Burung beo, mamiang, atau tiong emas (Gracula) adalah burung sejenis dengan jalak dan kerabatnya. Wilayah persebaran burung dari keluarga Sturnidae ini meliputi daratan Himalaya, India, Sri Lanka, Filipina, Jawa, hingga Kepulauan Sunda Kecil. Burung beo termasuk ragam fauna yang cukup unik di Indonesia.
Keunikannya terlihat dari karakter suara yang bisa menirukan suara yang didengarnya. Nama burung beo tersohor karena keahlian meniru suara manusia, sehingga sering pula diikutkan dalam kontes suara burung. Hal ini pula yang membuat burung yang terdiri dari empat subspesies ini sangat populer di kalangan pecinta burung.
Struktur tubuh pun agak berbeda dari lainnya, tampak lebih besar dengan paruh yang kuat. Selain itu tingkat kecerdasan burung beo berada di atas rata-rata burung pada umumunya. Bahkan memiliki kemampuan untuk mengendalikan pembelajaran vokal.
Beo Nias |
Bentuk fisik burung Beo jantan dan betina hampir sama, cenderung sulit untuk dibedakan. Seekor jantan perawakannya lebih kecil dibanding si betina, namun bagian kepala umumnya lebih besar. Kepala belakang jantan berbentuk lengkungan sudut seperti siku-siku. Mata si jantan memiliki ukuran yang lebih besar dibanding burung betina. Selanjutnya bentuk paruh pendek tapi jika dilihat dari depan terlihat besar.
Sedangkan Beo betina berpostur tubuh besar dan bulat, seakan terlihat lebih berisi. Pada bagian kepala belakang terdapat bentuk sudut seperti jantan, tapi cenderung lebih landai. Kedua sisi mata terbentuk seperti segitiga yang membingkai sempurna.
Baca juga : Ciblek, Jenis Burung Pengicau Bersuara Nyaring
Burung beo memiliki ukuran tubuh yang besar dan hampir mirip seperti ukuran ayam kampung. Namun ciri dari bulu yang berwarna mendominasi hitam dengan bentuk paruh yang besar berwarna orange, dan kaki yang kuat mencengkram dan berwarna kuning membuatnya dengan mudah dikenali.
Burung ini juga memliki warna selap pada kuping atau di bawah matanya sampai leher dibagian belakang, dan di ujung sayapnya memiliki selap warna putih. Tidak itu saja, dari karakter suara yang dihasilkan oleh burung beo ini sangat kencang jika sudah ngeplong.
Beo Jawa |
Namun berbeda dengan jenis burung kicau pada umumnya. Burung beo ini lebih cenderung bisa dilatih dan diaplikasikan kepada kosa kata yang diberikan materi untuk dipelajari. Agar si beo ini mampu mengikuti suara manusia.
Burung ini hidup di kawasan hutan basah, terutama di daerah dengan ketinggian 1000-2000 mdpl. Burung beo mempunyai warna bulu dominan hitam dan sangat gemar memakan buah-buahan berdaging tebal dan lunak.
Selain mengonsumsi buah-buahan, sumber makanan lain yang juga disukainya adalah nektar bunga. Sedangkan kebutuhan protein beo diperoleh dari serangga, seperti jangkrik, telur semut, capung, serta belalang. Saat musim bertelur, beo punya kemampuan reproduksi mencapai 2-3 butir telur.
Ada beberapa varian burung jenis beo yang tersebar di daerah Indonesia. Di pulau Sumatera ada Beo Nias dengan ciri bulu kepala yang pendek. Dan sepanjang cuping telingan meyatu dengan kepala bagian belakang. Dihiasi dengan gelambir pada belakang kepala.
Selain itu jengger burung berwarna kuning mencolok, menyerupai jengger ayam di bagian telinga. Iris matanya berwarna coklat gelap, ditambah bentuk parung runcing warna kuning oranye. Seluruh tubuh diselemuti bulu hitam dengan ujung berwarna putih.
Kemudian ada Beo Jawa yang sesuai namanya berasal dari Pulau Jawa, tepatnya Jawa Timur dan Jawa Tengah. Secara fisik Beo jenis ini hampir sama dengan Beo Nias, hanya berbeda pada bentuk tubuh.
