Blog Hobi dan Informasi

Kamis, 15 Juni 2023

Burung Gereja, Salah Satu Jenis Pipit Kecil yang Tidak Takut Manusia

 



Sebagian besar masyarakat Indonesia dan di beberapa daerah lainnya sepertinya sudah tidak asing lagi dengan burung gereja. Burung gereja adalah burung yang persebarannya sangat banyak ditemui di Indonesia.

Burung yang dikenal juga dengan sebutan tree sparrow ini merupakan burung yang paling sering dijumpai di lingkungan sekitar manusia. Di Indonesia, sub spesies yang paling populer yaitu Passer montanus-malaccensis.

Sedangkan sarangnya biasa dibuat di dalam rongga yang alami, biasanya di sebuah lubang yang ada di sebuah bangunan rumah, masjid, maupun lainnya. Burung gereja memiliki ukuran badan kecil. Hal ini pula yang menjadi salah satu alasan mengapa mereka sangat mudah dimangsa oleh predator. Panjang tubuhnya hanya sekitar 14 cm atau sebesar genggaman tangan orang dewasa.

Burung gereja selalu tampak di dekat lingkungan manusia
 

Tampilan bulunya didominasi oleh warna cokelat, tapi jika diperhatikan secara cermat akan terlihat variasi bulu berwarna kelabu dan putih pada tubuhnya. Meski berukuran kecil, burung dengan gerakan gesit ini terlihat gempal dengan ekor pendek. Paruhnya berukuran kecil namun memberikan kesan kuat pada kepalanya.

Baca juga :  Ciblek, Jenis Burung Pengicau Bersuara Nyaring

Pada bagian atas kepala berwarna merah bata, tenggorakan berwarna hitam dengan tepi leher berwarna putih. Bagian perut putih kebu-abuan. Sedangan betina warnanya sedikit lebih pucat. Membedakan jenis kelamin burung ini termasuk cukup sulit.

Burung gereja seringkali membuat sarang di bawah genting atau di atas plafon sebuah bangunan
 

Seperti halnya burung lovebird, burung ini juga termasuk burung monoformik. Monoformik tersebut mempunyai arti bahwa perbedaan antara jantan dan betina hampir tidak ada sehingga cukup sulit dibedakan secara kasat mata.

Makanan burung gereja adalah biji-bijian dan juga serangga kecil terutama pada musim kawin. Jenis burung ini juga sering kita temui di taman-taman, tempat wisata, pasar dan tempat pembuangan sampah untuk mencari sisa-sisa makanan manusia.

Saat berpapasan dengan burung ini, seringkali kita tidak sadar dengan aroma khas yang dimiliki kawanan burung gereja. Tapi ketika menjumpai sarangnya, kita akan mudah mencium bau tidak sedap yang keluar dari tubuhnya.

Burung Gereja memiliki kebiasaan berasosiasi dekat dengan manusia. Adaptasi hidupnya berkelompok di sekitar rumah maupun gudang. Disaat mencari makan mereka berada di tanah dan lahan pertanian dengan mematuk biji-biji kecil ataupun beras.

Anakan burung gereja terlihat di sarangnya yang ada di bawah genting sebuah rumah
 

Burung dengan nama latin Passer montanus ini masuk termasuk satwa yang memiliki sifat kawin lebih dari satu pasangan. Saat musim kawin tiba, kicauan burung-burung gereja akan terdengar lebih nyaring, lantang, dan intensitasnya meningkat.

Baca juga :  Burung Kenari, Burung Berbulu Cantik Bersuara Sangat Merdu

Intensitas kicau yang meningkat tersebut dilakukan penjantan agar burung betina tertarik. Dalam satu hari, seekor burung betina dapat kawin dengan beberapa pejantan. Kemampuan bertelurnya sekitar 5-6 butir. Telur-telur tersebut akan dierami oleh pejantan dan betina secara bersama-sama.

Burung gereja muda telah berpisah dengan induknya
 

Proses pengeraman dilakukan dalam kurun waktu 2 minggu. Anakan burung gereja kemudian akan diurus selama 15-20 hari oleh induknya sebelum dapat mencari makan sendiri. Burung gereja yang siap kawin dan berkembang biak biasanya memasuki usia 1 tahun. Untuk rata-rata usia hidupnya, mayoritas burung pipit kecil ini dapat hidup hingga usia 3 tahun.

Burung jenis ini bukanlah burung asli Indonesia, melainkan berasal dari daratan Asia. Waktu pertama kali datang ke Sulawesi dan Jawa, mereka segera mencari tempat yang paling aman untuk bersarang yaitu di dalam bangunan yang besar dan tinggi. Burung gereja merupakan burung yang terbangnya rendah.

Pada saat itu, bangunan yang arsitekturnya tinggi hanyalah gereja. Sehingga burung ini mulai bersarang di langit-langit gereja. Sejak saat itulah burung Passer montanus ini dijuluki sebagai burung gereja.

Burung gereja dapat ditemukan di Eropa dan Asia. Di Indonesia sendiri, burung gereja dapat dijumpai di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Habitat mereka yang mendiami daerah pemukiman penduduk, membuat mereka begitu familiar bagi orang Indonesia.

Pemasangan glodok memanfaatkan kehadiran burung gereja di sebuah rumah
 

Banyak orang yang yang menyamakan burung kecil ini dengan burung pipit karena bentuknya yang hampir serupa. Tapi sebenarnya berbeda, burung gereja termasuk dalam passeridae sedangkan burung pipit termasuk kedalam ploceidae.

Baca juga :  Gelatik Jawa, Dahulu Dianggap Hama Kini Terancam Punah

Burung gereja ternyata mendominasi total dari populasi burung di dunia. Hal ini bukanlah tanpa alasan, kemampuan beradaptasi burung ini sangat baik. Burung jenis ini merupakan burung yang jinak dari semua burung liar dan memiliki tingkat adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya seperti perubahan kondisi cuaca, ketersediaan pakan maupun predator.

Panen anakan burung gereja
 

Oleh karena itu, burung ini dianggap sebagai burung yang tidak takut didekat manusia atau disebut human dominated ecosystem. Tidak heran pula, jika jenis ini paling banyak dijumpai di kota-kota besar Indonesia.

Mereka biasanya hidup berkelompok dalam jumlah kecil. Di pedesaan, burung ini sering dianggap hama karena suka memakan hasil pertanian terutama padi ketika dijemur. Sarang burung kecil ini sering ditemui di celah tebih, rongga-rongga gedung hingga di plafon rumah manusia.

Burung gereja yang telah jinak seringkali jadi master burung kicau lainnya
 

Suara burung gereja terdengar seperti cicitan ramai dengan nada – nada ocehan yang cepat. Suara burung ini sering digunakan oleh para pecinta burung kicau sebagai pemaster. Suaranya yang rapat tanpa jeda dan panjang sangat baik jika burung kicauan mampu merekam dengan baik suara burung gereja tarung.

Oleh karena itu popularitas burung kecil ini di kalangan kicau mania (sebutan pecinta burung kicau) belakangan ini terus meroket. Seiring kemampuannya menjadi sosok dibelakang layar keberhasilan jawara-jawara burung kicau di lomba-lomba yang diadakan, seperti burung murai, kacer, dll. (Ramlee)


 

Sumber : remen.id


Mengenal Burung Gereja yang Ada di Sekitar Lingkungan Manusia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayam Hutan Merah, Nenek Moyang Ayam Peliharaan Ternyata sangat Pemalu

Ayam Hutan Merah (Gallus gallus) merupakan sejenis burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 78 cm, dari suku Phasianidae. Suku Phasi...