Blog Hobi dan Informasi

Rabu, 04 Juni 2025

Ekidna, Mamalia Bertelur Primitif yang Sangat Langka



Ekidna/Echidna merupakan satwa paling unik di dunia. Keunikan yang selalu menjadi pusat perhatian pada ekidna karena termasuk mamalia yang berkembang biak dengan cara bertelur, atau biasa yang disebut monotremata. Ordo Monotremata, adalah sebuah kelompok mamalia yang bereproduksi dengan cara bertelur.

Publik sebelumnya lebih mengenal platipus (Ornithorhynchus anatinus) sebagai mamalia petelur lainnya. Ini karena pada Buku Rangkuman Pengetahuan Alam Lengkap (RPAL) yang diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia kerap menjadikan platipus sebagai contoh hewan mamalia bertelur.

Platipus


Platipus adalah satwa yang berasal dari belahan bumi selatan, yang memiliki moncong seperti bebek. Berbeda dengan platipus yang sudah banyak diekpos, sementara informasi tentang ekidna tidak terlalu banyak diketahui oleh masyarakat luas.

Baca juga : Landak, Mamalia Kecil Langka dengan Duri Tajam

Terdapat empat spesies ekidna di dunia yang sudah teridentifikasi dan masih hidup hingga sekarang. Sebarannya ada di Papua, Papua Nugini, dan Australia. Keempat spesies itu adalah satu spesies ekidna moncong pendek dari genus Tachyglossus dan tiga spesies ekidna moncong panjang dari genus Zaglossus.

Ekidna moncong panjang dikira sudah punah sampai kemudian satwa ini terekam kamera jebakan


Sedangkan spesies yang menjadi hewan endemik di Papua adalah spesies ekidna moncong panjang barat dengan nama Zaglossus bruijni. Lebih tepatnya, ekidna jenis ini terlihat di Semenanjung Vogelkop, Provinsi Papua Barat, atau di ujung barat Pulau New Guinea.

Ekidna bisa ditemui pula di Pulau Batanta dan Waigeo, serta di Cagar Alam Pegunungan Cyclops, Jayapura. Beberapa di antaranya diketahui dan ditemukan juga di Taman Nasional Lorentz Acha Anis Sokoy, Wamena, Jayawijaya.

Diduga ekidna merupakan hasil evolusi dari leluhur mamalia bertelur (monotremata) selama periode Paleogen yaitu sekitar 65,5 hingga 23 juta tahun yang lalu. Untuk diketahui bahwa ordo monotremata sendiri merupakan klan mamalia purba yang saat ini masih hidup di bumi.

Ekidna mungkin mewakili satwa paling aneh di dunia. Mamalia tapi bertelur. Menyusui tapi tidak punya puting. Berduri tapi bukan landak. Punya paruh tapi bukan burung. Berkantung tapi bukan kanguru. Ekidna betina, punya satu lubang untuk ekskresi dan reproduksi seperti burung, padahal ekidna bukan jenis burung.

Ekidna sembunyi di dalam lubang yang digalinya


Telur akan dierami di kantungnya sekitar 10 hari sebelum menetas. Sementara ekidna jantan memiliki kepala penis empat. Ketika salah satunya ejakulasi, dia masih bisa menggunakan penis lainnya. Setelah 10 sampai 11 hari, telur tersebut menetas dan ekidna muda akan tetap tinggal di kantung induknya.

Baca juga : Trenggiling, Mamalia Bersisik Pemakan Semut yang Terancam Punah

Sang induk akan menggali lubang untuk meletakkan anaknya. Selama lima bulan pertama kehidupan mereka setelah menetas, ekidna muda menghabiskan sebagian besar waktunya di lubang bawah tanah yang terlindung. Di sana, anak ekidna tetap aman dan tersembunyi dari predator.

Ekidna moncong-panjang barat (Zaglossus bruijini)


Sementara itu, induknya mencari makanan dan kembali setiap 3 sampai 6 hari. Saat anak ekidna tumbuh dan mulai memakan serangga daripada susu, induknya akan lebih jarang mengunjunginya. Setelah tumbuh cukup besar, sang induk berhenti kembali ke lubang tersebut dan anak ekidna bisa hidup mandiri.

