Blog Hobi dan Informasi

Rabu, 12 April 2023

Kepiting Soka, Kepiting Cangkang Lunak yang Semakin Diminati Penikmat Sea Food




Olahan kepiting termasuk salah satu sajian seafood paling istimewa dan biasanya dianggap lebih istimewa dibanding jenis seafood lainnya seperti ikan atau kerang. Cita rasanya memang luar biasa lezat, gurih dan lembut dengan semburat manis khas kepiting segar. Baik disajikan di kedai kaki lima atau restoran selalu dianggap sebagai makanan mewah.

Salah satu kepiting konsumsi yang tengah naik daun dan banyak digandrungi adalah kepiting soka. Mengonsumsi kepiting soka dirasa tidak sulit karena cangkangnya yang empuk. Selain itu, kandungan nutrisinya lebih tinggi terutama kandungan chitosan dan karotenoid pada kulit kepiting yang berfungsi menyerap lemak dan kolesterol.

Kepiting soka (Scylla spp)) adalah kepiting bakau yang dikonsumsi dalam keadaan lunak karena dalam keadaan pergantian kulit (moulting). Selain memiliki rasa yang gurih, kepiting soka memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga peluang pasar dan budidayanya cukup besar.

Kepiting bakau, krustasea penunggu hutan mangrove

Kepiting bakau merupakan biota yang biasanya hidup di perairan yang relatif dangkal dengan dasar berlumpur. Habitat alaminya adalah hutan bakau, yang mendukung tumbuh kembang kepiting dan dihuni oleh organisme kecil yang menjadi sumber makanannya.

Wilayah penyebarannya terbentang dari pantai timur benua Afrika hingga pantai timur kepulauan Indonesia, dan wilayah Jepang Selatan hingga bagian utara benua Australia. Secara berkala, jenis kepiting ini berganti kulit dan memungkinkannya tumbuh pesat setelah itu.

Baca juga :  Ikan Gabus, Ikan Predator Ait Tawar Bernilai Tinggi

Kepiting termasuk ke dalam golongan binatang yang disebut arthopoda dimana penopang tubuhnya terbentuk dari cangkang yang menyelimuti bagian luar tubuhnya. Pertumbuhan baginya merupakan hal yang krusial karena untuk tumbuh menjadi lebih besar kepiting harus melepaskan kulit yang lama.

Kemudian kulit baru yang ukurannya lebih besar akan menggantikan tempatnya. Peristiwa tersebut dikenal sebagai molting yang terjadi berkali-kali selama daur hidup kepiting yang frekuensinya menurun dengan semakin bertambahnya umur dan ukurannya.

Kepiting soka merupakan kepiting bakau yang dipanen sesaat setelah moulting 

Molting merupakan salah satu fenomena alami yang sangat menarik untuk diketahui. Data menunjukkan bahwa, aktivitas molting kepiting bakau dapat terjadi dalam sebulan yakni pada puncak pasang perbani dan purnama. Walaupun tidak semua individu mengikuti pola tersebut.

Sesaat sebelum molting, kepiting telah menyediakan dasar kulit baru di bawah kulit yang lama. Pada saat tersebut kalsium diserap dari kulit yang lama sehingga menjadi lebih rapuh atau fleksibel. Kulit yang lama terpisah pada bagian belakang kepiting dan kerapas bagian belakang terangkat.

Walaupun demikian tangkai mata tetap tidak berganti sehingga biasa digunakan sebagai tempat melekatkan tanda/tag pada kegiatan penandaan kepiting. Kepiting bakau mengalami pergantian kulit sekitar 17 kali sampai sesuai dengan ukurannya dalam setahun.


Mutilasi dilakukan untuk memicu kepiting molting

Pada tahap awal dari kepiting lunak tersebut merupakan kondisi yang benar-benar lemah dan rawan terhadap pemangsaan predator, sehingga untuk beberapa hari berikutnya kepiting dan cangkang yang lunak akan tetap berbenam diri ke dalam sedimen/lumpur sementara kulit yang baru mengembang dan semakin mengeras.

Karena itu sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kepiting lunak sangat jarang tertangkap dengan alat tangkap yang dilengkapi dengan upan. Dalam beberapa hari kemudian, kepiting lunak akan aktif, dapat menghindar dari predator dan bahkan sudah dapat aktif mencari makan.

Baca juga : Memelihara Ikan Hias Makin Diminati Penghobi

Dalam dua hingga tiga minggu cangkangnya akan mengeras dan dagingnya tumbuh mengisi cangkang baru yang lebih besar. Selama fase itu, kepiting lunak menjadi sangat berpeluang untuk tertangkap dengan perangkap dan rawan terhadap kerusakan cangkangnya.

Sesaat setelah moulting, kepiting mengurangi aktivitasnya

Kepiting soka dipanen pada saat kepiting baru saja ganti kulit atau moulting sehingga kondisi cangkang dan kulit kepiting masih sangat lembut atau masih lunak maka bahasa inggris menyebutnya ‘Soft Shel Crab’.

Kepiting soka seluruh tubuhnya dapat dikonsumsi sehingga ekonomis dan peluang pasarnya besar. Adapun kandungan gizi dari kepiting ini antara lain, daging kepiting yang rendah lemak, tinggi protein, sumber mineral, serta mengandung vitamin B12, zinc dan selenium yang dapat mencegah kanker.

Sebagian orang menilai merasakan sensasi berbeda saat makan kepiting soka dibanding kepiting pada umumnya. Karena seluruh bagian tubuh kepiting dapat dikonsumsi tanpa ada yang terbuang. Bandingkan dengan persentase daging kepiting lain yang hanya dapat dimakan 20—30%.

Budidaya kepiting soka


Salah satu kendala budidaya kepiting soka yakni ada pada proses pemanenan. Pasalnya, panen kualitas kepiting terbaik adalah 1 jam setelah kepiting mengganti kulit (moulting). Rasa dan sensasi makannya akan berbeda dibandingkan dengan soka yang dipanen lebih dari satu jam setelah berganti kulit.

Baca juga : Ikan Guppy, Ikan Hias yang Kaya Warna dan Jenis

Untuk memicu terjadinya moulting pada kepiting dengan menggunakan teknik pemotongan bagian tubuh kepiting yang kerap dikenal dengan mutilasi demi mempercepat kepiting berganti kulit. Itu merupakan salah satu sistem pertahanan diri kepiting selain capitnya. Kepiting dapat memutus kaki atau capit jika ada serangan dari predator.

Seorang pekerja sedang memanen kepiting soka

Dengan memutilasi minimal 50% anggota tubuh kepiting, produksi kepiting soka lebih seragam dan terprediksi waktunya. Dengan teknik mutilasi yang benar, dalam waktu 2 pekan hingga 1 bulan kepiting berganti kulit. Secara alami, kepiting membutuhkan 2–3 bulan untuk berganti kulit.

Ada 2 teknik mutilasi, yaitu memutus kaki jalan atau memutus kaki jalan dan capit. Kedua teknik itu memiliki keunggulan masing-masing. Untuk teknik putus kaki jalan, ukuran tubuh kepiting setelah berganti kulit lebih besar dibanding ukuran tubuh kepiting yang diputus kaki serta capitnya.

Sajian kuliner kepiting soka telur asin

Namun, kelemahan kepiting yang diputus kaki jalannya tidak dapat digabung dengan kepiting lain dalam satu kotak karena rentan kanibalisme. Sementara itu, teknik putus kaki jalan dan capit, kepiting dapat digabung dengan kepiting lain dalam satu kotak. Namun, tingkat kematian kepiting tanpa capit lebih tinggi karena kepiting sulit untuk makan.

Kedua teknik itu dapat digunakan bergantung pada pembudidaya. Bagi beberapa pembudidaya, lebih menyukai memutus 6 kaki jalan dan 2 capit. Alasannya, agar dalam satu boks budidaya dapat diisi hingga 5 ekor kepiting. Hal itu lebih menguntungkan karena padat tebar lebih banyak. (Ramlee)



Sumber : remen.id


Kepiting Soka Memiliki Nilai Jual Tinggi dan Peluang Bisnis Menjanjikan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayam Hutan Merah, Nenek Moyang Ayam Peliharaan Ternyata sangat Pemalu

Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) merupakan sejenis burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 78 cm, dari suku Phasianidae. Suku Phasi...