Blog tentang hobi dan kreasi jadi rejeki

Kamis, 13 April 2023

Ciblek, Jenis Burung Pengicau Bersuara Nyaring



Ciblek (Prinia Familiaris) atau biasa juga disebut perenjak jawa adalah jenis burung pengicau dari keluarga Cistcolidae. Dalam bahasa Inggris burung ini dikenal sebagai bar-winged Prinia, merujuk pada dua garis putih pada kedua sayapnya.

Setiap wilayah memiliki sebutan yang berbeda-beda untuk burung Prenjak. Selain menyebut Prenjak, masyarakat Jawa juga menyebutnya Ciblek. Masyarakat Sunda menyebut Cinenen, Betawi menyebut Cici dan Melayu menyebut Murai.

Burung ini mudah dijumpai di area perkebunan, persawahan dan permukiman warga yang masih asri. Hampir di seluruh wilayah Indonesia burung bersuara nyaring ini bisa ditemukan. Di alam bebas burung ciblek terdiri dari beberapa jenis dengan ciri khasnya masing-masing, beberapa diantaranya, Ciblek gunung, Ciblek jawa, Ciblek rawa, Ciblek padi, dan Ciblek coklat.

Burung ciblek yang tengah membangun sarangnya

Burung perenjak jawa tubuhnya ramping dengan panjang sekitar 13 cm. Warna coklat kehijauan terlihat hampir di seluruh bagian tubuhnya. Pada sisi tenggorokan hingga ke dada bulunya berwarna putih, tetapi di beberapa bagian dada dan paha warna bulunya cenderung keabu-abuan. Ciri khasnya sayap dengan dua garis putih, serta ekor panjang dengan ujung berwarna hitam dan putih.

Pada bagian wajahnya terdapat paruh panjang dan runcing dengan warna kehitaman di sisi atas dan bawahnya berwarna kekuningan. Kaki burung ciblek berwarna cokelat kemerahan atau merah muda dengan struktur terlihat rapuh dan langsing.

Telur burung ciblek

Habitat utama burung ciblek adalah daerah semak atau tempat terbuka. Sering ditemui di tempat terbuka atau kawasan bersemak di taman, pekarangan, tepi sawah, hutan sekunder, sampai ke hutan bakau. Juga kerap teramati di perkebunan teh.

Baca juga : Gould Amadin, Burung Pipit Warna-Warni Asal Benua Australia

Burung prenjak jawa bergerak secara lincah saat mencari makan. Dua burung ciblek atau lebih akan berkejaran di sela-sela kegiatannya memangsa serangga kecil yang ada di sekitar semak-semak. Mereka berkicau keras dan menggerakkan ekornya yang tipis ke atas.

Induk ciblek yang tengah mengerami telurnya

Terdengar suara keras, cwuit-cwuit-cwuit… ciblek-ciblek-ciblek-ciblek.. ! Ekor yang tipis digerakkan ke atas ketika berkicau. Seperti burung pengicau lainnya, makanan utama burung ciblek adalah serangga kecil, seperti jangkrik, ulat, kroto, lalat belalang, dan capung.

Burung ciblek akan berburu makanan di permukaan tanah hingga ke tajuk pepohonan. Saat dipelihara dalam kandang. biasanya mereka diberi pakan berupa voer atau pisang. Burung ini membuat sarangnya di rerumputan atau semak-semak sampai ketinggian sekitar 1,5 m di atas tanah.

Sang induk sedang meloloh anaknya yang telah keluar sarang

Burung ini membuat sarangnya dengan bentuk seperti bola-bola kecil dari bilah-bilah daun. Menganyam atau menautkan dua bilah atau lebih daun. Sarang itu dianyam menggunakan tali dari rerumputan dan serat tumbuhan.

Ada beberapa ciri khusus untuk membadakan jenis kelamin burung ciblek, yakni postur tubuh burung jantan biasanya lebih panjang dan ramping, sedangkan yang betina lebih telihat gemuk. Warna bulu pejantan telihat lebih tegas, sedangkan si betina sebaliknya.

Ciblek jantan lebih sering menaik-turunkan ekor dibanding yang betina. Warna paruh bawah pada burung betina adalah putih pucat. Warna paruh bawah putih dengan ujung yang hitam merupakan ciri khusus burung jantan yang masih muda.

Ciblek sedang mencari makan berupa serangga

Kuku jari kaki pada burung jantan muda terlihat kusam, uku jari kaki pada burung betina muda terlihat lebih bersih. Burung ciblek jantan mempunyai ukuran tubuhnya yang lebih besar dan giat berkicau. Ekornya lebih panjang dan warna sayap yang semakin gelap.

Perenjak jawa merupakan burung dengan persebaran terbatas atau endemik. Burung ini hanya bisa ditemukan di wilayah Jawa, Bali, dan Sumatra. Di Sumatera, ciblek tinggal di wilayah dengan ketinggian 900 mdpl. Sedangkan di wilayah Jawa dan Bali biasanya menghuni wilayah dengan ketinggian 0 hingga 1.500 mdpl.

Ciblek gunung/hill prinia (Prinia superciliaris)

Sebelum tahun 1990, burung ciblek masih banyak terbang bebas dengan liar layaknya burung gereja dan burung pipit. Sifatnya yang mudah beradaptasi dan jinak membuat burung mungil ini memiliki populasi yang cukup banyak di berbagai wilayah.

Baca juga : Murai Batu Rajanya Burung Ocehan, Favorit Kicau Mania

Kicauannya yang merdu, menjadikan orang-orang tertarik sehingga mulai banyak memburunya untuk memperjualbelikannya, terutama di wilayah Jawa. Ciblek merupakan burung liar yang jinak dan habitatnya yang mudah dijumpai, maka membuat burung ciblek mudah untuk ditangkap.

Burung ciblek jawa dikenal pula dengan nama ciblek kebun/bar-winged prinia (Prinia familiaris)

Burung ini gampang ditangkap dengan dipikat, memakai bantuan kaca pantul di dalam sangkar. Burung yang tertarik dengan cerminannya sendiri akan terjebak di dalam sangkar. Cara lainnya adalah dengan memasang jerat atau rajut di sekitar sarangnya.

Atau dengan perangkap getah (pulut) pada tempat-tempat tidurnya di waktu malam. Para penangkap burung yang terampil, bahkan kerap hanya bermodalkan senter, kehati-hatian, dan kecepatan tangan menangkap burung yang tidur di malam hari.

Ciblek rawa/yellow bellied prinia (Prinia flaviventris)

Sayang sekali burung ini mudah sekali stres dan akhirnya mati dalam pemeliharaan, terutama apabila yang ditangkap adalah burung dewasa. Selain itu Ciblek/Prenjak memiliki sifat sulit untuk dikembangbiakkan, bahkan jika tidak pandai dalam merawat burung ini rentan mati.


Sampai sekarang, burung ini masih sulit dibiakkan. Meskipun sejak tahun 2010 sudah ada yang berhasil mengembangbiakkannya. Selain itu dibandingkan dengan burung kicau lainnya Ciblek atau Prenjak memang masih tergolong burung yang murah harganya, sehingga tidak banyak orang yang mau membudidayakannya.

Ciblek padi kerap disebut juga sebagai ciblek pare/ciblek sawah/plain prinia (Prinia inornata)

Harganya ciblek berkisar antara puluhan hingga ratusan ribu rupiah saja.Harganya yang murah juga menjadi alasan banyak orang memburu burung ini sehingga pada beberapa tahun terakhir sebagian jenis ciblek mulai sulit ditemukan. Prenjak dapat berkicau dengan volume yang keras dalam tempo yang rapat, sehingga menarik perhatian para pecinta burung kicauan.

Burung ciblek yang telah gacor (rajin berkicau) sering diburu oleh pecinta burung ocehan untuk dijadikan burung masteran burung jenis kicau yang lain. Atau untuk diikutsertakan dalam kontes lomba burung berkicau. Eksploitasi yang berlebihan sangat berbahaya bagi populasi ciblek.

Ciblek cokelat atau ciblek alang-alang/brown prinia (Prinia polychroa)

Di wilayah-wilayah tertentu seperti di pinggiran kota besar, sekarang seolah ‘kehabisan stok’ padahal sebelum tahun 90-an burung ini masih melimpah. Perenjak jawa semakin jarang terlihat di taman-taman, dan terbatas di tempat-tempat tertentu yang masih tidak jauh hutan.

Baca juga : Burung Kenari, Burung Berbulu Cantik Bersuara Sangat Merdu

Kebanyakan ciblek yang dipelihara di dalam sangkar burung tidak memiliki umur panjang. Hanya mampu hidup berkisar antara 8-10 bulan saja jika dipelihara dengan cara yang salah. Karena burung ini mudah sekali mengalami stress.

Suasana lomba burung berkicau

Namun masalah ini tidak menyurutkan minat para pemburu burung untuk memenuhi permintaan para penghobi burung ini.Cara memeliharanya agar tidak mudah stress adalah dengan meletakkan burung jantan dan burung betina bersama-sama guna menstabilkan birahi dan membuatnya rajin berbunyi. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Ciblek, Burung Kecil Ramping Bersuara Nyaring yang Terus Diburu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Latber Malam Road to Margo Trophy, Jaladri dan Maha Raja Raih Bendera Enam Warna, Bimo Juara

Setelah sukses pada penyelenggaraan latber sebelumnya, Latber Road to Margo Trophy kembali digelar pada Sabtu, 14 September 2024 di Gantanga...