Blog Hobi dan Informasi

Kamis, 06 April 2023

Kroto sebagai Pakan Andalan Burung Kicau



Penggemar burung kicauan pasti sudah tidak asing dengan apa yang dinamakan kroto. Bagi para kicau mania, kroto merupakan bahan pakan eksklusif yang kaya akan nutrisi. Kroto diyakini dapat membuat kicauan burung lebih merdu dan bulu burung lebih mengilap.

Kroto juga populer sebagai bahan pakan dan umpan yang sangat digemari ikan sehingga sering dicari oleh para pemancing ikan. Bahkan, di Thailand, kroto dijadikan salah satu menu pangan yang eksotis dan salah satu bahan dalam pengobatan tradisional.

Semut rangrang

Istilah “kroto” mengacu pada telur yang dihasilkan oleh semut, terutama semut rangrang (Oecophylla smaragdina). Kata “kroto” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang kemudian menjadi populer di tanah air. Komponen yang terdapat di dalam telur semut ini terdiri atas larva dan pupa.

Tampilan fisik kroto sekilas mirip dengan butiran nasi, yakni berbentuk lonjong dan berwarna putih. Ukuran sebutir kroto besar sekitar 1 cm dengan diameter 5 mm. Adapun panjang kroto kecil sekitar 5—6 mm dengan diameter 2 mm.

Baca juga : Memelihara Ikan Hias Makin Diminati Penghobi

Kroto berukuran besar biasanya akan menjadi calon ratu semut dan diproduksi sekitar bulan September hingga Januari. Sementara itu, kroto berukuran sedang (kroto halus) akan menjadi calon semut betina, semut prajurit, atau semut pekerja.

Semut rangrang mulai membangun sarang di pepohonan

Kroto merupakan bahan pakan yang digemari oleh burung-burung insektivora, seperti cucakrawa, jalak, murai batu, kacer, kutilang, dan beo. Kroto menjadi bahan pakan yang sangat populer tak lain adalah karena kandungan proteinnya sangat tinggi.

Berdasarkan tampilan fifisiknya, hobiis burung kicauan biasa membagi kroto menjadi kroto basah, kroto halus, kroto kasar, dan kroto kacang. “Kroto basah” merupakan kroto yang paling digemari oleh burung kicauan dan sering dimanfaatkan sebagai umpan untuk memancing ikan.

Sarang semut rangrang yang telah jadi untuk berkembang biak

Kroto basah mengandung telur dan larva semut rangrang dengan kadar air yang tinggi sehingga mudah busuk. Tanpa proses pengawetan, kroto basah hanya dapat disimpan selama 24 jam, lebih dari itu akan membusuk.

Apabila disimpan dalam lemari pendingin, kroto basah dapat bertahan hingga tiga hari. Jenis kroto basah memiliki kandungan nutrisi terbaik jika dibandingkan dengan jenis kroto lainnya. Kadar proteinnya dapat mencapai 47,80%.

Baca juga : Persepsi Keliru tentang Tokek yang Menyimpan Banyak Manfaat

Adapun jenis “kroto halus” terdiri atas semut-semut pekerja kecil dan besar. Tanpa proses pengawetan, jenis kroto ini dapat bertahan selama seminggu. Di antara berbagai jenis kroto, kroto halus merupakan jenis yang paling tidak disukai burung.

Sementara itu, “kroto kasar” merupakan kroto yang terdiri atas induk ratu semut dan semut jantan. Jenis kroto ini juga dapat disimpan selama seminggu. Jenis yang terakhir, yakni “kroto kacang”, terdiri atas campuran ketiga jenis kroto.

Semut rangrang dengan telur yang dihasilkannya

Yaitu kroto basah, kroto halus, dan kroto kasar, ditambah dengan jenis pakan lain, seperti kacang, jagung, padi, dedak, voer, dan beras hijau. Kroto ini dapat tahan disimpan selama seminggu tanpa pengawetan. Kroto kacang mempunyai kandungan lemak tertinggi, yakni mencapai 17,07%.

Kroto tak sulit didapat. Telur-telur semut rangrang Oecophylla smaragdina itu tersedia di penjual pakan burung dan toko aksesori pancing. Namun, kualitasnya tak selalu bagus. Warna kroto agak kehitaman dan terselip banyak semut rangrang mati. Yang dibutuhkan kroto kualitas super, putih mirip butiran beras.

Berburu kroto

Senjata berburu kroto sederhana: bambu, kukusan – alat pengukus nasi dari anyaman bambu berbentuk segitiga, dan jaring. Ujung kukusan dipotong sepanjang 15 cm. Di lubang yang terbentuk di ujung kukusan itu kemudian dipasang jaring.

Baca juga : Ayam Serama, Ayam Sekepalan Tangan Orang Dewasa Makin Berlagak Sombong Semakin Mempesona dan Berharga Mahal

Berikutnya kukusan diikat dengan tali pada ujung bambu yang panjangnya bisa mencapai 8 – 10 m. Setelah itu rumah semut rangrang yang diperkirakan terdapat kroto tinggal disodok hingga keluar kroto dan tertampung di kukusan.

Sejauh ini sumber kroto memang masih bersandar pada kemurahan alam. Ini yang banyak dikhawatirkan: dapat mengganggu keseimbangan semut di alam. Sebuah sarang yang telah dipanen pemburu tak lagi akan ditinggali si semut.

Hasil perburuan kroto di alam

Mereka mengungsi ke tempat lain yang lebih aman. Kroto yang dihasilkan ratu semut merupakan penerus keturunan koloni. Artinya saat telur-telur itu terus dieksploitasi, kapan semut-semut itu sempat beregenerasi?

Padahal, peran semut rangrang demikian besar. Sejarah menunjukkan semut rangrang sudah dipakai sejak tahun 300 masehi di China sebagai pelindung tanaman jeruk. Ia menjaga jeruk dari serangan hama seperti kutu.

Budidaya kroto

Hal sama dilakukan pekebun di Banyuwangi, Jawa Timur, untuk melindungi tanaman jeruknya dari serangan kutu daun dan kutu putih yang mengendon di pucuk-pucuk tanaman. Pun kebun-kebun kopi di Lampung yang juga menggunakan jasa semut rangrang.

Kini langkah untuk budidaya kroto telah marak di daerah-daerah. Berbagai tehnik budidaya pun dicoba untuk dapat menghasilkan kroto dengan kualitas yang bagus. Namun demikian kroto hasil perburuan di alam masih lebih diminati oleh penggobi burung kicauan maupun pemancing ikan. (Ramlee)


Sumber : remen.id

Kroto yang Selalu Diburu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayam Hutan Merah, Nenek Moyang Ayam Peliharaan Ternyata sangat Pemalu

Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) merupakan sejenis burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 78 cm, dari suku Phasianidae. Suku Phasi...