Semua mamalia memiliki kelenjar susu dan menghasilkan susu untuk sumber makanan anaknya, termasuk ekidna. Namun, ada yang menarik pada hewan mamalia ini. Dilansir Wired, ekidna melakukannya tanpa puting. Ekidna betina memiliki kelenjar khusus di kantungnya yang disebut milk patches yang mengeluarkan susu.

Hal unik lainnya yang ada pada ekidna yaitu hewan mamalia ini tidak memiliki gigi atau toothless mammals. Mereka menggunakan lidahnya yang panjang dan lengket untuk menangkap dan memakan semut, rayap, cacing serta larva serangga. Hewan ini menggiling makanannya dengan bantalan keras di dalam mulutnya.

Ekidna memiliki duri tajam yang menutupi tubuhnya, seperti landak. Duri ekidna terbuat dari keratin. Duri ini berfungsi sebagai pertahanan diri untuk melindungi ekidna dari predator. Saat merasa terancam, ekidna akan berguling menjadi bola dan menampakkan durinya.

Ekidna moncong-panjang Sir David (Zaglossus attenborough)


Ekidna termasuk penggali yang handal. Hewan ini memiliki cakar yang besar dan kaki yang lebar yang bisa digunakan untuk menggali tanah. Ini juga merupakan cara lain untuk membantu melindungi diri dari bahaya. Meskipun menghabiskan sebagian besar waktunya di darat, ekidna juga pandai berenang.

Baca juga : Tapir, Mamalia Unik dengan Hidung Panjang yang Semakin Terancam Punah

Ekidna memiliki suhu tubuh paling rendah di antara semua mamalia yaitu 32 derajat celsius. Suhu tubuh hewan ini bisa berfluktuasi hingga 6–8 derajat celsius sepanjang hari. Dengan suhu tubuh yang rendah dan metabolisme yang lambat, ekidna memiliki rentang hidup yang panjang hingga 50 tahun di penangkaran.

Ekidna moncong-panjang timur (Zaglossus bartoni)


Proses kawin ekidna juga terbilang unik, menandai dimulainya musim kawin hewan ini. Ekidna jantan membentuk deretan dengan berbaris di belakang seekor betina. Barisan ini bisa bertahan lebih dari satu bulan. Saat betina siap kawin, ekidna jantan akan menggali parit di sekelilingnya. Ekidna jantan bersaing untuk kawin dengan mendorong satu sama lain keluar dari parit. Lalu ekidna jantan terakhir yang tersisa lah memiliki kesempatan untuk kawin dengan betina.

Ekidna menggunakan beragam indera untuk mendeteksi keberadaan mangsanya yang berada di bawah tanah. Paruh bagian bawah ekidna digunakan untuk mengetuk tanah sambil mendengarkan suara yang dihasilkan dari gerakan mangsanya. Telinga ekidna didesain untuk bisa mendengar melalui getaran suara yang merambat lewat tulang.

Ekidna moncong-pendek (Tachyglossus aculeatus)


Ekidna dikenal sebagai hewan yang beraktivitas di malam hari (nokturnal), hal ini untuk menghindari pemangsa. Saat ini, ekidna lebih banyak dijumpai di daerah dataran tinggi yang jarang dijelajahi manusia. Ekidna memiliki habitat yang luas dan secara historis telah tercatat ditemukan pada ketinggian hingga 2.500 meter di atas permukaan laut. Dengan sumber makanan ekidna paling utama adaah cacing. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Ekidna, Mamalia Bertelur dengan Tubuh Berduri Mirip Landak


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kayu Manis, Rempah Populer dan Serbaguna dengan Cita Rasa Manis Sekaligus Pedas

Kayu Manis (Cinnamomum zeylanicum) merupakan sejenis pohon yang memiliki berbagai manfaat yang penting. Ini adalah pohon yang menghasilkan ...