Sepasang burung beo di habitat alaminya |
Beo Jawa memiliki ukuran tubuh rata-rata 29 cm hingga 30 cm. Namun paling terkenal dengan kemampuan berbicara, baik jantan maupun betina. Burung mudah dilatih sejak dari anakan, sebab itu naluri burung menangkap kalimat lebih mudah dan cepat.
Beo dikenal dengan masa hidup yang panjang, untuk itu si pemilik harus memiliki komitmen untuk memelihara. Bukan hanya perawatan fisik tapi juga secara psikologis, mengingat tipe burung yang membutuhkan perhatian khusus.
Baca juga : Jagal Papua, Predator Yang Pandai Menirukan Suara Burung Lain
Burung ini juga memiliki kecerdasan tinggi, mampu mengingat apa yang didengar dalam waktu pendek. Sehingga mudah melatih suara burung berkat keunikan yang dimiliki. Kenapa burung beo bisa menirukan suara?
Burung beo begitu populer karena kecerdasan dan kepandaiannya dalam meniru berbagai suara. Kepandaian tersebut sebenarnya bukan tanpa alasan, karena ada beberapa faktor yang dimiliki oleh burung ini sehingga mampu menjadi peniru ulung.
Seekor burung beo sedang menyiapkan sarangnya untuk bertelur |
1. Mempunyai struktur otak yang unik
Penelitian yang dilakukan oleh Duke University menunjukkan bahwa beo merupakan unggas yang memiliki struktur otak unik. Dilansir dari National Geographic, perbedaan struktur otak burung membuatnya lihai dalam menirukan suara-suara.
Otak burung beo memiliki inti yang bisa mengatur serta mengolah kemampuan vokalnya secara lebih baik. Jika dibandingkan dengan burung kicau lainnya, struktur otak beo jauh lebih unik dan kompleks.
2. Mempunyai jaringan cincin luar otak
Selain struktur otak intinya yang unik, kepandaiannya dalam menirukan suara juga diperoleh dari adanya jaringan cincin luar otak. Fungsi utama bagian ini adalah sebagai pengolah vokal. Tetapi tidak semua jenis beo mempunyai jaringan cincin luar yang sama. Semakin besar jaringan cincin luar otak yang dimiliki, maka semakin pintar burung dalam meniru.
Jaringan dalam otak tersebut konon merupakan hasil evolusi sejak 29 juta tahun silam. Nenek moyang beo dikabarkan berasal dari burung kea yang merupakan spesies dari New Zealand atau Selandia Baru.
Seekor burung beo muda di lubang sarangnya |
3. Mempunyai organ syrinx mirip manusia
Tidak hanya dari struktur otaknya, kepandaiannya beo dalam menirukan suara juga berasal dari syrinx. Organ tersebut mirip seperti yang dimiliki manusia. Bedanya, jika manusia menghasilkan suara melalui laring, pada burung beo organ inilah yang berfungsi untuk proses suara.
Baca juga : Wambi, Burung Berkicau yang Menawan dan Sangat Gacor Saat Berkicau
Letak laring pada manusia dan syrinx pada beo memang berbeda, tetapi keduanya dapat menjalankan fungsinya sebagai pengolah vokal secara optimal. Laring yang dimiliki manusia berada di area sebelum batang tenggorokan, sedangkan syrinx pada beo ada di bawah batang tenggorokan.
Polisi tangkap penjual beo nias di Palembang, karena burung ini termasuk satwa yang dilindungi |
Selain itu, kombinasi otot organ vokal beo juga terbilang rumit. Hal tersebut pernah dilansir oleh penelitian di Universitas Harvard. Otot-otot yang mengelilingi organ tersebut yang menyebabkan suara beo begitu merdu.
4. Mampu mengontrol suara seperti Manusia
Artikulasi beo dalam menirukan suara juga dipengaruhi oleh paruh dan lidahnya. Dalam melantangkan suara, burung beo memiliki paruh dan lidah yang mampu melafalkan intonasi. Cara kerja kedua organ tersebut adalah dengan membuka serta menutup paruhnya.
Burung dengan bulu halus ini mampu menangkap nada yang tepat dari berbagai suara yang didengarnya. Selain itu, ada pula organ lidah yang fungsinya dalam melantunkan vokal sama seperti manusia. Inilah yang juga menjadi alasan mengapa burung beo sangat cerdas dan dapat melafalkan kalimat-kalimat yang diucapkan manusia. (Ramlee)
Sumber : remen.id
Beo, Burung Unik yang Bisa Menirukan Suara dengan Baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar