkan ikan Zebra yang bisa berpendar.

Ikan zebra yang dapat berpendar inilah yang kemudian dipatenkan dengan nama Glofish. Tujuan awalnya memang bermaksud gen yang dimasukkan itu dapat mengaktifkan pancaran cahaya ketika ikan ini berada dalam lingkungan yang mengandung zat tertentu yang berbahaya bagi lingkungan. Sehingga dapat dengan mudah menandai perairan yang telah tercemar zat berbahaya.

Seiring dengan berjalannya waktu, para ilmuan melakukan penelitian dan ditemukanlah berbagai warna. Sampai saat ini, modifikasi gen yang dilakukan terhadap jenis ikan Zebra tersebut telah mendapatkan 5 warna berbeda yaitu Starfire Red, Sunburst Orange, Electrik Green, Cosmic Blue dan Galactic Purple.

Tahun 2003, hak paten Glofish dibeli dari Dr. Zhiyuan Gong oleh sebuah perusahan Amerika bernama Yorktown Technologies. Glofish lalu diperkenalkan di pasar Amerika sebagai ikan hias setelah melewati dua tahun proses riset dampak lingkungan berbagai konsultan dan pemangku kebijakan.

Cosmic blue glofish
 

Food and Drug Administration (FDA), memberi lampu hijau keamanan ikan Glofish untuk beredar di pasaran. Food and Drug Administration merupakan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat.

Badan ini yang bertugas mengatur makanan, suplemen makanan, obat-obatan, produk biofarmasi. Termasuk juga transfusi darah, peranti medis, peranti untuk terapi dengan radiasi, produk kedokteran hewan, dan kosmetik di Amerika Serikat.

Galactic purple glofish

 

Penilaian FDA terkait Glofish adalah karena gen yang diinjeksi merupakan kategori obat dan dinilai dapat mempengaruhi pasokan makanan. Namun, setelah dilakukan riset selama dua tahun, tidak ada bukti bahwa ikan Zebra yang direkayasa secara genetis ini menimbulkan ancaman yang lebih besar terhadap lingkungan.

Baca juga : Galaxy Rasbora, Ikan Hias Mini Asal Myanmar

Hal ini karena ikan tersebut hanya difungsikan sebagai ikan hias saja. Kemudian Yorktown mulai memasarkan ikan glofish sebagai ikan hias di Amerika Serikat. Sejak itu glofish menjadi sangat populer dan dengan cepat menyebar ke seluruh dunia sebagai salah satu jenis ikan hias yang paling menarik.

Ikan tetra

 

Meskipun rekayasa bukanlah sesuatu yang baru di dunia biologi, tetapi ikan glofish adalah salah satu produk pertama yang memanfaatkannya untuk kepentingan hobi. Khususnya dalam pengembangan ikan hias.

Belum ada laporan dari setiap masalah ekologi terkait dengan penjualan glofish. Perbedaan ikan zebra biasa dengan glofish ini hanya terletak pada gennya. Pada dasarnya merawat glofish cukup mudah. Cara perawatannya kurang lebih sama dengan merawat ikan hias air tawar lainnya, mulai dari perawatan umum, preferensi suhu, kualitas air, dan kebutuhan nutrisi.

Ikan Tiger barb

 

Glofish menyerap cahaya dalam panjang gelombang tertentu. Cahaya neon itu kemudian dipendarkan kembali dari tubuhnya. Jadi, warna neon uniknya akan tampak lebih bersinar seiring dengan bertambahnya jumlah cahaya yang diserapnya.

Penghobi bisa memakai LED maupun lampu UV untuk membuat ikan Glofish tampak lebih memukau. Sementara pemeliharaan ikan glofish ini sendiri bisa dibilang tidak terlalu sulit, bahkan bisa dilakukan oleh pemula.

Ikan rainbow shark

 

Karena perawatannya hampir sama dengan ikan hias air tawar lainnya, tetapi yang membedakan ikan glofish terlihat lebih cantik. Akan tampak lebih cantik lagi dengan menambahkan lampu hias khusus untuk membuat warnanya berubah-ubah dan bahkan menyala di kegelapan.

Baca juga : Molly, Ikan hias Air Tawar Sudah Sejak Lama Digandrungi Hobis

Lain daripada itu, alasan lain mengapa ikan ini sangat digemari adalah mudah dipelihara dan dikenal sebagai ikan yang ramah lingkungan. Bahkan kini jenis ikan hias glofish harganya tidak semahal sewaktu pertama kali diperkenalkan.

Ikan beta

 

Ada beberapa jenis Glofish yang tersedia di pasar dan semua jenis ikan ini dikenal dengan warna cerah yang menarik perhatian. Beberapa jenis Glofish yang populer antara lain Diamond Tetra, Electric Green Tetra, Moonrise Pink Tetra, dan Starfire Red Tetra. Banyak penggemar ikan memilihnya sebagai salah satu ikan hias utama di dalam akuarium mereka.

Saat ini tidak hanya ikan Zebra (Danio rerio) saja yang dipasarkan sebagai ikan Glofish. Ada beberapa spesies ikan lainnya, yaitu tetra (Gymnocorymbus ternetzi), tiger barbs (Puntius tetrazona), rainbow shark (Epalzeorhynchos frenatum), dan betta (Betta trifasciata). Warna yang dipendarkan juga memiliki berbagai varian, yaitu starfire red, electric green, sunburst orange, cosmic blue, galactic purple, dan moonrise pink. (Ramlee)




Sumber : remen.id

Glofish, Ikan Hias Cantik yang Menyala dalam Kegelapan

Latber Malam Road to Margo Trophy, Jaladri dan Maha Raja Raih Bendera Enam Warna, Bimo Juara

Setelah sukses pada penyelenggaraan latber sebelumnya, Latber Road to Margo Trophy kembali digelar pada Sabtu, 14 September 2024 di Gantanga...